3 Hal Utama yang Perlu Diperhatikan untuk Keberhasilan Program Bayi Tabung

21 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tak semua pasangan suami istri bisa mendapat momongan dengan mudah. Ada yang harus menunggu belasan hingga puluhan tahun untuk memiliki buah hati.

Beruntung, seiring berkembangnya teknologi kesehatan, potensi pasangan untuk memiliki anak kian meningkat meski usia sudah menginjak kepala empat. Salah satu prosedur yang direkomendasikan dokter bagi pasangan yang ingin memiliki momongan adalah In Vitro Fertilization (IVF).

Melansir laman Kementerian Kesehatan, IVF atau dikenal pula dengan bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh menggunakan medium tertentu di laboratorium. Setelah sel telur berhasil dibuahi oleh sperma atau menjadi zigot, dikembalikan ke rahim.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pasangan yang hendak menjalani program bayi tabung, yakni:

  • Skrining medis
  • Pemilihan embrio berkualitas
  • Pendampingan ketat sepanjang proses kehamilan.

“Faktor teknis dan non-teknis, seperti dukungan keluarga, asupan nutrisi, gaya hidup sehat, hingga manajemen stres juga berperan besar dalam keberhasilan program ini,” kata dokter kandungan dan spesialis fertilitas di Morula IVF Surabaya, Benediktus Arifin dalam keterangan pers, dikutip Sabtu (22/2/2025).

Salah satu contoh pasangan yang menjalani program bayi tabung dan ditangani oleh Benediktus alias dokter Benny adalah ibu bernama Ellislie dan suaminya.

Risiko kesehatan di usia senja sepertinya tak mengurungkan niat seorang wanita di Inggris untuk melahirkan. Sharon Cutts, yang kini berusia 55 tahun baru saja melahirkan anak kembar tiga.

Perjalanan Panjang untuk Miliki Momongan

Perjalanan panjang penuh harap telah dilalui Ellislie dan suami. Keduanya telah melalui beragam prosedur untuk memperoleh momongan, mulai dari tiga kali program bayi tabung (IVF), baik di dalam negeri maupun luar negeri, hingga delapan kali inseminasi buatan.

Tak hanya itu, Ellislie juga sempat menjalani dua kali operasi miom. Selama lebih dari dua dekade, berbagai upaya ditempuh pasangan ini, termasuk menjalani program IVF di Malaysia, tapi belum membuahkan hasil.

Seolah tak ada kata menyerah, ia pun bertemu dengan dokter Benny untuk melakukan program bayi tabung.

Lahirkan Anak Pertama di Usia 47

Berdasarkan evaluasi, Benny dan tim memutuskan melakukan transfer satu embrio euploid (embrio dengan kromosom normal) pada tahun 2024.

Proses itu membuahkan harapan baru, yaitu terjadinya kehamilan sehat di usia Ellislie yang ke-47.

Tanggal 10 Februari 2025 rupanya menjadi akhir dari penantian panjang Ellislie dan suami. Benny menggambarkan, suasana haru dan sukacita menyelimuti ruang operasi ketika bayi perempuan bernama Cheryll lahir sehat dengan berat 3.635 gram dan panjang 51 cm.

“Detik-detik kelahiran Cheryll adalah momen yang begitu menyentuh,” kenang Benny.

Kebahagiaan bertambah saat orangtua sang bayi mengumumkan nama yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari, Cheryll, yang kebetulan merupakan nama yang sama dengan putri dr. Benny.

“Tak kuasa saya menahan haru, seakan ada yang mengganjal di leher saya. Meski sudah tertutup masker dan jubah operasi, debaran hati dan luapan kelegaan membuat keringat serta air mata bercampur,” ungkap Benny.

Kisah Inspiratif bagi Pejuang Garis Biru

Kisah perjuangan Ellislie dan suami menjadi bukti nyata bahwa ketekunan, doa, dan ikhtiar dapat membuahkan hasil yang luar biasa, sambung Benny.

Menurutnya, banyak orang yang ketika sudah memasuki usia 40-an, akhirnya memilih pasrah atau menyerah karena merasa segalanya sudah terlambat.

“Di usia 47, kadang semua sudah berhenti melangkah. Kadang semua sudah berusaha ‘legowo’, kadang semua sudah menyerah. Namun tidak bagi pasangan yang tekun ini. Memang semua semata adalah rencana luar biasa Tuhan,” ucapnya.

“Tuhan bekerja melalui siapa saja. Saya merasa, Tuhan memberikan jalan bagi saya untuk bisa menjadi dokter kandungan dan ahli bayi tabung, agar menjadi saksi dari banyak keajaiban dan kebahagiaan yang tercipta,” tambah dr. Benny.

Benny berharap perjalanan penuh liku yang telah dijalani Ellislie dan suaminya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang lain yang masih berjuang untuk mendapatkan buah hati.

Benny menuturkan, tujuannya membagikan kisah ini bukan untuk pamer, melainkan untuk membangkitkan harapan. Mengajak semua untuk bertekun, berdoa, dan berusaha.

“Tidak harus dengan saya, bisa dengan siapa saja. Intinya, jangan pernah kehilangan harapan. Kisah kelahiran Cheryll di Morula IVF Surabaya pada 10 Februari 2025 menjadi saksi nyata bahwa usia, pengalaman gagal, dan lamanya penantian bukanlah batasan bagi Tuhan untuk memberikan anugerah.”

“Dengan dukungan teknologi medis, keilmuan yang terus berkembang, dan tentunya ketekunan tanpa henti, Ellislie dan suami berhasil mewujudkan impian 20 tahun mereka di saat usia 47 tahun,” pungkasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |