4 Cara Mengenali Seseorang Sedang Berbohong Menurut Pakar Perilaku

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Mengungkap kebohongan bukanlah perkara mudah. Riset menunjukkan kemampuan manusia dalam membedakan kebenaran dan kebohongan hanya sekitar 53 persen.

“Meskipun manusia tidak dapat secara sadar membedakan pembohong dari orang yang berkata jujur, mereka memiliki intuisi bawah sadar ketika seseorang berbohong,” tulis peneliti dalam Psychological Science.

Dilansir dari NBC News, ada tanda-tanda nonverbal yang bisa diamati untuk mendeteksi kebohongan. Seorang pewawancara analisis perilaku dengan lebih dari 30 tahun pengalaman di kepolisian AS, Roger Strecker Sr, mengatakan kuncinya adalah 'mengamati, bukan mendengar.’

Bahkan studi menunjukkan rata-rata orang Amerika berbohong 11 kali per minggu, bahkan 60 persen orang tidak bisa melewati 10 menit tanpa melontarkan setidaknya satu kebohongan.

“Semakin sering seseorang berbohong, otak menjadi terbiasa dan rasa bersalah pun berkurang,” ungkap riset di Nature Neuroscience.

Meskipun banyak kebohongan demi kebaikan, para ahli mengingatkan bahwa kebiasaan ini bisa berkembang jadi masalah. Karena itu, mengenali tanda-tanda nonverbal penting, terutama dalam situasi ketika curiga pasangan tidak setia atau khawatir anak melakukan sesuatu yang berisiko.

1. Memperhatikan Perilaku Seseorang

Langkah pertama dalam mendeteksi kebohongan adalah memahami perilaku yang biasanya dilakukan. Dengan mengamati ekspresi dan gerakan saat percakapan santai tanpa tekanan, kita bisa mengetahui pola alaminya.

“Sebagian orang memang jarang menatap mata lawan bicara, sementara yang lain justru selalu menatap tajam. Dengan memahami kebiasaan ini, kita dapat menilai apakah ada penyimpangan ketika topik sensitif muncul,” jelas seorang pakar perilaku, Wendy L. Patrick.

Strecker menambahkan, perilaku seseorang terutama orang dekat seperti pasangan, anak, atau teman termasuk penting, karena kita sudah terbiasa dengan perilaku mereka sehari-hari.

Saat ada perubahan, misalnya gelisah, menghindari kontak mata, atau cara bicara berbeda dari biasanya. Ini bisa menjadi indikator bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.

2. Mengamati Pergerakan Mata

Mata sering disebut jendela jiwa, namun mitos bahwa pembohong selalu menghindari kontak mata ternyata tidak sepenuhnya benar. Penelitian menunjukkan, pembohong tidak lebih sering mengalihkan pandangan dibanding orang jujur.

“Jika kontak mata awalnya konstan lalu berubah saat pertanyaan sensitif diajukan, itu bisa dicatat sebagi tanda potensial adanya kebohongan,” kata Strecker.

Selain itu, perubahan pada pupil (apakah melebar atau menyempit) serta frekuensi kedipan mata juga bisa menjadi petunjuk.

Dalam situasi berisiko tinggi, seperti perselingkuhan atau pelanggaran di tempat kerja, beberapa studi menemukan kaitan antara penghindaran tatapan dengan kebohongan.

3. Mengenali Ekspresi

Wajah manusia menyimpan ribuan kombinasi ekspresi dan sebagian besar sulit dikendalikan secara sadar. Penelitian dari Stephen Porter di Dalhousie University menunjukkan adanya ekspresi kilatan emosi yang muncul sepersekian detik saat seseorang berbohong.

“Ada otot di wajah yang tidak bisa dikendalikan. Emosi asli bisa bocor melalui otot-otot itu, meskipun seseorang berusaha menutupi,” kata peneliti psikologi eksperimental, Leanne ten Brinke.

Mikroekspresi bisa berupa kemarahan, rasa bersalah, atau kegelisahan yang muncul sangat singkat, dari seperlima hingga seper-25 detik.

“Jika seseorang berbohong besar dengan konsekuensi serius, wajah hampir pasti akan membocorkan emosi sebenarnya,” kata Porter.

Karena itu, ahli menyarankan untuk memperhatikan ekspresi wajah yang "retak” sesaat, lalu menggali lebih jauh dengan pertanyaan untuk mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan.

4. Membaca Senyuman Palsu

Senyum sering menjadi tameng kebohongan, namun ada perbedaan jelas antara senyum tulus dan senyum palsu. Meta-analisis yang dilakukan psikolog Bella DePaulo menunjukkan bahwa pembohong cenderung menekan bibir, membuat senyum terlihat kaku atau tegang.

 “Orang yang jujur tersenyum dengan seluruh wajahnya, termasuk munculnya kerutan di sudut mata atau crow’s feet,” kata Patrick.

Senyum tulus melibatkan otot di sekitar mata (Duchenne smile), sedangkan senyum palsu biasanya hanya mengandalkan gerakan bibir.

Dalam interaksi sehari-hari, mengenali perbedaan ini bisa membantu mengidentifikasi ketidakjujuran, terutama ketika seseorang berusaha menutupi kebohongan dengan keramahan berlebihan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |