Cara Membedakan Flu dan Alergi agar Tak Salah Konsumsi Obat

1 week ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Batuk, pilek, dan bersin-bersin kerap kali dianggap sebagai gejala flu biasa. Namun, gejala tersebut juga bisa menandakan alergi.

Sayangnya, tidak sedikit orang yang salah kaprah dan langsung mengonsumsi obat flu tanpa mengetahui penyebab pastinya.

Padahal, konsumsi obat yang tidak tepat justru bisa memperburuk kondisi, apalagi jika ternyata penyebabnya adalah alergi.

Lalu, bagaimana cara membedakan flu dan alergi agar tidak salah konsumsi obat?

Bagaimana Membedakan antara Pilek dan Alergi?

Menurut Head of Pharmacist Study Program School of Medicine and Health Science Atmajaya, Dr. apt. Lusy Noviani, M.M, gejala flu dan alergi memang tampak mirip di permukaan, tapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan jika diperhatikan lebih lanjut.

"Flu itu disebabkan oleh virus, biasanya disertai dengan demam, badan pegal, dan kelelahan. Sedangkan alergi tidak menular dan tidak menyebabkan demam, tapi lebih ke bersin terus-menerus, hidung tersumbat atau meler, serta mata gatal dan berair," kata Lusy.

Berapa Hari Gejala Flu Mereda?

Gejala alergi biasanya muncul secara musiman atau saat seseorang terpapar alergen tertentu, seperti debu, serbuk bunga, bulu hewan, atau makanan tertentu.

Sementara itu, flu umumnya berlangsung selama lima hingga tujuh hari dan akan mereda dengan sendirinya. Berbeda dengan flu, gejala alergi bisa berlangsung lebih lama selama penderita masih terpapar alergen.

"Kalau sudah lebih dari seminggu tidak membaik dan tidak ada demam, bisa dicurigai sebagai alergi, bukan flu," ujar Lusy kepada Health Liputan6.com di sela-sela acara Indonesia Pharmacy Expo & Conference (IPEC) 2025 yang digelar belum lama ini.

Acara ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan literasi kesehatan serta akses informasi bagi para apoteker di seluruh Indonesia.

Country Head Opella Healthcare Indonesia, Midha Mulyaningrum menjelaskan bahwa partisipasi Opella dalam IPEC merupakan bagian dari kolaborasi strategis dengan SwipeRx yang telah terjalin selama tiga tahun terakhir.

"Event ini memang merupakan inisiasi dari SwipeRx, dan kami bermitra dengan mereka. Tujuan dan misinya sama, yaitu bagaimana meningkatkan peran apoteker melalui edukasi berkelanjutan," ujar Midha.

Apa yang Terjadi Jika Anda Minum Obat Alergi untuk Pilek?

Karena kesamaan gejala, banyak orang langsung membeli dan mengonsumsi obat flu di apotek tanpa berkonsultasi lebih dulu. Padahal, obat flu dan obat alergi memiliki kandungan dan mekanisme kerja yang berbeda.

Obat flu biasanya mengandung dekongestan dan analgesik, sementara obat alergi mengandung Antihistamin. Penggunaan obat flu yang mengandung dekongestan dalam jangka panjang justru bisa memperparah gejala alergi.

"Banyak pasien datang ke apotek sudah minum obat flu beberapa hari tapi tidak kunjung sembuh. Setelah ditanya lebih lanjut, ternyata mereka memiliki riwayat alergi. Inilah pentingnya edukasi dan komunikasi dua arah antara pasien dan apoteker," ujar Lusy.

Lusy, menambahkan, di kalangan farmasis klinis, teknik wawancara mendalam menjadi salah satu cara paling efektif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami flu atau alergi, terutama jika belum pernah melakukan tes alergi secara medis.

"Melalui pertanyaan mendalam tentang riwayat kesehatan, pola munculnya gejala, serta paparan alergen, kami bisa mengarahkan pasien untuk memilih terapi yang lebih tepat," ujarnya.

Peran Edukasi dan Apoteker di Garda Terdepan

Dalam masyarakat yang masih sering mengandalkan pengobatan mandiri, apoteker memegang peran penting sebagai garda terdepan untuk memastikan obat yang dikonsumsi tepat sasaran.

"Apoteker harus aktif memberikan edukasi. Jangan hanya menjual obat, tapi pahami keluhan pasien dan berikan saran yang sesuai, termasuk kapan harus merujuk ke dokter," ujar Lusy.

Salah satu topik utama yang diangkat oleh Opella dalam acara ini adalah rinitis alergi, kondisi yang kerap disalahartikan sebagai flu biasa. Banyak masyarakat belum bisa membedakan gejala alergi dengan flu, sehingga penanganannya pun sering keliru.

"Karena forum ini memang ditujukan untuk para farmasis, kami manfaatkan momen ini untuk memberikan edukasi terkait rinitis alergi. Tujuannya agar apoteker bisa menyampaikan informasi yang akurat kepada pasien," kata Midha.

Salah satu harapan utama Opella dari acara ini adalah meningkatkan kesadaran apoteker akan peran vital mereka dalam mendukung kesehatan masyarakat melalui edukasi dan rekomendasi pengobatan yang tepat.

"Apoteker dikunjungi 10 kali lebih banyak daripada dokter. Artinya, mereka adalah titik awal masyarakat dalam mencari solusi kesehatan. Jadi edukasi ini sangat penting," kata Midha.

Dalam praktik sehari-hari, apoteker kerap menjadi rujukan pertama bagi masyarakat yang mengalami gejala ringan seperti gatal, pilek, atau gangguan pencernaan.

Dengan pembekalan edukasi yang tepat, apoteker bisa menjadi penyaring awal yang membantu masyarakat menentukan apakah cukup melakukan self care atau perlu dirujuk ke dokter.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |