Liputan6.com, Jakarta - Masalah prostat seperti kanker dan pembesaran prostat jinak setidaknya dapat ditandai dengan empat gejala, seperti:
- Sering buang air kecil terutama malam hari.
- Aliran urine yang lemah.
- Perasaan tidak tuntas setelah berkemih.
- Kesulitan memulai buang air kecil (BAK).
Pembesaran prostat adalah kondisi yang umum terjadi pada pria usia lanjut dan dapat dimulai saat memasuki usia 50. Namun, gejalanya kerap baru muncul di usia lebih tua.
“Jika dibiarkan, pembesaran prostat bisa menyebabkan komplikasi seperti retensi urine akut atau infeksi saluran kemih berulang. Di sinilah pentingnya memeriksakan kesehatan prostat secara berkala, bahkan ketika belum ada gejala,” kata dokter spesialis bedah urologi di RS EMC Pulomas, Faisal Abdi Matondang, mengutip laman EMC, Minggu (1/6/2025).
Memasuki usia 50 tahun, pria sering kali mulai merasakan perubahan dalam tubuh yang sebelumnya tidak pernah menjadi perhatian, termasuk dalam hal kesehatan saluran kemih dan reproduksi. Salah satu organ penting yang kerap terabaikan adalah prostat, kelenjar kecil seukuran kenari yang terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra, yang berfungsi menghasilkan cairan semen.
Meskipun masalah prostat lebih sering dikaitkan dengan pria lanjut usia, perhatian terhadap kesehatan prostat sebaiknya dimulai lebih awal.
“Usia 50 tahun adalah waktu yang ideal untuk mulai mewaspadai perubahan atau gangguan pada organ ini, terutama karena beberapa kondisi seperti pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia/BPH), prostatitis, dan bahkan kanker prostat bisa berkembang secara perlahan tanpa gejala yang mencolok di tahap awal,” jelas Faisal.
Para peneliti di University of South Australia telah menemukan cara baru untuk mendeteksi kanker prostat pada tahap awal, yang dapat merevolusi cara penyakit ini diobati. Penemuan ini berpotensi membantu menghindari perawatan berlebihan atau kurang b...
Waspada Risiko Kanker Prostat
Selain pembesaran prostat jinak, masalah lain yang bisa menyerang prostat adalah kanker.
Kanker prostat salah satu jenis kanker paling umum pada pria, dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, pria dengan riwayat keluarga yang pernah menderita kanker prostat—terutama ayah atau saudara laki-laki—memiliki risiko lebih tinggi dan bahkan disarankan untuk mulai skrining lebih awal, yaitu usia 40 tahun.
Skrining untuk kanker prostat biasanya melibatkan dua pendekatan: pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination/DRE) dan pengukuran kadar PSA (prostate-specific antigen) dalam darah.
Meskipun tidak semua peningkatan PSA menandakan kanker, nilai ini menjadi indikator penting yang membantu dokter mengevaluasi apakah pemeriksaan lebih lanjut seperti biopsi diperlukan.
Pemeriksaan rutin memungkinkan deteksi dini dan pengelolaan yang lebih efektif, baik melalui perubahan gaya hidup, obat-obatan, maupun intervensi medis bila diperlukan.
Waspada Peradangan Prostat
Masalah lain yang tidak kalah penting untuk diwaspadai adalah prostatitis, atau peradangan pada prostat yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri maupun non-bakteri.
Kondisi ini bisa menimbulkan nyeri saat buang air kecil, nyeri panggul, hingga gangguan fungsi seksual. Meskipun prostatitis bisa terjadi pada usia berapapun, pria usia 30–50 tahun juga termasuk kelompok risiko.
“Oleh karena itu, evaluasi prostat di usia 50 bukan hanya fokus pada kanker, tetapi juga untuk mendeteksi berbagai gangguan prostat lainnya yang bisa memengaruhi kenyamanan hidup sehari-hari,” ucap Faisal.
Periksa Prostat Sejak Dini dan Berkala
Menjadikan pemeriksaan prostat sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin di usia 50 tahun adalah langkah cerdas dan proaktif.
Sama seperti memeriksa tekanan darah, kolesterol, atau gula darah, kesehatan prostat juga memerlukan pemantauan berkala. Terlebih lagi, banyak masalah prostat bersifat progresif, artinya semakin lama dibiarkan, penanganannya bisa menjadi lebih kompleks.
Dengan melakukan pemeriksaan sejak dini, pria memiliki peluang lebih besar untuk mencegah komplikasi, mendapatkan pengobatan yang lebih sederhana, serta menjaga kualitas hidup di usia lanjut.
“Oleh karena itu, jangan menunggu sampai timbul gejala mengganggu untuk memeriksakan prostat. Konsultasikan dengan dokter, terutama spesialis urologi, mengenai kapan dan bagaimana pemeriksaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan riwayat dan kondisi masing-masing,” pungkas Faisal.