Dari Lagu “Si Paling Mahir”, Mengulik Hubungan antara Emosi yang Dipendam dan Efek pada Kesehatan

Liputan6.com, Jakarta Lirik dalam lagu “Si Paling Mahir” milik Raisa kini terasa lebih personal bagi sebagian pendengar. Lagu ini terdengar seperti kisah seseorang yang kuat dan mandiri.

Rumah tangga Raisa dan Hamish Daud tengah ramai dibahas publik usai kabar perceraian bahtera rumah tangga selebritas tersebut. Di tengah banyaknya spekulasi, lagu Raisa yang berjudul “Si Paling Mahir” ikut menjadi sorotan karena liriknya menggambarkan seseorang yang berjuang seorang diri.

Lagu ini dirilis pada 22 Oktober 2024, “Si Paling Mahir” menggambarkan sosok yang selalu diandalkan untuk menjalankan banyak peran dalam hidup. Mereka sering menghadapi silent battle atau perjuangan diam-diam.

Melansir dari laman Flourising Mind Clinic, pada Jumat, 24 Oktober 2025, silent battle adalah perjuangan emosi yang terjadi diam-diam tanpa tanda yang terlihat. Seseorang berusaha tetap tampak kuat karena takut disalahpahami atau dinilai lemah. Orang-orang ini menjalani hari seperti biasa, padahal di dalam diri sedang berusaha keras mengelola perasaan yang berat dan rumit seorang diri.

Mengutip dari laman Verywell Mind, pada Jumat, 24 Oktober 2025, semua orang pernah merasa kewalahan oleh emosi, tetapi memilih menyimpan dan tidak membicarakannya.

Memendam emosi sering dianggap sebagai bentuk kekuatan atau cara menghindari konflik. Namun, kebiasaan ini dapat menimbulkan masalah dalam jangka panjang.

Memilih tetap tersenyum saat sedih, atau menahan amarah yang tiba-tiba meledak karena hal kecil bisa menjadi tanda emosi yang tidak tersalurkan.

Mengatur emosi diperlukan dalam kehidupan sosial, tetapi memendam emosi berarti tidak memberi ruang untuk memprosesnya dengan baik. Ketika seseorang merasa tidak aman atau takut terlihat lemah, emosi cenderung dipendam.

Kenapa Kita Sering Memendam Perasaan?

Menurut Dr. Cullen Mullen, PsyD, LMFT, alasan seseorang memendam perasaan biasanya berawal dari rasa takut terhadap kerentanan. 

"Alasan kita terkadang atau sering kali menahan emosi bisa beragam, tetapi semuanya tampaknya bermula dari rasa takut akan kerentanan. Dari rasa takut ini, kita bereaksi melalui tindakan emosional untuk melindungi diri," jelasnya.

Sikap ini dapat terbentuk sejak kecil ketika anak merasa tidak aman untuk mengekspresikan dirinya.

Mullen mengatakan, beberapa orang belajar, seiring bertambahnya usia, bahwa mengekspresikan emosi mereka tidaklah aman. 

Beberapa kondisi yang dapat terjadi pada masa kanak-kanak:

• Perasaan anak sering diabaikan atau dianggap tidak penting.
• Orang tua mengekspresikan emosi dengan cara yang menakutkan.
• Anak merasa orang tua sudah kewalahan dan tidak mampu menampung emosinya.

Hal tersebut dapat membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang sulit menyampaikan apa yang dirasakan karena takut ditolak, dihakimi, atau ditinggalkan.

Masih dari laman Verywell Mind, walaupun terlihat seperti solusi sementara, memendam perasaan dapat berdampak pada kesehatan mental, fisik, serta hubungan sosial.

1. Dampak pada Kesehatan Mental

Seseorang bisa merasa tidak dihargai, merasa suaranya tidak penting, mengalami stres, cemas, atau depresi. Emosi yang tidak tersampaikan dapat berkembang menjadi rasa marah dan benci.

2. Dampak pada Kesehatan Fisik

Menurut Mullen, tekanan emosional dapat menyebabkan stres fisik. Stres berkepanjangan meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, gangguan memori, nyeri otot, penurunan daya tahan tubuh, masalah pencernaan, dan penyakit kardiovaskular.

3. Dampak pada Hubungan Sosial

Hubungan yang sehat membutuhkan keterbukaan. Ketika seseorang sulit mengekspresikan diri, kedekatan emosional berkurang dan kepuasan dalam hubungan menurun. Orang tersebut juga lebih rentan mengalami gejala depresi.

Tanda Seseorang Memendam Perasaan

Tanda-tandanya bisa berupa:

• Merasa tidak dipahami orang lain.
• Tidak mendapatkan kepuasan dalam hubungan sosial.
• Keluhan fisik seperti gangguan pencernaan, sakit kepala, atau jantung berdebar.
• Mudah frustrasi.
• Muncul rasa kesal terhadap orang lain.

Shari Foos, MA, MFT, MS menyebutkan, bahasa tubuh seperti menutup diri, mengalihkan pembicaraan, atau memilih meninggalkan ruangan juga dapat menjadi petunjuk.

Cara Mulai Mengungkapkan Emosi

Mengungkapkan perasaan membutuhkan latihan dan waktu. Mulailah dari hal positif seperti mengungkapkan rasa senang atau harapan kecil.

Contoh langkah sederhana:

• Mengucapkan rasa senang saat mendapatkan perhatian.
• Menyampaikan harapan dengan sopan.
• Menjelaskan perasaan pribadi terhadap situasi.

Foto Pilihan