Liputan6.com, Jakarta Pernahkah memulai hubungan, namun saat di fase awal atau di masa pdkt alias pendekatan sudah merasa sangat dispesialkan. Seperti mendapatkan perhatian yang besar, merasa penting dan diinginkan, atau dibelikan banyak hadiah.
Tentu terasa menyenangkan, tetapi apakah hubungan yang terkesan cepat merupakan hubungan yang sehat atau ini hanya sebuah love bombing belaka?
Dilansir dari Cleveland Clinic, love bombing merupakan kekerasa psikologis dan emosional. Menurut psikolog, Alaina Tiani, PhD, perilaku love bombing bisa bertujuan untuk mengendalikan seseorang.
Ia menyebut, mungkin pada awal masa love bombing seseorang akan merasa aman, terlindungi, dan terpesona karena tindakan besar, tetapi perilaku ini bukan hanya sekadar mencari cinta.
“Seiring waktu, tindakan-tindakan besar tersebut merupakan upaya untuk memanipulasi Anda dan membuat Anda merasa berhutang budi dan bergantung pada mereka,” jelas Tiani.
Love bombing umumnya terbagi dalam tiga fase, yaitu idealisasi (penuh pujian dan kasih sayang berlebih), devaluasi (mulai muncul tuntutan, pembatasan, hingga gaslighting), dan fase pengabaian (meninggalkan pasangan atau mengabaikan setelah mendapatkan kendali).
Kondisi tersebut membuat korban bingung, bahkan merasa bersalah meski bukan mereka penyebab masalahnya.
Perbedaan Love Bombing dan Cinta Asli
Tidak mudah membedakan apakah pasangan benar-benar jatuh cinta atau sekadar melakukan love bombing. Tiani menjelaskan, cara terbaik untuk membedakan keduanya adalah mengidentifikasi apakah ada batasan yang dilanggar.
“Lakukan percakapan terbuka dengan mereka tentang perasaan Anda dan batasan-batasan Anda, lalu lihat bagaimana tanggapan mereka,” saran Tiani.
Menurut Tiani, seseorang merefleksikan suatu masukan, kemudian mengubah perilakunya, kemungkinan besar mereka menghormati dan peduli dengan hubungan. Namun, jika mereka agresif, argumentatif, atau terus-menerus tidak menghormati batasan, itu merupakan tanda bahaya.
Hubungan yang tulus biasanya memberi ruang aman, rasa saling menghargai, dan proses yang alami. Sebaliknya, love bombing membuat hubungan terasa terlalu cepat, terlalu intens, dan menguras energi.
Cinta sejati juga tidak membuat seseorang harus mengorbankan keluarga, teman, atau aktivitas penting lain hanya demi satu orang. Singkatnya, hubungan yang sehat menumbuhkan kenyamanan, bukan ketakutan.
Menurut Tiani, hubungan yang baik terasa menyenangkan. “Jika rasanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan, itu mungkin pertanda ada sesuatu yang terjadi. Pentinng bagi kita untuk menyadari hal itu ketika perasaan-perasaan itu muncul, alih-alih mengabaikannya."
Tanda-Tanda Love Bombing
Meski sulit dikenali di awal, ada beberapa tanda yang sering muncul dalam love bombing.
1. Membanjiri hadiah berlebihan yang tidak diminta
Meskipun hadiah merupakan salah satu bagi sebagian orang untuk menyampaikan cinta, tetapi jika hadiah diberikan secara berlebihan, hadiah tersebut tidak diperlukan maupun diinginkan bisa menjadi tanda bahaya.
Apalagi setelah secara terang-terangan menyampaikan bahwa hadiah-hadiah tersebut tidak diperlukan, tetapi mereka tetap memberikannya.
“Hadiah-hadiah ini biasanya berupa sesuatu yang cukup rumit, mahal atau pembelian besar untuk memikat hari Anda,” ujar Tiani.
2. Tergesa-gesa mendorong hubungan ke tahap serius
Menurut Tiani, tanda pelaku love bombing adalah mereka tergesa-gesa mengklaim seseorang sebagai “belahan jiwanya” meski hanya dalam beberapa kali pertemuan. Meskipun mendapatkan julukan tersebut menyenangkan, apalagi dari orang yang disuka, namun jika mereka terkesan terburu-buru, ini merupakan pertanda bahaya.
“Mereka ingin segera menciptakan rasa keintiman, kedekatan, dan komitmen,” kata Tiani.
3. Selalu Ada dan Menuntut Perhatian
Seorang yang suka memberikan love bombing akan tampak lebih bergantung kepada pasangannya dibandingkan dengan orang lain. Seiring berkembangnya hubungan, mereka mungkin akan menuntut lebih dengan amarah.
Mereka juga mungkin akan memberikan pertanyaan tidak rasional yang memaksa pasangannya untuk memilih mereka atau orang yang pasangannya sayangi.
“Seiring waktu, mereka bisa membuat Anda merasa bersalah untuk tetap bersama mereka atau mengutamakan mereka daripada orang lain dan hal-hal yang Anda pedulikan,” ujar Tiani.
Tanda-tanda Love Bombing Lainnya
4. Sulit menerima kata “tidak”
Bagi mereka, sekali tidak, sampai kapanpun tidak. Jika pasangan mereka mencoba menyampaikan ketidaknyamanan atas perilaku dan batasan yang tidak sehat, mereka mungkin akan menjadi argumentatif, memanipulasi hingga pasangannya merasa dirinya salah telah mengatakan tidak sejak awal.
“Jika terasa ada batasan atau banyak batasan yang dilanggar, itu pertanda suara Anda tidak didenger dan pendapat Anda tidak penting dalam hubungan tersebut,” kata Tiani.
5. Mereka Mengisolasi Pasangannya
Bagi pelaku love bombing, mengisolasi pasangan dari keluarga dan teman-temannya, membuat mereka merasa memiliki kendali penuh atas aktivitas yang pasangannya ikuti.
Tanda-tanda yang muncul misalnya mereka terkadang menolak untuk mengizinkan pasangannya mengikuti kegiatan tertentu atau menghabiskan waktu bersama orang lain tanpa mereka.
Tanda yang lebih halus, contohnya mereka menjadi murung, gelisah, atau sedih setiap pasangannya mencoba melakukan sesuatu tanpa mereka.
6. Terlalu Sering Mengatakan Cinta
Pelaku love bombing mukin akan sering menanyakan kabar pasangannya saat mereka sedang pergi, atau mungkin mereka terlalu sering mengungkapakn perasaan mereka dan mengecek lokasi pasangannya.
“Jika berlebihan dan terasa terlalu cepat, itu pertanda Anda mungkin mengalami love bombing. Seiring berjalannya hubungan, kejadian-kejadian ini bisa menjadi semakin intens,” jelas Tiani.