Digital Privacy Parenting ala Raisa, Cara Bijak Lindungi Privasi Anak di Era Media Sosial

18 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Di era digital seperti sekarang, hampir setiap momen keluarga dibagikan ke media sosial. Namun, di tengah tren tersebut, muncul kebiasaan baru di kalangan orangtua masa kini, tidak menampilkan wajah atau identitas anak sama sekali di dunia maya. Gaya pengasuhan ini dikenal dengan istilah digital privacy parenting.

Digital privacy parenting adalah pola asuh yang bertujuan mengajarkan anak bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus melindungi identitas mereka dari paparan publik yang berlebihan.

Salah satu figur publik yang menerapkan prinsip ini adalah penyanyi Raisa Andriana. Sejak kelahiran buah hatinya bersama Hamish Daud, yakni Zalina Raine Wyllie, Raisa konsisten untuk tidak mengunggah wajah anaknya di media sosial, bahkan hingga kini.

Keputusan Raisa dan Hamish bukan tanpa alasan. Keduanya sepakat menjaga privasi sang anak hingga Zalina cukup dewasa untuk memutuskan sendiri apakah ingin tampil di publik atau tidak.

Menariknya, pilihan pasangan ini juga sejalan dengan pandangan para ahli kesehatan mental dan digital, yang menilai pentingnya menjaga privasi anak di dunia maya demi melindungi mereka dari risiko kejahatan siber maupun tekanan sosial sejak dini.

Promosi 1

Identitas Digital yang Terlalu Dini

Dilansir dari BBC, hasil survei Perusahaan Nominet di Inggris menyatakan bahwa rata-rata orangtua telah mengunggah hampir 1.500 foto anak mereka sebelum anak berumur lima tahun.

Sebagian besar anak hari ini sudah memiliki 'jejak digital' jauh sebelum mereka mampu memilih ingin tampil di dunia maya atau tidak.

Hal ini mungkin terjadi di seluruh dunia sebagai bentuk kebanggaan orangtua. Namun, bagaimana dengan anak-anak, yang pada saat itu terlalu muda untuk memiliki pilihan ingin tampil di dunia maya atau tidak. 

Psikolog yang menfokuskan pada isu media sosial, Dr. Arthur Cassidy, menjelaskan bahwa kebiasaan ini dapat membentuk identitas digital yang tidak selalu diinginkan anak di masa depan.

"Salah satu perdebatan utama adalah, apakah orangtua berhak untuk mengendalikan identitas anaknya?," kata Arthur.

"Mereka berpikir, ini anak kami, jadi kami yang memiliki identitasnya. Tapi anak-anak percaya bahwa mereka berhak untuk mengubah dan mengendalikan identitas mereka sendiri di dunia maya," tambahnya.

Banyak anak-anak yang telah beranjak dewasa meminta orangtuanya untuk menghapus foto masa kecilnya, karena mereka menganggap hal itu sangat memalukan. 

Menjaga Privasi Anak di Era Digital

Di era digital saat ini, menjaga privasi anak bukan berarti menolak kemajuan teknologi. Orangtua tetap bisa menyimpan berbagai momen berharga bersama anak, seperti foto, video, atau catatan tumbuh kembang, tanpa harus membagikannya kepada publik.

Langkah ini juga dilakukan oleh Raisa Andriana, yang memilih untuk menyimpan momen keluarganya secara pribadi tanpa menampilkan wajah sang putri di media sosial. Keputusan ini menjadi contoh positif bagi banyak orangtua muda di Indonesia tentang pentingnya menjaga hak privasi anak sejak dini.

Dengan menahan diri untuk tidak mengunggah wajah anak di media sosial, orangtua memberikan ruang bagi anak agar terlindungi dari paparan publik yang berlebihan sekaligus memiliki hak untuk menentukan sendiri batas privasinya di masa depan.

Selama ini, isu privasi di internet sering kali berfokus pada anak-anak dan remaja yang diingatkan agar tidak membagikan terlalu banyak informasi pribadi. Namun, kini perhatian justru tertuju pada orangtua sebagai pihak yang berperan penting dalam menjaga jejak digital anak-anak mereka.

"Orangtua juga harus berhati-hati dalam mengunggah sesuatu secara daring dan memikirkan kembali apa yang akan mereka bagikan," ujar pendiri sekaligus Kepala Eksekutif situs pengasuhan anak Mumsnet, Justine Roberts.

Menurutnya, banyak orangtua yang mengira tidak ada masalah selama mereka tidak membagikan foto yang memalukan atau terlalu pribadi.

“Namun, pada kenyataannya, mereka tetap saja membagikan foto anak-anak yang dapat dikonsumsi oleh publik," tambah Justine.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |