Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi Med Salim Lim dari RS EMC Grha Kedoya Jakarta mengatakan pada tahap awal pasien penyakit ginjal tidak mempunyai gejala yang khas. Alhasil sehingga penyakit ini sering terlambat diketahui.
Med Salim Lim mengatakan memang bisa ditandai dengan kencing berbusa terutama yang tidak hilang dalam beberapa menit.
"Hal ini karena adanya protein (proteinuria) yang bocor dari ginjal ke dalam urine akibat kerusakan pada filter ginjal (glomeruli)," tutur Med Salim Lim.
Lebih lanjut, Med Salim Lim mengutarakan kebanyakan pasien gagal ginjal terjadi akibat penyakit diabetes, hipertensi dan glomerulonephritis.
"Jika gagal ginjal akibat diabetes dan hipertensi biasanya terjadi pada orang dewasa di atas umur 40 tahun. Gagal ginjal karena glomerulonephritis bisa terjadi pada orang di usia muda di bawah umur 40 tahun karena gejalanya yang tidak khas seperti kencing berbusa sehingga sering terlambat diketahui.“ ujar Med Salim Lim dalam seminar dan temu kangen dengan Komunitas Ginjal Sehat Selalu (GSS) di RS EMC Grha Kedoya Jakarta pada Minggu, 14 September 2025.
Penyebab Gagal Ginjal Lainnya
Med Salim Lim mengatakan penyebab lain gagal ginjal bisa karena batu ginjal, infeksi, kurang minum, kanker, penyakit jantung, liver, genetik (polikistik ginjal).
Gagal ginjal juga bisa terjadi karena efek samping penggunaan obat tertentu terutama obat anti nyeri (pain killer). "Penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAIDS pada jangka panjang atau dengan dosis tinggi, terutama pada pasien yang sudah menderita penyakit ginjal, bisa memperburuk fungsi ginjal atau bahkan memicu gagal ginjal,“ katanya lagi.
Ia juga mengingatkan beberapa obat-obat tradisional/herbal ataupun obat cina bisa menyebabkan gagal ginjal dan bahkan memicu kanker saluran kencing.
Di kesempatan itu hadir juga Hospital Director RS EMC Grha Kedoya, dr. Henry Andrean, MHS (HA)., MARS., FISQua yang memberikan sambutan.
Edukasi soal Kesehatan Ginjal
Wakil Ketua Komunitas Ginjal Sehat Selalu (GSS) dr. Raymond P.A., M.Kes., AAAM yang hadir dalam acara itu menyampaikan seminar dan temu kanget ini bertujuan memberi edukasi, wadah berbagi pengalaman, sekaligus mempererat silaturahmi antaranggota.
“Acara kali ini kami ingin memberikan edukasi melalui seminar agar anggota memperoleh informasi, mengikuti sharing session, sekaligus ajang temu kangen dengan anggota dari seluruh Indonesia,” ungkap Raymond.
Sejak berdiri pada 2019, GSS berkomitmen menjadi komunitas sosial nirlaba yang fokus mendampingi pasien gagal ginjal. Tidak ada iuran anggota, dan GSS menegaskan diri bebas dari isu politik maupun SARA.
Pendiri GSS, Martin Budi Ilham (alm.), pernah menyoroti maraknya pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari kondisi pasien ginjal, mulai dari penjualan obat, suplemen, hingga praktik percaloan ginjal dengan harga fantastis. Kehadiran GSS untuk memberikan edukasi agar pasien tidak terjebak pihak yang ingin memanfaatkan keadaan.
“GSS ingin membantu pasien merawat ginjalnya agar lebih awet, sekaligus mengatasi kecemasan serta kebingungan. Di sini anggota bisa saling bertukar pengalaman dan pola hidup sehat sehari-hari,” tambah Raymond.
Deteksi Dini
Para peserta juga mendapat pemahaman seputar pencegahan dan penanganan penyakit ginjal.
Pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga gaya hidup sehat, seperti mengatur pola makan, rutin berolahraga, mengontrol tekanan darah, gula darah, dan berat badan, serta berhenti merokok.
Jika upaya tersebut tidak berhasil dan pasien sudah menderita gagal ginjal, pilihan pengobatan meliputi dialisis seperti hemodialisis maupun dialisis peritoneal serta transplantasi ginjal.
“Jika ditangani dengan cepat dan tepat oleh dokter spesialis, gagal ginjal akut bisa pulih karena kerusakan ginjalnya belum permanen,” kata Med Salim Lim.