Liputan6.com, Jakarta - Mimpi menjadi dokter sering kali terkendala oleh biaya. Namun, hal ini tak berlaku bagi Syahrul Ramadhan, pemuda asal Bagan Siapi-api, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, yang membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah halangan untuk meraih gelar dokter dari universitas ternama.
Sabtu, 3 Mei 2025, menjadi hari penuh haru bagi Syahrul dan keluarganya. Dia resmi mengucap sumpah dokter dan dinyatakan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), kampus impian yang hanya bisa diraih lewat ketekunan dan prestasi luar biasa.
Syahrul bukan berasal dari keluarga yang berada. Ayahnya, Azman, bekerja sebagai tukang las dengan penghasilan yang tidak tetap. Sementara ibunya, Neni Marlina, adalah seorang penyapu jalan.
Meskipun hidup serba pas-pasan, semangat mereka untuk mendukung pendidikan anak-anak tidak pernah surut.
Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Syahrul melihat sendiri perjuangan orang tuanya yang bekerja keras demi biaya hidup dan pendidikan saudara-saudaranya.
Namun, tekadnya tetap kuat. Dia ingin mengangkat derajat keluarga dan kembali mengabdi ke kampung halaman sebagai dokter.
Masuk FKUI Lewat Jalur Prestasi
Syahrul adalah lulusan SMA Negeri 2 Bangko, Rokan Hilir. Nilai rapornya yang gemilang membawanya diterima di Fakultas Kedokteran UI melalui jalur SNMPTN.
Namun, kebahagiaan itu sempat bercampur kebingungan. Bagaimana mungkin dia bisa membayar biaya kuliah yang tinggi, apalagi biaya hidup di Jakarta?
Kenyataan ekonomi keluarganya membuat sang ibu sampai harus mengambil tabungan demi membeli tiket pesawat agar Syahrul bisa mendaftar ulang ke UI, seperti yang diberitakan oleh Antara News pada tahun 2019. Saat itulah, bantuan datang dari arah yang tak disangka.
Dibantu Ikatan Alumni FKUI Sejak Awal
Setelah pemberitaan media lokal yang menceritakan kesulitan Syahrul, Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Iluni FKUI) turun tangan.
Melihat potensi besar dan kondisi ekonominya, Iluni FKUI memutuskan untuk membantu secara penuh.
"Lulus menjadi mahasiswa FKUI biayanya kita bantu," ujar Guru Besar FKUI-RSCM sekaligus penggerak Iluni FK, Prof. Ari Fahrial Syam, kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Minggu, 4 Mei 2025.
Prof Ari memastikan bahwa Iluni menanggung semuanya sehingga orangtua Syahrul tidak mengeluarkan uang sepersen pun. "Malah dikasih duit," tambahnya.
Bantuan itu mencakup seluruh biaya kuliah (UKT), biaya hidup Rp2 juta per bulan, hingga kebutuhan lainnya sejak semester pertama hingga lulus.
Momen Haru di Hari Sumpah Dokter
Neni Marlina, ibunda Syahrul, hadir dalam acara sumpah dokter meskipun harus duduk di kursi roda karena kondisi kesehatan yang menurun.
Tangis haru tak terbendung melihat anak bungsunya berdiri gagah berseragam putih, siap mengabdi sebagai dokter.
"Saya berharap Syahrul jadi dokter yang amanah," kata Neni yang berharap anak laki-lakinya itu mendapat gelar dokter spesialis dari FKUI.
Cita-Cita Mengabdi sebagai Dokter Spesialis
Setelah lulus dokter umum, Syahrul pernah berujar ingin kembali ke Rokan Hilir sebagai dokter spesialis. Dia melihat masih kurangnya tenaga medis, terutama spesialis jantung dan kandungan di daerahnya.
"Saya ingin lanjut ke spesialis dan pulang mengabdi. Daerah saya sangat membutuhkan," ucapnya penuh semangat.