Hari Keluarga Internasional, Lindungi Anak dari Dampak Perubahan Iklim lewat Gizi Optimal

6 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun, Hari Keluarga Internasional atau Hari Keluarga Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Mei. Hari ini menjadi pengingat penting akan peran keluarga dalam membentuk masa depan anak. Tahun ini, isu iklim kembali menyeruak, bukan hanya sebagai wacana lingkungan, tetapi juga sebagai ancaman nyata bagi tumbuh kembang anak, terutama dari sisi kesehatan dan nutrisi.

Perubahan iklim kini bukan lagi sekadar naik-turunnya suhu, melainkan ketidakpastian cuaca yang ekstrem: pagi panas terik, siang hujan deras, malam tiba-tiba dingin menusuk.

Menyambut peringatan Hari Keluarga Sedunia, Kalbe menggelar sesi talkshow Live IG mengenai dampak iklim ekstrem terhadap sistem imun anak.

“Cuaca yang berubah drastis ini sangat berdampak pada anak karena sistem imun mereka belum berkembang seoptimal orang dewasa,” jelas Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K.

Anak-anak memang termasuk kelompok paling rentan dalam situasi ini. Tubuh mereka belum memiliki kapasitas adaptasi sebaik orang dewasa. Akibatnya, mereka lebih mudah terserang penyakit, terutama infeksi saluran napas atas seperti flu, batuk, hingga radang tenggorokan.

Bukan hanya itu, kondisi lingkungan yang lembap akibat hujan dan genangan air juga meningkatkan risiko penyakit lain seperti demam berdarah atau gangguan pencernaan akibat sanitasi yang terganggu.

Nutrisi Jadi Benteng Pertahanan

Dalam kondisi iklim yang tidak menentu, status gizi anak memainkan peran krusial sebagai benteng pertahanan pertama tubuh. 

“Nutrisi itu ibarat dinding rumah,” ujar dr. Dedyanto.

“Kalau dindingnya rapat dan kokoh, maka gangguan dari luar—virus, bakteri—tidak akan mudah masuk.”

Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap remeh peran makanan dalam menjaga daya tahan tubuh anak. Padahal, anak dengan gizi buruk ibarat rumah yang pintunya tak terkunci, jendelanya terbuka, dan gentengnya bocor—mudah ‘dimaskuki’ penyakit kapan saja.

Dari “Empat Sehat Lima Sempurna” ke “Gizi Seimbang”

Satu hal penting yang juga disampaikan dr. Dedyanto adalah perlunya pembaruan perspektif soal makanan sehat. Konsep “empat sehat lima sempurna” sudah ditinggalkan dan digantikan dengan prinsip gizi seimbang.

“Konsep 4 Sehat 5 Sempurna telah berkembang menjadi Gizi Seimbang, yang menekankan keragaman asupan makronutrien dan mikronutrien, termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serta kecukupan air. Namun, tidak ada satu jenis nutrisi yang bisa mencegah semua penyakit. Semua harus terpenuhi secara komplet, seperti vitamin D untuk imunitas dan zinc untuk kesehatan pencernaan,” jelas dr. Dedy.

Artinya, tidak cukup hanya memberi anak nasi, lauk, sayur, buah, dan susu. Yang lebih penting adalah memastikan keseimbangan nutrisi makro dan mikro—karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air—dalam jumlah dan proporsi yang sesuai dengan usia, aktivitas, serta kondisi anak.

Mencapai Berat Badan Ideal Anak

Keberhasilan yang diinginkan dari gizi seimbang bukan memberikan anak makan sebanyak mungkin sehingga mereka menjadi gemuk, namun tentang bagaimana anak mencapai berat badan ideal. Karena terbukti anak-anak yang memiliki berat badan ideal, tumbuh kembangnya lebih optimal dan lebih cerdas dibandingkan anak-anak yang terlalu kurus atau terlalu gemuk.

“Dengan gizi seimbang dengan berat badan yang ideal pun membuat anak itu membentengi badannya sehingga tidak mudah terkena atau terinfeksi penyakit apa pun, termasuk penyakit yang terkait dengan perubahan cuaca atau perubahan iklim,” tuturnya.

Tak kalah penting adalah pola hidup bersih dan sehat, termasuk kebersihan lingkungan, rutin mencuci tangan, serta membiasakan aktivitas fisik secara teratur.

Peran Keluarga: Lebih dari Sekadar Suapan Makanan

Dalam konteks Hari Keluarga Internasional, isu ini menggarisbawahi pentingnya peran keluarga bukan hanya dalam pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan yang adaptif terhadap perubahan zaman dan iklim. Ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga perlu saling mendukung untuk menerapkan gaya hidup sehat dan sadar gizi, mulai dari pola makan, kebersihan, hingga memperhatikan tanda-tanda gangguan kesehatan anak sejak dini.

Perubahan iklim memang di luar kendali kita. Tapi bagaimana kita meresponsnya—dengan perhatian, edukasi, dan kepedulian—itulah yang akan menjadi bekal penting bagi anak untuk bertahan dan tumbuh sehat di masa depan yang penuh tantangan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |