Healing ala Menkeu Purbaya, Drama China Pendek Jadi Obat Stres Sehari-hari

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memiliki cara unik untuk meredam stres. Hal ini Purbaya ungkap dalam wawancara bersama Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) 2019–2024, Putri Tanjung.

"Pak, kalau lagi stres, healing-nya biasanya Bapak ngapain?," tanya Putri, seperti dikutip dari tayangan YouTube CXO Media.

"Kalau stres, dugaan saya ya, saya itu nonton drama China yang pendek-pendek itu. Menghibur, kadang-kadang ceritanya mirip-mirip, tapi ditonton aja udah," ujar Purbaya.

Mendengar jawaban itu, sontak Putri tertawa keras dan bercerita bahwa ayahnya, Chairul Tanjung, juga kerap menonton untuk menghilangkan stres.

"Bapak saya kalau lagi stres emang nonton sih, tapi nontonnya series," kata Putri.

Sementara itu, Menkeu Purbaya lebih gemar menonton tayangan pendek lantaran ia merasa bosan jika tontonannya terlalu panjang.

"Yang pendek-pendek, kalau panjang kan bosen. Tahunya itu pelarian kita, ketika istri bilang 'kamu nonton Cina terus!' oh iya ya gue nonton," ujarnya.

Terapi Sinema seperti Nonton Drama China Pendek Menurut Pakar

Dalam dunia kesehatan jiwa, meredam stres dengan menonton film disebut sebagai terapi film, terapi sinema, atau cinema therapy.

Terapi sinema merupakan suatu arah psikoterapi yang mencakup suatu sistem metode yang didasarkan pada cara kerja reaksi manusia yang diterima selama dan setelah menonton film, dan ditujukan pada penyembuhan spiritual dan mental.

Psikolog Amerika, Dr. Gary Solomon, adalah salah satu pakar yang menulis buku tentang terapi sinema.

Dilansir cinematherapy.org, Solomon adalah penggemar berat film sejak kecil. Jalan hidupnya sulit. Suatu ketika, saat dewasa, dia kehilangan semua tabungannya.

Seperti yang ditulis Solomon sendiri, dia benar-benar kehilangan arah. Alkohol dan narkoba bisa saja membunuhnya. Namun, film-film membantunya menghentikan tindakan buruk itu.

Film Bantu Pasien Kenali Realita Psikologisnya

Dalam menjalankan praktik psikoterapinya, Solomon kerap merekomendasikan beberapa judul film tertentu sesuai kondisi pasiennya.

Suatu ketika, salah satu kliennya menceritakan kisah hidupnya. Cerita itu mengingatkan Gary pada salah satu film yang dia ketahui.

Gary pun menyarankan untuk menonton film ini dan menugaskan klien tersebut untuk menggambarkan pemikirannya tentang apa yang telah ia tonton.

Dia juga memintanya untuk memikirkan apakah ia mengenali dirinya sendiri dalam salah satu karakter.

Pada pertemuan berikutnya, klien tersebut bertanya,"Bagaimana Anda tahu?" Klien tersebut menjelaskan bahwa seolah-olah dia telah melihat kehidupannya sendiri dalam film tersebut.

Kasus ini menunjukkan kepada Solomon soal manfaat dari tontonan semacam itu.

Dia memperhatikan bahwa film berkontribusi dalam membangun kontak dan membantu klien menjadi lebih sadar akan situasi dan kesulitan yang mereka hadapi.

Tak Harus Selalu Gunakan Film dengan Akhir Cerita Bahagia

Gary Solomon menyarankan untuk menonton film di mana para tokohnya mengalami masalah yang sama.

Memang, setelah menonton, klien lebih cepat terbuka dan membicarakan masalah-masalah dalam hidup mereka yang sebelumnya tidak mereka sadari. Film membantu mereka mengenali realitas psikologis mereka sendiri.

Solomon mulai menggunakan film dalam karyanya tentang kodependensi, kecanduan, eskapisme, alkoholisme, dan lain-lain.

Melihat adanya khasiat penyembuhan, dia kemudian menyebut film sebagai 'alat penyembuhan', dan proses terapi film disebutnya sebagai 'sebuah perjalanan penyembuhan'.

Dia merekomendasikan penggunaan film untuk terapi individu, pasangan, keluarga, dan kelompok.

Penemuan penting Solomon lainnya adalah fakta bahwa terapi sinema tak harus selalu menggunakan film dengan akhir cerita yang bahagia.

Efek terapeutik sering kali tercapai setelah menonton film yang berakhir tragis. Misalnya, cerita tentang seorang pecandu alkohol yang sekarat membantu klien mengatasi kecanduan alkoholnya.

Klien belajar untuk tidak mengulangi kesalahan karakter tersebut. Solomon menyebut efek ini sebagai 'penyembuhan paradoks'.

Secara bertahap, dia menciptakan pilihan film khusus dengan berbagai topik dan mulai menggunakannya dalam karya tulisannya.

Gary Solomon adalah penulis tiga buku tentang terapi sinema. Berkat ide dan karya produktifnya, Solomon dijuluki Dokter Sinema.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |