Hujan Mikroplastik di Jakarta Sangat Mungkin Terjadi, Pakar IPB Jelaskan Asal-usul dan Faktor Penyebabnya

1 day ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Etty Riani, mengatakan, adanya kandungan mikroplastik dalam air hujan seperti temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memang sangat mungkin terjadi.

"Fenomena ini secara ilmiah memang sangat mungkin terjadi," kata Etty dikutip dari laman ipb.ac.id pada Kamis, 23 Oktober 2025.

Dia menambahkan bahwa mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer.

"Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis," tambahnya.

Saat berada di udara, partikel mikroplastik dapat terbawa arus angin dan akhirnya turun kembali ke bumi bersama air hujan.

"Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih," kata Prof Etty.

Pertumbuhan pohon dan tanaman dapat terhambat karena mikroplastik. Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran sangat kecil, dan sudah ditemukan di tanaman pangan, antartika, bahkan otak manusia.

Promosi 1

Sumber Mikroplastik di Perkotaan

Etty, menambahkan, sumber mikroplastik di udara perkotaan seperti Jakarta sangat beragam, mulai dari degradasi berbagai jenis sampah plastik, gesekan ban kendaraan, hingga pakaian sintetis.

Sementara itu, faktor lingkungan seperti suhu tinggi dan kondisi udara kering turut mempercepat proses pelapukan plastik serta memudahkan partikel halus tersebut beterbangan ke atmosfer.

"Tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi akar masalah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik. Akhirnya, plastik akan terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik," ujarnya.

Ubah Gaya Hidup Jadi Lebih Ramah Lingkungan

Etty menilai perlu ada langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat. Dia mendorong upaya perubahan gaya hidup menuju pola yang lebih ramah lingkungan.

"Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam. Kurangi penggunaan plastik, hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan biasakan memilah sampah sejak dari rumah," ujarnya.

Selain itu, Etty menekankan pentingnya penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan pemberian sanksi bagi pihak yang tidak mendukung kebijakan pengurangan plastik.

"Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker," katanya.

Respons Gubernur DKI Jakarta

Terkait hal ini, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyampaikan, pihaknya meminta Dinas Lingkungan Hidup untuk mengkaji dan memperkuat data yang didapat BRIN.

"Mengenai mikroplastik apa yang jadi temuan BRIN saya sudah minta dikaji di Dinas Lingkungan Hidup dan kami sebenarnya akan memperkuat data itu. Nanti setelah kajian selesai saya akan minta mereka sampaikan kepada publik," kata Pramono di Jakarta pada Rabu, 22 Oktober 2025.

Dia, menambahkan, belakangan secara keseluruhan kondisi cuaca dan polusi di Jakarta mengalami perbaikan.

"Tetapi yang jelas, sekarang ini sebenarnya kalau dilihat secara keseluruhan kondisi cuaca dan polusi di Jakarta mengalami penurunan yang signifikan, dan mudah-mudahan ini bisa kita jaga bersama-sama," pungkasnya.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |