Isu Perceraian Jule dan Daehoon Memanas, Publik Puji Sikap Dewasa Sang Ayah Lindungi Anak-anaknya

Liputan6.com, Jakarta - Kebahagiaan pasangan Julia Prastini atau yang akrab disapa Jule, dan Na Daehoon asal Korea Selatan, yang selama ini dikenal harmonis, kini tengah terusik. Hubungan pasangan suami istri yang telah dikaruniai tiga anak itu dikabarkan berada di ujung perpisahan setelah muncul isu perselingkuhan yang diduga melibatkan Jule dan Safrie Ramadhan.

Kabar tersebut dengan cepat mencuat di dunia maya dan menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.

Di tengah ramainya kabar tersebut, Na Daehoon akhirnya buka suara. Dia meminta publik untuk tidak menyeret anak-anak mereka ke dalam pusaran konflik rumah tangga yang sedang dihadapi.

"Saya hanya berharap anak-anak kami tidak menjadi korban dari apa yang sedang terjadi," tulis Daehoon dalam unggahannya di Instagram.

Pernyataan itu mendapat banyak dukungan dari publik. Banyak yang menilai sikap Daehoon mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab seorang ayah, yang berusaha melindungi anak-anaknya dari dampak emosional perceraian.

Dilansir dari Psychology Today, sebuah meta-analisis terhadap lebih dari 500 ribu anak menunjukkan bahwa anak-anak korban perceraian memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan emosional seperti depresi, kecemasan, dan penggunaan narkoba.

Tak hanya itu, mereka juga lebih rentan menghadapi kesulitan ekonomi dan pendidikan di masa depan, seperti risiko putus sekolah dan penghasilan yang lebih rendah dibanding anak dari keluarga utuh. Tekanan emosional akibat konflik orangtua sering kali menjadi sumber stres jangka panjang yang memengaruhi tumbuh kembang anak.

Kestabilan keluarga sebelum, selama, dan setelah perceraian juga berpengaruh besar. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami perceraian orangtua di masa lalu (sebelum 1960-an) memiliki risiko stroke dan penyakit kronis yang lebih tinggi saat dewasa. Kemungkinan akibat stres kronis yang dialami sejak kecil.

Meski begitu, tidak semua anak dari keluarga bercerai akan mengalami dampak negatif. Banyak yang tetap tumbuh menjadi pribadi tangguh, terutama ketika kedua orangtua mampu bekerja sama dengan baik.

Beberapa hal penting yang bisa membantu anak tetap tumbuh sehat secara emosional antara lain:

1. Kurangi konflik saat perpisahan

Anak sangat peka terhadap pertengkaran di rumah. Menjaga komunikasi yang sehat tanpa melibatkan anak dapat menciptakan rasa aman bagi mereka.

2. Keterlibatan kedua orangtua

Meski sudah berpisah, ayah dan ibu tetap perlu hadir dalam kehidupan anak. Kehadiran yang konsisten membuat anak merasa didampingi dan dicintai.

3. Hubungan yang hangat pasca perceraian

Kehangatan dan perhatian dari kedua pihak memperkuat stabilitas emosional anak, serta mencegah mereka merasa harus memilih antara ayah atau ibu.

4. Kerjasama dalam pengasuhan

Anak akan merasa aman dan dihargai jika kedua orangtuanya bekerja sama dengan baik dalam mengasuh mereka, tanpa saling menyalahkan.

Kasus Jule dan Daehoon bisa menjadi pengingat bagi banyak pasangan yang tengah menghadapi perpisahan. Perceraian memang sulit dihindari dalam beberapa situasi, tapi dampak negatifnya terhadap anak dapat diminimalisir dengan langkah-langkah berikut:

1. Lakukan intervensi dini. Jika hubungan mulai bermasalah, pertimbangkan konseling keluarga atau terapi anak sebelum konflik membesar.
2. Bangun komunikasi yang sehat. Meski hubungan pernikahan telah berakhir, tetaplah berkomunikasi dengan baik demi anak.
3. Berikan rasa aman dan kasih sayang yang konsisten. Anak perlu tahu bahwa mereka tetap dicintai oleh kedua orangtuanya.
4. Cari dukungan profesional. Konselor keluarga atau kelompok pendukung bisa membantu anak menghadapi masa transisi dengan lebih baik.