Liputan6.com, Jakarta Pernah merasakan nyeri punggung atau otot terasa cepat lelah setelah terlalu lama duduk atau berdiri? Banyak orang menganggap hal ini sepele, hanya karena merasa posisi duduk yang salah atau kurang olahraga. Padahal, keluhan ini bisa menjadi tanda-tanda awal skoliosis, kelainan tulang belakang yang kerap luput dari perhatian.
Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi, Konsultan Tulang Belakang, dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine yang berpraktek di RS EMC Sentul, Cikarang & Pekayon menjelaskan bahwa Skoliosis adalah kondisi kelainan tulang belakang yang menyebabkan tulang melengkung ke samping secara tidak normal. Meski pada awalnya bisa tampak ringan atau bahkan tanpa gejala, skoliosis yang tidak ditangani berisiko menurunkan kualitas hidup seseorang secara signifikan.
“Mulai dari rasa nyeri, gangguan postur tubuh, hingga masalah pernapasan bisa menjadi komplikasi serius dari kondisi ini,” jelas dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine, Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi, Konsultan Tulang Belakang RS EMC Cikarang, Pekayon & Sentul.
Wanita Lebih Berisiko Alami Skoliasis
Dalam dunia medis, skoliosis memiliki pengertian sebagai kondisi di mana tulang belakang membentuk kurva abnormal ke arah samping, menyerupai huruf “S” atau “C”.
"Normalnya, tulang belakang memiliki lengkungan ringan ke depan dan belakang, tetapi tetap lurus saat dilihat dari belakang. Pada penderita skoliosis, lengkungan ini bergeser ke kanan atau kiri secara signifikan," terang dr. Buddy.
dr. Buddy mengungkapkan bahwa skoliosis dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tetapi paling sering ditemukan pada remaja menjelang masa pubertas.
"Data menunjukkan wanita lebih berisiko mengalami skoliosis dibanding pria,” ungkapnya.
Gejala-Gejala Skoliosis
Gejala skoliosis pada tiap individu dapat berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan kelainan tulang belakang. Beberapa tanda yang bisa diperhatikan antara lain:
- Salah satu bahu tampak lebih tinggi dari yang lain
- Tulang belikat menonjol ke satu sisi
- Panggul tidak sejajar
- Salah satu sisi tulang rusuk terlihat lebih menonjol saat membungkuk
- Postur tubuh miring ke satu sisi
- Nyeri punggung atau cepat lelah setelah berdiri/duduk lama
- Pada kasus berat, gangguan pernapasan karena tekanan pada paru-paru
dr. Buddy menekankan bahwa deteksi dini menjadi kunci utama agar skoliosis dapat ditangani dengan lebih efektif.
“Jika ditemukan sejak awal, skoliosis bisa ditangani lebih efektif sehingga mencegah terjadinya keluhan yang lebih berat di kemudian hari," ujarnya.
Penyebab Skoliosis
Skoliosis memiliki berbagai penyebab, dan berdasarkan hal itu, kondisi ini dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Idiopatik
Jenis paling umum, ada sekitar 80% kasus, muncul pada masa pertumbuhan remaja, dengan penyebab pasti yang belum diketahui.
2. Kongenital
Sudah ada sejak lahir akibat pembentukan tulang belakang yang tidak sempurna saat janin berkembang.
3. Neuromuskular
Terjadi karena gangguan saraf dan otot, seperti cerebral palsy, distrofi otot, atau spina bifida.
4. Degeneratif
Biasanya menyerang orang dewasa akibat penuaan, osteoarthritis, atau cedera pada tulang belakang.
Skoliosis yang Diabaikan Bisa Berujung Serius
Skoliosis bukan sekadar masalah postur. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi gangguan kesehatan serius.
- Nyeri kronis: akibat tekanan tidak seimbang pada otot dan sendi.
- Gangguan pernapasan: bila lengkungan tulang belakang menekan paru-paru.
- Masalah penampilan dan kepercayaan diri: terutama pada remaja.
- Keterbatasan aktivitas fisik: karena nyeri dan kelemahan otot.
Cara Mencegah dan Menangani Skoliosis
dr. Buddy menjelaskan bahwa tidak semua jenis skoliosis bisa dicegah, terutama yang bersifat idiopatik atau bawaan. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko atau mencegah keparahan skoliosis:
1. Perhatikan Postur Tubuh
Biasakan duduk dan berdiri dengan posisi tubuh tegak. Hindari kebiasaan membungkuk atau menyandarkan berat tubuh pada satu sisi terlalu lama.
2. Gunakan Tas Punggung dengan Benar
Pastikan tas sekolah anak tidak terlalu berat dan selalu digunakan di kedua bahu, bukan satu bahu saja.
3. Olahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik seperti berenang, yoga, atau senam punggung dapat membantu memperkuat otot-otot penyangga tulang belakang.
4. Pemeriksaan Rutin pada Anak
Lakukan pemeriksaan tulang belakang secara berkala, terutama pada masa pertumbuhan anak. Deteksi dini sangat penting agar penanganan bisa lebih efektif.
5. Nutrisi yang Baik
Konsumsi makanan yang kaya kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang sejak dini.
Penanganan Tergantung Usia dan Tingkat Keparahan
Menurut dr. Buddy, penanganan skoliosis sangat bergantung pada usia pasien, tingkat keparahan lengkungan, serta jenis skoliosis yang dialami.
1. Pemantauan Rutin
Jika skoliosis masih ringan (kurva <20 derajat), biasanya dokter hanya akan melakukan observasi secara berkala. Ini dilakukan untuk melihat apakah kelengkungan memburuk seiring waktu.
2. Fisioterapi dan Latihan Khusus
Terapi fisik bertujuan untuk memperkuat otot punggung, meningkatkan fleksibilitas, dan memperbaiki postur tubuh. Beberapa metode populer seperti Schroth Method atau SEAS (Scientific Exercise Approach to Scoliosis) terbukti membantu memperlambat progresi skoliosis.
3. Penggunaan Penyangga (Brace)
Brace atau penyangga punggung direkomendasikan pada anak atau remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dengan kurva 25–40 derajat. Brace tidak menyembuhkan skoliosis, namun bisa mencegah kelengkungan makin parah.
4. Operasi (Spinal Fusion)
Pada kasus berat (kurva >45–50 derajat), dokter bisa menyarankan operasi fusi tulang belakang untuk memperbaiki bentuk tulang dan mencegah kelengkungan bertambah. Operasi biasanya dilakukan jika skoliosis menyebabkan nyeri hebat, gangguan fungsi paru, atau masalah postur serius.
"Skoliosis memang sering dianggap sepele, namun dampaknya bisa sangat besar jika diabaikan. Deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di masa depan," kata dr. Buddy.
Jika Anda atau ada keluarga yang mengalami tanda-tanda skoliosis, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi, Konsultan Tulang Belakangl, dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine yang berpraktek di RS RS EMC Sentul, Cikarang & Pekayon untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
Untuk informasi mengenai Rumah Sakit (RS) EMC Sentul, Anda dapat menghubungi nomor Contact Center EMC Healthcare 150-789 atau nomor 0881-080-779977 (WA) untuk bantuan lebih lanjut, termasuk jadwal praktek dokter, membuat janji temu, atau pertanyaan lainnya.
(*)