Liputan6.com, Jakarta Perimenopause dan menopause, istilah mana yang lebih dikenal? Biasanya orang lebih mengenal menopause -- suatu kondisi ketika perempuan tidak menstruasi selama 12 bulan berturut-turut.
Sayangnya, fase sebelum menopause alias perimenopause kurang dipahami secara luas. Padahal ini merupakan fase penting karena mulai terjadi perubahan hormon yang bisa mempengaruhi suasana hati bahkan tidur.
Perimenopause secara harfiah berarti periode sebelum menopause. Kondisi tersebut terjadi di pada wanita di akhir usia 30-an dan 40-an. Di Amerika Serikat fase perimenopause terjadi rata-rata sekitar empat tahun sebelum menopause. Namun, bisa juga berkisar 8-10 tahun sebelim menopause.Sehingga wanita mengalami rentang waktu yang panjang mengalami perubahan hormon yang membuat kehidupan seperti rollercoaster.
Perimenopause, Fase yang Menantang untuk Wanita
Saat perimenopause terjadi, wanita mengalami perubahan hormon yang akan berpengaruh terhadap siklus menstruasi, suasana hati, dan kulit.
Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh saat perimenopause?
Juru Bicara Royal College of Obstetricians and Gynaecologists dan mantan ketua British Menopause Society, dokter Heather Currie mengatakan saat perimenopause terjadi penyesuaian ovarium dari yang tadinya bekerja normal dan menghasilkan keseimbangan hormon reproduksi agar menstruasi teratur menuju ke ovarium berhenti memproduksi hormon seperti mengutip Women's Health.
Terkadang, Sulit Mengidentifikasi Perimenopause
Ada banyak faktor yang membuat sulit untuk mengidentifikasi perimenopause. Hal ini seperti dialami bintang Real Housewives of Beverly Hills, Dorit Kemsley awalnya sempat mengira bukan perimenopause tapi post-traumatic stres disorder (PTSD) usai berpisah dari mantan suami.
Kita tahu, pada usia 40-an, biasanya kehidupan perempuan disibukkan dengan membesarkan anak atau memiliki pekerjaan dengan tanggung jawab besar. Bisa juga ada tekanan atau tuntutan ekonomi yang membuat stres.
"Sehingga agak sulit membedakan hal yang terjadi itu perimenopause atau bukan. Misalnya perempuan itu mengalami menstruasi yang tidak teratur, penyebabnya apakah stres atau perubahan hormon?" kata dokter obstetri dan ginekologi Mary Rosser mengutip Women's Health.
Faktor lainnya adalah bahwa gejalanya sering kali tidak spesifik dan dapat menjadi indikasi kondisi yang berbeda atau penuaan secara umum. Misalnya, ada pasien Rosser yang mengeluh nyeri sendi mendapatkan pemeriksaan lengkap oleh ahli reumatologi untuk menyingkirkan gangguan autoimun atau osteoartritis padahal. Faktanya perimenopause yang menyebabkan kekakuan dan nyeri.
Maka dari itu, Rosser mengingatkan perempuan di kisaran usia tersebut untuk mencatat perubahan kecil yang terjadi. Sehingga bisa melacak kemungkinan penyebabnya.
Gejala Umum Perimenopause yang Perlu Diketahui
Setiap wanita akan mengalami perimenopause di usia dan gejala berbeda. Namun ada beberapa tanda “umum” yang dapat mengarah berada dalam fase ini.
1. Menstruasi Tidak Teratur
Rosser mengatakan perubahan siklus menstruasi sering kali merupakan gejala pertama perimenopause.
"Biasanya menstruasi dengan interval 28 hari tapi bisa menjadi lebih pendek, seperti setiap 21 hingga 24 hari," katanya.
Jika tidak mencatat siklus menstruasi, wanita biasanya tidak ngeh perubahan tersebut. Maka dari itu Rosser menyarankan perempuan untuk kembali mencatat jadwal menstruasi. Sehingga bisa tahu menstruasi dimulai, seberapa banyak cairan, dan gejala lain yang menyertai.
2. Hot Flashes dan Berkeringat di Malam Hari
Menurut Harvard Health, peningkatan suhu tubuh ini memengaruhi sekitar 35 hingga 50 persen wanita perimenopause. Tingkat keparahannya akan berbeda pada setiap wanita—ada yang mungkin merasa sedikit hangat sementara yang lain mungkin mulai berkeringat.
Sebaiknya mencatat saat mulai merasakan ketidaknyamanan akibat peningkatan suhu tubuh sepanjang hari dan malam.
3. Gangguan Tidur
Baik disebabkan oleh keringat malam atau fluktuasi hormon, banyak wanita akan merasa kurang nyenyak saat tidur selama perimenopause. Jadi, ketika bangun jam 2 atau 3 pagi itu bisa terjadi.
Ketika perempuan kurang tidur, hal itu bisa menyebabkan mudah tersinggung dan perubahan suasana hati pada hari berikutnya.
4. Brain Fog atau Gangguan Konsentrasi
Rosser mengatakan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau fokus adalah tanda umum perimenopause lainnya.
"Orang-orang telah menjalani tes neurologi dan ketika hasil pemeriksaan negatif, mereka mengetahui bahwa mungkin ini karena fluktuasi hormon yang terlihat pada masa perimenopause," katanya.
5. Berat Badan Naik
Hormon yang berfluktuasi dapat membuat berat badan juga naik. Ketika hormon estrogen menurun, lemak bakal banyak tersimpan di perut. Kenaikan berat badan secara keseluruhan juga umum terjadi pada sekitar 70 persen wanita, menurut Journal of Health Psychology.
6. Vagina Kering
Selain hasrat seksual yang menurun karena menurunnya hormon testosteron, vagina juga akan lebih terasa kering. Hal ini bisa membuat hubungan seksual jadi sakit.
Cara Menghadapi Kondisi Perimenopause
Rosser mengatakan untuk menegakkan diagnosis tersebut juga tidak mudah. "Ini bukan seperti tes darah yang mudah," katanya.
Rosser mengatakan kadar hormon sangat berfluktuasi. Sehingga ia pribadi tidak terlalu menekankan pengujian hormon.
Namun, biasanya dokter akan melihat dari track jadwal menstruasi. Lalu menanyakan gejala yang dirasakan.
"Setelah empat bulan, biasanya akan ditanyakan soal gejala, lalu bisa memulai pengobatan pilihan. Seperti perubahan gaya hidup dengan pola makan dan olahraga, terapi perilaku kognitif atau mungkin terapi hormon," jelasnya.