Liputan6.com, Jakarta Masalah mental yang kerap menyerang ibu seperti baby blues dan postnatal depression merupakan isu yang belum sepenuhnya tersosialisasi dengan baik.
Faktanya, persiapan untuk mencegah faktor risiko baby blues dan postnatal depression dapat dilakukan jauh-jauh hari, sebelum masa persalinan.
Guna mencegah masalah mental ini, Komisaris Utama BMHS, Dr. dr. Ivan Rizal Sini, Sp.OG., mengatakan bahwa pihaknya melakukan edukasi antenatal atau edukasi sebelum masa persalinan. Edukasi ini telah diinisiasi sejak 10 tahun lalu.
“Jadi edukasi itu dilakukan pada saat pasien-pasien masih dalam usia kehamilan untuk diberikan konseling,” kata Ivan kepada Health Liputan6.com dalam temu media HealthConEx di Jakarta, Sabtu (24/5/2025).
Menurutnya, konseling ini tak hanya soal laktasi atau cara menyusui tapi juga konseling parenting yang melibatkan calon ibu serta calon ayah.
“Konseling itu bukan hanya konseling laktasi, tapi konseling parenting yang termasuk di dalamnya itu merupakan konseling komprehensif. Kita punya konselor-konselor yang terdiri dari dokter anak, bidan, dan perawat,” paparnya.
Ivan menjelaskan, ini adalah cara untuk mengambil asesmen risiko masalah mental pada pasangan, tidak hanya ibu, tapi juga ayah.
“Kami melihat ini sebagai suatu agenda yang penting karena banyak sekali yang lupa bahwa fase kehamilan itu hanya sembilan bulan tapi fase parenting forever (selamanya),” papar Ivan.
Perbedaan Postpartum Depression dan Baby Blues
Akses Kesehatan Ibu dan Anak yang Setara adalah Kunci
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Independen BMHS, Retno Marsudi mengatakan bahwa kesehatan perempuan dan anak tidak hanya bisa dilihat dari kacamata sektoral, melainkan fondasi strategis bagi pembangunan nasional.
“Kualitas generasi masa depan sangat ditentukan oleh bagaimana kita menjaga kesehatan ibu dan anak hari ini. Karena itu, akses layanan yang setara, berkualitas, dan berkelanjutan menjadi kunci,” ujar Retno.
Dia menilai, perempuan dan anak memiliki peran krusial sebagai pilar pembangunan masyarakat berkelanjutan. Maka dari itu, tantangan kesehatan seperti tingginya angka kematian ibu dan anak, komplikasi kehamilan, stunting, dan isu kesehatan reproduksi masih memerlukan penanganan yang sistemik dan kolaboratif.
Pengembangan Inovasi Berbasis Teknologi
Guna menyediakan layanan kesehatan ibu dan anak yang mutakhir, pihak Ivan dan Retno turut membangun ekosistem yang mendukung ketahanan kesehatan nasional melalui pengembangan inovasi berbasis teknologi. Serta kolaborasi lintas sektor dan inisiatif tanggung jawab sosial.
Komitmen tersebut diwujudkan dalam rangkaian program Corporate Social Responsibility (CSR)/ Tanggung Jawab Sosial Perusahan) yang menjangkau lebih dari 700 ibu dan anak di 6 kota jaringan RS Bunda Group pada momentum HUT ke-52 BMHS.
Program ini mencakup khitanan massal gratis bagi lebih dari 300 anak dari keluarga prasejahtera, edukasi deteksi dini kanker serviks dan pemeriksaan HPV DNA berbasis urine bagi lebih dari 400 ibu, serta intervensi pencegahan stunting di Desa Bungus, Padang.
“BMHS bukan hanya berperan sebagai penyedia layanan, tapi mitra dalam membangun sistem kesehatan yang adil dan inklusif bagi semua. Melalui pendekatan langsung ke komunitas seperti kegiatan CSR ini, BMHS mempertegas perannya sebagai mitra strategis dalam membangun sistem kesehatan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak jangka panjang bagi kualitas generasi penerus bangsa,” ujar Retno.
Permudah Layanan hingga ke Rumah
Dalam acara ini, sebagai bagian dari komitmen memperkuat layanan kesehatan preventif bagi wanita dan anak, BMHS turut meluncurkan Bunda Homecare, layanan kunjungan medis langsung ke tempat pasien, yang menyediakan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan. Dengan semangat Vaccination & Wellness Anytime & Anywhere.
Ivan menyampaikan bahwa pihaknya tidak hanya berfokus pada layanan medis untuk keluarga Indonesia. Namun, juga mengambil peran strategis dalam mengembangkan ekosistem kesehatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Melalui berbagai pendekatan seperti:
- Center of Excellence yang holistik, mulai dari fertilitas, kehamilan, persalinan, tumbuh kembang anak hingga layanan kesehatan dewasa dan lanjut usia.
- Layanan kesehatan dengan akreditasi dan standarisasi internasional.
- Inovasi seperti robotic surgery.