BPOM Percepat Proses Registrasi Obat Onkologi untuk Atasi Tingginya Angka Kematian Kanker

7 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) terus berupaya mempercepat proses registrasi obat onkologi di Indonesia sebagai langkah strategis mengatasi tingginya angka kematian akibat kanker.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menegaskan bahwa percepatan regulasi ini sangat penting mengingat angka kasus kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahun.

"Kasus baru kanker di Indonesia mencapai 420 ribu per tahun dengan angka kematian sekitar 60 persen atau lebih dari 240 ribu jiwa meninggal dunia setiap tahunnya," kata Taruna Ikrar kepada Health Liputan6.com di Pulogadung, Jakarta Timur pada Kamis, 22 Mei 2025. 

Angka ini menjadikan kanker sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia yang membutuhkan perhatian serius dari seluruh stakeholder kesehatan.

Taruna mengungkapkan bahwa meski sudah ada beberapa perusahaan farmasi dalam negeri yang memproduksi obat onkologi, jumlahnya masih sangat terbatas.

"Hanya ada empat sampai lima perusahaan yang mampu memproduksi obat kanker," ujarnya.

"Dan,dari mereka, Global Oncolab Farma (GOF) menjadi pelopor dalam pengembangan inovasi dan teknologi produk obat kanker," tambah Taruna Ikrar.

Percepatan Proses Registrasi dan Sertifikasi Obat

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengembangan obat kanker masih menjadi tantangan besar bagi industri farmasi nasional.

Namun, kehadiran GOF memberikan angin segar bagi upaya pengendalian penyakit kanker di Tanah Air.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, BPOM mengambil langkah nyata dengan mempercepat proses registrasi obat onkologi.

Biasanya, proses registrasi obat memakan waktu hingga 300 hari. Namun kini, BPOM telah berhasil memangkas waktu tersebut menjadi hanya 90 hari.

"Untuk sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yang biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun, kami percepat agar bisa keluar dalam satu sampai dua bulan saja melalui asistensi intensif," katanya.

Langkah percepatan ini diharapkan dapat mempercepat masuknya obat-obatan inovatif ke pasar, sehingga pasien kanker dapat segera mendapatkan terapi yang lebih efektif dan spesifik.

Dukungan untuk Variasi Obat dan Kolaborasi Industri

Taruna juga menekankan pentingnya keberagaman pilihan obat kanker agar pengobatan tidak hanya bergantung pada metode konvensional seperti amputasi, hormon terapi, radioterapi, dan kemoterapi.

"Kami berharap dengan hadirnya obat-obatan baru yang lebih spesifik, angka kematian akibat kanker yang saat ini mencapai 60 persen bisa menurun," ujar Taruna.

BPOM pun membuka ruang kolaborasi yang luas antara perusahaan farmasi dalam negeri maupun internasional. Ini bertujuan untuk memperkuat ekosistem inovasi dan teknologi farmasi di Indonesia.

"Kami membuka diri agar investasi dan kerja sama di bidang farmasi, khususnya onkologi, terus tumbuh di Indonesia. Kami sudah melakukan kunjungan ke India, Amerika, dan Jepang untuk membuka peluang tersebut," katanya.

Kalbe Tingkatkan Akses Terapi Kanker lewat Perluasan Fasilitas GOF

Dengan kapasitas baru sebesar 5 juta vial sediaan steril dan 50 juta tablet atau kapsul, GOF kini menjadi fasilitas produksi obat terapi target pertama di Indonesia.

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, mengatakan, produk yang dihasilkan mencakup injeksi cair, beku kering, tablet, dan kapsul keras untuk kemoterapi, terapi hormon, hingga terapi target.

Tak hanya itu, GOF juga mengadopsi teknologi canggih seperti sistem isolasi proses, pengisian aseptis dengan lengan robot, dan kontrol mutu berbasis SMART Manufacturing.

Teknologi ini memungkinkan produksi yang efisien, aman, dan ramah lingkungan. "Inovasi ini dapat memperluas akses kesehatan serta membangun ketahanan kesehatan yang lebih kuat," katanya.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |