Kenapa Laki-laki Terlihat Menderita dan Sekarat Saat Kena Flu? Ini Penjelasannya

8 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perdebatan tentang siapa yang lebih kuat antara laki-laki dan perempuan, istilah 'man flu' sering kali muncul. Istilah ini menggambarkan kondisi ketika laki-laki tampak lebih menderita atau bertingkah seolah sekarat saat terkena flu, sementara perempuan tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Bekerja, mengurus anak, dan menjalankan rutinitas harian.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tubuh laki-laki dan perempuan memang bereaksi berbeda terhadap virus. Sebuah studi pada tikus yang diterbitkan di jurnal Brain, Behavior, and Immunity menemukan, tikus jantan menunjukkan gejala sakit lebih parah dibanding betina saat terpapar bakteri penyebab flu.

Mereka mengalami demam lebih tinggi, peradangan lebih besar, dan butuh waktu lebih lama untuk pulih, seperti dikutip dari Time Magazine pada Selasa, 4 November 2025. Meski hasil studi hewan belum tentu berlaku langsung untuk manusia, para ahli menilai temuan ini menarik.

Menurut Associate Professor of Molecular Microbiology and Immunology di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Sabra Klein, sistem imun laki-laki memang bereaksi lebih kuat terhadap infeksi tertentu. "Bukan mikroba atau virusnya yang membuat kita sakit, melainkan respons kekebalan tubuh. Dan, pada laki-laki, respons ini lebih tinggi dan memicu rasa sakit yang lebih besar," kata Klein.

Pengaruh Hormon Terhadap Daya Tahan Tubuh

Belum sepenuhnya jelas mengapa sistem imun laki-laki bereaksi berbeda. Salah satu dugaan kuat adalah pengaruh hormon testosteron dan estrogen. Beberapa studi menunjukkan bahwa estrogen dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi virus.

Dalam penelitian tahun 2015 yang dilakukan Klein, senyawa berbasis estrogen membuat virus flu lebih sulit menginfeksi sel manusia. Sementara itu, penelitian tahun 2016 menemukan bahwa estrogen mampu menurunkan kadar virus flu pada sel hidung perempuan, tapi tidak pada laki-laki.

Sebaliknya, testosteron justru diduga menurunkan kemampuan tubuh melawan virus flu, seperti dilaporkan Live Science.

Laki-laki Lebih Rentan Terhadap Gejala Berat

Lebih lanjut, asisten profesor klinis di Memorial University of Newfoundland, Kanada, Dr. Kyle Sue, mengatakan, laki-laki mungkin memang memiliki sistem imun yang lebih lemah terhadap virus penyebab flu.

Dalam ulasan yang diterbitkan di The BMJ, Sue menyebut bahwa kondisi ini membuat laki-laki berisiko mengalami gejala lebih berat, bahkan lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal akibat flu.

Penelitian lain pada 2008 juga menunjukkan bahwa perempuan menghasilkan lebih banyak antibodi setelah menerima vaksin flu dibanding laki-laki.

Selain itu, riset dari Hong Kong dan Amerika Serikat menemukan, laki-laki lebih sering dirawat atau meninggal karena flu. "Anggapan 'man flu' mungkin tidak sepenuhnya salah. Bisa jadi laki-laki memang benar-benar memiliki respons imun yang berbeda terhadap virus pernapasan," ujar Sue.

Faktor Sosial dan Evolusi Juga Berperan

Selain faktor biologis, perilaku dan norma sosial juga berpengaruh. Studi menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih jarang mencuci tangan dan enggan memeriksakan diri ke dokter dibanding perempuan.

Beberapa peneliti bahkan menduga, secara evolusi, laki-laki memang bereaksi lebih 'dramatik' terhadap penyakit sebagai bentuk konservasi energi untuk bertahan hidup.

Sue berpendapat bahwa mungkin sudah saatnya masyarakat melihat fenomena ini dengan lebih empati. "Mungkin laki-laki memang butuh ruang pemulihan yang nyaman, lengkap dengan sofa empuk dan televisi besar, untuk membantu mereka pulih dari 'man flu'," katanya sambil bercanda.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |