Laki-Laki Mudah Lupa Bukan Isapan Jempol, Pantas Enak Diajak Curhat

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Laki-laki kerap dianggap pelupa. Mulai dari hal sepele seperti membuang sampah, hingga momen penting seperti ulang tahun pasangan. Tak jarang, saat perempuan curhat, laki-laki juga lupa dengan isi curhatan itu. Ternyata, anggapan ini bukan sekadar stigma, tapi memang ada penelitian ilmiahnya.

Melansir Medical News Today pada Selasa, 4 November 2025, sebuah studi menemukan bahwa laki-laki lebih pelupa dibandingkan perempuan, terlepas dari usia mereka.

Profesor Jostein Holmen dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia menganalisis lebih dari 37 ribu laki-laki dan perempuan berumur di atas 30 tahun untuk menilai kemampuan daya ingat mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta mengalami masalah ingatan. Dari jumlah itu, 1,6 persen laki-laki mengaku memiliki gangguan memori, sedangkan pada perempuan hanya 1,2 persen.

Para peneliti juga menemukan bahwa masalah ingatan meningkat seiring bertambahnya usia, dan kelompok laki-laki menunjukkan laporan gangguan memori lebih banyak dibanding perempuan.

Laki-Laki Umur 30 Ingatannya Setara dengan Usia 60

Bahkan, daya ingat laki-laki umur 30 tahun setara dengan mereka yang berusia 60 tahun. "Mengejutkan melihat laki-laki lebih mudah lupa daripada perempuan. Hal ini belum pernah didokumentasikan sebelumnya. Menariknya, tingkat pelupa laki-laki di usia 30 dan 60 tahun hampir sama," ujar Holmen.

Penelitian ini juga menyoroti kemungkinan adanya perbedaan gender dalam kemampuan mengingat. Salah satu faktor yang diduga berperan adalah risiko penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi dan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi. Kondisi yang lebih sering terjadi pada laki-laki.

Masalah kesehatan tersebut bisa memengaruhi fungsi saraf dan daya ingat. Namun, para peneliti menekankan bahwa bukti pasti penyebab perbedaan ini belum ditemukan. "Kami telah banyak berspekulasi mengapa pria lebih sering melaporkan masalah memori dibanding wanita, tapi hingga kini belum ada penjelasan yang pasti. Ini masih menjadi misteri," tambahnya.

Studi Lanjutan Masih Akan Dilakukan

Ke depan, tim Holmen berencana melakukan studi lanjutan untuk mengetahui hubungan antara gangguan memori pada laki-laki dengan risiko demensia.

Beberapa riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa gangguan memori subjektif bisa menjadi tanda awal penyakit demensia, atau gejala gangguan kognitif dini. "Temuan ini perlu diuji lebih lanjut di populasi berbeda. Studi prospektif mungkin bisa mengungkap seberapa penting keluhan memori ini sebagai tanda awal gangguan kognitif," pungkas Holmen.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |