Makna Nama Paus Leo XIV, Pilihan Robert Francis Prevost sebagai Paus Baru 2025

13 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Paus baru 2025, Robert Francis Prevost, resmi dinobatkan sebagai Paus Leo XIV pada Kamis malam waktu Vatikan, 8 Mei 2025. Menjadikannya paus pertama asal Amerika dalam sejarah Gereja Katolik.

Pilihan Robert Francis Prevost untuk memakai nama Paus Leo XIV bukanlah tanpa makna. Menurut juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, nama tersebut merupakan penghormatan kepada Paus Leo XIII, sosok revolusioner pada abad ke-19 yang dikenal sebagai pelopor doktrin sosial modern Gereja Katolik.

Leo XIII dikenal membela hak-hak buruh, mengadvokasi keadilan sosial, dan memperkenalkan ajaran yang kini menjadi dasar bagi keterlibatan Gereja dalam isu lingkungan, kemiskinan, hingga demokrasi, seperti dikutip politico.eu pada Jumat, 9 Mei 2025.

Menurut mantan direktur Institute for Policy Research and Catholic Studies di Catholic University of America, Stephen Schneck, nama Leo XIV tidak hanya mengacu pada Paus Leo XIII, tetapi juga pada ajarannya yang membentuk Gereja yang lebih progresif dan peduli terhadap isu-isu sosial yang relevan dengan tantangan global saat ini.

Pemilihan nama ini dianggap sebagai simbol dari arah baru yang ingin diambil oleh Paus Leo XIV untuk menghadapi tantangan sosial-politik dunia yang terus berubah.

"Nama Leo XIV menunjukkan bahwa dia siap melanjutkan warisan sosial yang diperkenalkan oleh Paus Leo XIII, terutama dalam konteks dunia yang semakin mendekati permasalahan lingkungan dan keadilan sosial," tambah Schneck.

Fakta Menarik Paus Leo XIV, Paus Pertama dari Amerika Serikat

Prevost mencetak sejarah sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat dalam sejarah Gereja Katolik. Lantas, siapa sebenarnya sosok Paus Leo XIV ini?

1. Lahir di Chicago, Punya Darah Misionaris

Paus Leo XIV lahir di Chicago dan telah menjalani hidup sebagai biarawan, misionaris, dan guru. Sebelum terpilih sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik dunia, dia menghabiskan waktu bertahun-tahun di Peru sebagai misionaris.

2. Menguasai Lima Bahasa

Prevost fasih berbahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Portugis, dan Italia. Kemampuannya ini memperkuat perannya sebagai jembatan antara dunia Katolik Barat dan Amerika Latin.

3. Dianggap Sosok Kompromi

Terpilihnya Paus Leo XIV terjadi hanya dalam empat putaran pemungutan suara, salah satu konklaf tercepat dalam sejarah modern. Hal ini menunjukkan bahwa Provest diterima oleh berbagai faksi di dalam Gereja.

"Dia seperti pemegang paspor ganda, Paus yang sempurna untuk saat ini," ujar sejarawan kepausan dan dosen di Universitas Oxford, Miles Pattenden.

4. Dekat Tapi Bukan Kembaran Paus Fransiskus

Walau kerap disandingkan dengan Paus Fransiskus, Paus Leo XIV memiliki perbedaan gaya kepemimpinan. Dia mengambil sikap yang lebih moderat dan sedikit konservatif dibanding pendahulunya.

Salah satu penanda utamanya adalah pilihan mengenakan stola merah klasik, simbol yang pernah digunakan Paus Benediktus XVI tetapi ditinggalkan oleh Fransiskus.

"Dia memang punya kedekatan dengan Fransiskus, tapi bukan penerus langsung dari jalur reformasi Fransiskus," ujar seorang sumber di lingkungan Vatikan.

Sumber tersebut juga menyinggung bahwa kandidat progresif sejati dalam konklaf kali ini sebenarnya adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina.

Dalam pidato perdananya, Paus Leo XIV tetap menegaskan komitmennya terhadap solidaritas dan pembelaan terhadap kelompok yang terpinggirkan.

Namun, pendekatan yang dia tunjukkan tampak lebih formal dan tertata, berbeda dari gaya Fransiskus yang dikenal hangat dan penuh spontanitas.

Berikut pidato lengap Paus Leo XIV seperti dikutip dari Vatican News.

Damai menyertai kita semua!

Saudara dan saudari terkasih, inilah sapaan pertama dari Kristus yang bangkit, Sang Gembala Baik yang telah memberikan nyawa-Nya bagi kawanan domba Allah. Aku pun ingin salam damai ini masuk ke dalam hatimu, menjangkau keluargamu, dan semua orang di mana pun mereka berada; menjangkau semua bangsa dan seluruh Bumi: Damai menyertai kita semua.

Inilah damai dari Kristus yang Bangkit—damai yang merendahkan hati, yang melucuti kekerasan, yang memelihara. Damai ini berasal dari Allah. Allah yang mengasihi kita semua, tanpa batas dan tanpa syarat. Marilah kita terus dengarkan suara lemah namun selalu berani dari Paus Fransiskus, yang telah memberkati Roma—Paus yang pada pagi hari Paskah itu memberkati Roma dan seluruh dunia.

Izinkan aku meneruskan berkat yang sama itu. Allah mengasihi kita—kita semua. Kejahatan tidak akan menang. Kita semua ada dalam tangan Allah. Tanpa rasa takut, bersatu, bergandengan tangan dengan Allah dan satu sama lain, kita akan terus melangkah maju. Kita adalah murid-murid Kristus, Kristus berjalan di depan kita, dan dunia membutuhkan terang-Nya. Kemanusiaan membutuhkan Dia sebagai jembatan untuk mencapai Allah dan kasih-Nya. Engkau membantu kami membangun jembatan melalui dialog dan perjumpaan agar kita semua menjadi satu umat yang selalu hidup dalam damai.

Terima kasih, Paus Fransiskus!

Terima kasih kepada para Kardinal saudaraku yang telah memilihku menjadi Penerus Santo Petrus dan berjalan bersama kalian sebagai gereja yang bersatu, bersama-sama mencari damai dan keadilan, bekerja bersama sebagai pria dan wanita yang setia kepada Yesus Kristus tanpa rasa takut, mewartakan Kristus, menjadi misionaris, setia kepada Injil.

Aku adalah putra Santo Agustinus, seorang Augustinian. Dia pernah berkata, "Bersamamu aku seorang Kristen, untukmu aku seorang uskup." Maka mari kita semua berjalan bersama menuju tanah air surgawi yang telah disiapkan Allah bagi kita.

Kepada Gereja di Roma, salam khusus:Kita harus bersama-sama mencari tahu bagaimana menjadi gereja yang misioner, membangun jembatan, berdialog, selalu terbuka untuk menerima siapa pun dengan tangan terbuka, seperti alun-alun ini—terbuka untuk semua, bagi siapa pun yang membutuhkan kasih, kehadiran, dialog, dan cinta dari kita.

(Dalam bahasa Spanyol): Salam kepada kalian semua, dan khususnya kepada umat keuskupanku di Chiclayo, Peru—umat yang setia dan setia mendampingi uskup mereka serta membantu uskup mereka.

(Kembali ke bahasa Italia): Kepada kalian semua, saudara dan saudariku di Roma, Italia, dan seluruh dunia: kita ingin menjadi gereja sinodal, yang berjalan bersama dan senantiasa mencari damai, kasih, dan kedekatan—terutama kepada mereka yang sedang menderita.

Hari ini adalah hari Supplicatio (Doa Permohonan) kepada Bunda Maria dari Pompei. Bunda Maria yang terberkati selalu ingin berjalan bersama kita, dekat dengan kita, dan selalu ingin membantu kita dengan perantaraannya dan kasihnya.

Maka marilah kita berdoa bersama untuk misi ini, untuk seluruh gereja, dan untuk perdamaian dunia. Kita mohon rahmat khusus ini dari Maria, Bunda kita.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |