Liputan6.com, Jakarta - Mengompol sering dianggap sepele dan identik dengan masalah anak-anak. Padahal, kondisi ini juga banyak dialami oleh lansia dan bisa berdampak serius pada kesehatan fisik maupun mental mereka.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap mengompol sebagai aib, sehingga enggan mencari bantuan medis.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri dari RS Hermina Bekasi, dr. Ika Fitriana, SpPD-KGer, menjelaskan, mengompol atau inkontinensia urine bukanlah bagian alami dari proses menua, melainkan sebuah kondisi medis yang bisa ditangani jika dikenali dan dipahami penyebabnya.
"Mengompol adalah kondisi keluarnya urine secara tidak diinginkan yang menyebabkan gangguan sosial maupun kesehatan. Ini bukan penyakit, tapi bisa berdampak serius pada kualitas hidup lansia," kata dr. Ika dalam sebuah diskusi media bersama Parenty pada Selasa, 27 Mei 2025.
Mengompol Bisa Picu Depresi dan Isolasi Sosial
Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari mengompol pada lansia adalah gangguan psikologis.
Banyak lansia yang akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial karena malu atau takut buang air kecil di tempat umum.
"Bayangkan orang tua yang biasanya aktif ke masjid, gereja, atau sekadar berkumpul dengan teman. Ketika takut mengompol di jalan, mereka memilih di rumah saja. Akhirnya merasa kesepian, depresi, dan kehilangan semangat hidup," ujar dr. Ika.
Lebih lanjut dr. Ika menjelaskan bahwa isolasi sosial yang berkepanjangan bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan mempercepat risiko demensia.
Apa Penyebab Mengompol pada Orang Lanjut Usia?
Mengompol pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Usia yang bertambah menyebabkan perubahan pada organ tubuh, termasuk menurunnya elastisitas kandung kemih, melemahnya otot dasar panggul, dan berkurangnya kontrol saraf terhadap proses buang air kecil.
Faktor risiko lainnya meliputi:
- Obesitas
- Jumlah persalinan sebelumnya (pada wanita)
- Penyakit kronis seperti diabetes, stroke, dan demensia
- Penuaan otot dan jaringan, termasuk akibat sarcopenia (penurunan massa otot terkait usia)
"Makin kita renta, otot makin mengecil, makin sulit menahan pipis. Apalagi kalau ada batuk atau tertawa keras, bisa langsung keluar sendiri," ujar dr. Ika.
Jenis-jenis Mengompol yang Perlu Dikenali
Secara umum, ada dua jenis mekanisme mengompol:
- Gagal menyimpan urine: Kandung kemih tidak bisa menahan urine sehingga keluar tanpa disadari.
- Gagal mengosongkan kandung kemih: Urine tertahan karena ada sumbatan, misalnya pada pria dengan pembesaran prostat, sehingga pipis tersendat-sendat.
Mengompol juga bisa bersifat akut (sementara akibat infeksi saluran kemih atau pasca-melahirkan), atau persisten (berkepanjangan, sehingga memerlukan penggunaan popok dewasa dalam jangka panjang).
Dampak Kesehatan Lain dari Mengompol
Selain berdampak pada psikologis, mengompol juga bisa menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti:
- Infeksi saluran kemih berulang
- Kurang minum karena takut pipis, yang berisiko menyebabkan dehidrasi
- Kurang tidur akibat sering ke kamar mandi di malam hari
- Risiko jatuh saat tergesa-gesa ke toilet
- Penurunan kualitas hidup secara keseluruhan
Cara Mengatasi Mengompol pada Lansia
Mengompol memang tidak bisa dicegah seluruhnya, tetapi bisa dikendalikan. Berikut beberapa langkah yang disarankan:
- Pemeriksaan ke dokter spesialis geriatri
- Terapi latihan otot panggul (senam Kegel)
- Mengatur jadwal buang air kecil
- Menghindari konsumsi kafein dan cairan berlebih menjelang tidur
- Mengelola penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi
"Hal paling penting adalah jangan malu untuk konsultasi. Banyak lansia yang akhirnya merasa lebih baik hanya karena diberi tahu bahwa mereka tidak sendirian dan ada solusinya," pungkas dr. Ika.