Liputan6.com, Jakarta - Akses layanan kesehatan gigi di daerah terpencil Indonesia masih menjadi masalah besar. Banyak masyarakat di daerah jauh dari pusat kota yang kesulitan mendapatkan perawatan gigi yang layak.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas kesehatan, terbatasnya jumlah dokter gigi, serta jarak yang jauh antara tempat tinggal pasien dan layanan kesehatan.
Namun, dengan kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), masalah ini dapat diatasi secara bertahap.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB-PDGI), Dr. drg. Usman Sumantri, MSc menjelaskan bahwa teknologi digital dan AI menawarkan solusi cerdas untuk meningkatkan akses layanan kesehatan gigi di daerah-daerah terpencil.
"TRI Dentistry, yang menggabungkan teknologi dan kedokteran gigi, memungkinkan dokter gigi memberikan layanan kepada pasien di lokasi yang sulit dijangkau, seperti daerah perbatasan," ujar Dr. Usman kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan di Jakarta.
Teknologi yang Mempermudah Layanan Gigi Jarak Jauh
Salah satu teknologi yang tengah berkembang di dunia kedokteran gigi adalah tele-dentistry atau layanan gigi jarak jauh. Melalui teknologi ini, dokter gigi dapat melakukan konsultasi dan pemeriksaan awal dengan pasien secara virtual.
Pasien di daerah terpencil bisa mendapatkan diagnosa awal dan rekomendasi perawatan tanpa harus pergi ke klinik atau rumah sakit.
Selain itu, penggunaan AI dalam diagnosa gigi juga semakin populer. AI dapat membantu dokter gigi menganalisis gambar rontgen gigi, mendeteksi masalah kesehatan gigi, serta memberikan solusi yang lebih cepat dan akurat.
"AI membantu mempercepat proses diagnostik dan memberikan hasil yang lebih tepat. Ini sangat berguna untuk daerah yang kekurangan tenaga medis dan sulit mengakses fasilitas kesehatan," lanjut Dr. Usman.
Tantangan dan Solusi Akses di Daerah Terpencil
Meski teknologi menawarkan berbagai keuntungan, Dr. Usman juga mengingatkan tentang beberapa tantangan yang perlu dihadapi.
Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur teknologi, seperti kualitas internet yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia.
Di beberapa daerah perbatasan, koneksi internet yang lambat atau tidak stabil menghambat implementasi teknologi secara maksimal.
Namun, meskipun demikian, teknologi tetap memiliki potensi besar dalam meningkatkan layanan kesehatan gigi.
"Kita harus melihat teknologi sebagai alat untuk mengatasi masalah besar dalam distribusi layanan kesehatan. Dengan TRI Dentistry dan solusi digital lainnya, kita bisa menjangkau lebih banyak orang, terutama di daerah terpencil," kata Dr. Usman.
Langkah Pemerintah dalam Meningkatkan Akses Layanan Gigi
Pemerintah Indonesia juga mulai memperhatikan pentingnya layanan kesehatan gigi yang merata.
Salah satu langkah yang telah diambil adalah menyediakan layanan kesehatan gigi gratis untuk sebagian masyarakat.
Meskipun demikian, distribusi layanan ini masih perlu diperbaiki agar bisa lebih merata, terutama di daerah yang sulit dijangkau.
Dr. Usman berharap, dengan semakin berkembangnya teknologi dan adanya kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta, akses layanan gigi di seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil, akan semakin terbuka lebar.
"Penerapan teknologi dalam kedokteran gigi adalah langkah maju. Kita berharap semua pihak bekerja sama agar teknologi ini bisa diakses oleh semua masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil," ujarnya.
IDEC 2025 dan Peran Teknologi dalam Transformasi Kesehatan Gigi
Selain perkembangan teknologi yang menjanjikan untuk layanan kesehatan gigi, Indonesia Dental Exhibition & Conference (IDEC) 2025 juga menjadi ajang penting dalam mengembangkan sektor ini.
IDEC 2025 yang akan digelar pada 14-16 November di Jakarta International Convention Center (JICC) menandai edisi keempat dari pameran dan konferensi terbesar dalam industri kedokteran gigi Indonesia.
Acara ini akan mempertemukan lebih dari 250 merek lokal dan internasional yang akan menampilkan teknologi terbaru, termasuk imaging digital, CAD/CAM, dan solusi berbasis AI.
Dr. Usman menekankan bahwa IDEC 2025 adalah platform strategis yang dapat mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam membangun ekosistem kesehatan gigi yang lebih tangguh dan inklusif.
"Transformasi ketahanan kesehatan gigi mencerminkan komitmen yang luas untuk membangun sistem kesehatan lebih tangguh dan inklusif. Membangun langkah pencegahan jangka panjang, pendidikan, dan akses kepada perawatan kesehatan mulut dan gigi yang berkualitas bagi siapapun," kata Dr. Usman.
IDEC 2025 diharapkan menjadi kesempatan penting bagi profesi kedokteran gigi di Indonesia untuk memperkenalkan inovasi teknologi dan bertukar pengetahuan dengan para ahli global.
Dengan adanya acara seperti IDEC, harapannya adalah teknologi canggih, termasuk AI dalam kedokteran gigi, dapat segera diimplementasikan secara lebih luas di seluruh Indonesia, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau.