Nyeri Haid Bisa Begitu Hebat hingga Sebabkan Pingsan, Dokter Jelaskan Alasannya

13 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian perempuan, nyeri haid bukan hanya sekadar fase tetapi juga bisa memicu keluhan yang jauh lebih berat. Ada yang merasa pusing, berkunang-kunang, bahkan sampai ada yang pingsan

Kondisi tersebut kerap membuat banyak perempuan khawatir, seolah menjadi tanda penyakit serius. Padahal, perubahan alami dalam tubuh selama siklus menstruasi memang bisa meningkatkan risiko pingsan. 

Dilansir Verywell Health, jenis pingsan paling umum yang dialami perempuan saat menstruasi adalah sinkop vasovagal. Jenis pingsan ini ditaandai dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.

Selain itu, perubahan dalam tubuh seperti fluktuasi hormon, nyeri, pendarahan yang berat, gula darah rendah, yang terjadi selama masa menstruasi dapat meningkatkan risiko pingsan. 

Gejala umum yang muncul pada kondisi sinkop vasovagal adalah mual, berkeringat, pusing, penglihatan kabur, detak jantung cepat atau tidak teratur, mati rasa, dan pucat. 

Berikut adalah 10 kondisi yang bisa dialami sehingga menyebabkan pingsan pada saat menstruasi:

1. Nyeri Menstruasi

Penyebab pingsan saat menstruasi yang paling umum adalah nyeri. Nyeri mungkin bisa disebakan oleh suatu hal yang lebih spesifik sehingga meningkatkan risiko pingsan.

Nyeri saat menstruasi tanpa penyebab dasar atau dismenore primer berhubungan dengan hormon prostaglandin. Hormon tersebut diproduks di endometrium (lapisan rahim), tepat saat menstruasi akan dimulai. 

Rasa nyeri saat menstruasi menjadi pemicu meningkatnya produksi prostaglandin untuk mengatasi rasa sakit. Salah satu respons yang terjadi dalam tubuh adalah melebarnya pembuluh darah. Bersamaan dengan melebarnya pembuluh darah, tekanan darah dapat menurun, yang meningkatkan risiko pingsan. 

2. Fibroid

Fibroid atau yang dikenal juga dengan leiomioma, merupakan tumor non-kanker yang tumbuh di rahim. Keberadaan tumor tersebut dapat menjadi penyebab nyeri saat haid. 

Selain nyeri, fibroid juga dapat menyebabkan pendarahan berat saat menstruasi atau berkepanjangan, kembung, kesulitan buang air besar, nyeri saat berhubungan seksual, infertilitas, dan keguguran.

3. Penyakit Endometriosis

Kondisi ini terjadi saat jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim. Lapisan endometrium memang bisa tumbuh di mana saja di dalam tubuh, tetapi lokasi yang paling umum ditemukan di ovarium, tuba fallopi, usus, ginjal, dan hati. 

4. Adenomiosis

Adenomiosis terjadi saat lapisan dalam rahim (endometrium) justru tumbuh mask ke dinding otot rahim yang menyebabkan rasa sakit. Meksi umumnya terjadi pada perempuan usia 40 hingga 50 tahun, belakangan ini kasus pada usia lebih muda juga semakin sering ditemukan. 

5. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Penyakit PCOS memiliki serangkaian gejala klinis yang menyertainya, termasuk kadar androgen yang lebih tinggi dari rata-rata dan ketidakseimbangan hormon lainnya, pembesaran ovarium sehingga rentan terkena kista, resistensi insulin, dan kelebihan berat badan.

Tetapi, tidak semua penderita PCOS akan mengalami berbagai gejala tersebut. Meskipun penyebab pastinya belum jelas, PCOS dikaitkan dengan nyeri haid. 

Namun, menurut beberapa penelitian, rasa nyeri ini mugkin disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon yang umum terjadi pada penderita PCOS.

6. Menstruasi Deras

Aliran menstruasi yang lebih derasa sering dikatikan dengan penumpukan lapisan endometrium di rahim selama siklus menstruasi. Hal tersebut juga menjadi memicu peningkatan produksi prostaglandin, penyebab meningkatnya risiko pingsan.

Selain itu, menstruasi yang sangat deras juga dapat menyebabkan anemia akibat kehilangan darah. Ketika anemia, jumlah oksigen yang dapat diangkut darah menjadi lebih rendah, sehingga otak akan merasakan penurunan kadar oksigan yang memicu perubahan penyebab pingsan. 

7. Perubahan Hormon

Perubahan kadar hormon menjadi dasar dari siklus menstruasi. Pada siklus yang teratur, kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh naik turun mengikuti fase tertentu. 

Saat periode menstruasi baru dimulai, kedua hormon ini berada pada titik terendah.

8. Hipoglikemia

Pada sebagian orang, perubahan hormon juga bisa memengaruhi sensitivitas insulin. Hal tersebut dapat memicu gula darah rendah atau hipoglikemia, bahkan pada mereka yang tidak memiliki diabetes. 

Kondisi ini dapat menimbulkan vasovagal, yaitu penurunan tekanan darah mendadak yang membuat seseorang merasa pusing hingga pingsan.

9. Pergeseran Cairan

Kadar hormon yang rendah juga dapat memengaruhi distribusi cairan tubuh. Sebagian cairan berpindah dari alirah darah ke jaringan, menyebabkan bengkak pada kaki atau pergelangan. Akibatnya, volume darah berkurang dan oksigen yang beredar ke seluruh tubuh ikut menurun.

Tubuh pun bereaksi layaknya dehidrasi. Karena jumlah cairan dalam darah lebih sedikit, tubuh kesulitan menyesuaikan diri saat berubah posisi. Inilah yang bisa menyebabkan hipotensi ortostatik, yaitu tekanan darah turun tiba-tiba ketika berdiri, sehingga memicu pingsan. 

10. POTS

Pergeseran cairan akibat perubahan hormon juga dapat memperparah kondisi yang disebut postural orthostastic tachycardia syndrome (POTS). Gangguan ini membuat sistem saraf tidak mampu mengontrol detak jantung dan tekanan darah dengan normal. 

Gejala ini biasanya memburuk selama menstruasi. Tanda-tanda POTS yakni kelelahan, pusing, hingg pingsan berulang,

Read Entire Article
Helath | Pilkada |