Pendidikan Kedokteran Ibarat Masakan Enak, Kolegium Penyusun Resepnya

13 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Senat Akademik Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), menegaskan pentingnya sinergi antara tiga elemen utama dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Ketiga elemen tersebut adalah kolegium, fakultas kedokteran, dan rumah sakit pendidikan.

Menurut Prof. Budi, ketiga komponen ini memiliki peran yang saling melengkapi dan harus bekerja secara harmonis untuk mencetak dokter yang berkualitas dan siap menjawab tantangan zaman.

"Pendidikan kedokteran itu ibarat masakan enak. Agar hasilnya berkualitas, perlu tiga unsur penting. Kokinya harus jago, resepnya harus bagus, dan tempat masaknya harus memadai," ujar Prof. Budi kepada Health Liputan6.com usai konferensi pers bersama Guru Besar FKUI di Salemba, Jakarta Pusat pada Jumat, 16 Mei 2025.

Dalam analogi tersebut, kolegium diibaratkan sebagai penyusun resep masakan. Mereka bertugas merancang standar pendidikan kedokteran yang paling mutakhir dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

"Resep yang paling enak, yang terkini, yang updated, itu disiapkan oleh kolegium. Mereka menentukan standar yang harus diikuti oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran," ujar Prof. Budi.

Fakultas Kedokteran sebagai Koki dan RS Pendidikan Sebagai Dapur

Sementara itu, FK diibaratkan sebagai koki yang memasak, yaitu para dosen yang mengimplementasikan kurikulum dalam proses belajar mengajar. Mereka menjadi garda terdepan dalam membentuk kompetensi akademik dan profesionalisme calon dokter.

Adapun rumah sakit pendidikan berfungsi sebagai tempat praktik atau 'dapur' untuk para mahasiswa kedokteran menjalani pelatihan klinis secara langsung.

Rumah sakit pendidikan menjadi tempat mahasiswa mengasah keterampilan medis secara nyata, berinteraksi dengan pasien, serta mempraktikkan ilmu yang telah mereka pelajari di bangku kuliah.

Prof. Budi menegaskan bahwa untuk mencetak dokter yang kompeten dan dibutuhkan masyarakat, tidak cukup hanya memiliki satu atau dua aspek yang baik.

Ketiganya harus berjalan berintegritas, memiliki koordinasi yang kuat, serta sinkron dan harmonis satu sama lain.

"Kalau salah satu tidak optimal, hasil akhirnya tentu tidak akan maksimal," katanya.

"Padahal yang dibutuhkan masyarakat adalah dokter-dokter yang tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga terampil, beretika, dan siap melayani di dunia nyata," tambahnya.

Menjawab Kebutuhan Masyarakat

Dalam menghadapi tantangan pelayanan kesehatan di masa depan, sistem pendidikan kedokteran harus mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul secara teori, tetapi juga teruji secara praktik. Oleh karena itu, sinergi antara kolegium, fakultas kedokteran, dan rumah sakit pendidikan menjadi krusial.

Prof. Budi Wiweko berharap seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan kedokteran dapat terus menjaga dan meningkatkan kualitas kerja sama ini, demi menghasilkan dokter-dokter berkualitas tinggi yang siap menghadapi dinamika dunia kesehatan global.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |