Perasaan Sedih dan Kosong Usai Nonton Konser, Kenali Fenomena Post-Concert Depression

14 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Konser musik besar selalu menghadirkan momen puncak emosional. Ribuan orang menyatu, bernyanyi bersama, dan merasa begitu dekat dengan idolanya. Namun, ketika lampu padam dan panggung ditutup lalu pulang ke rumah, sebagian penonton justru dihantui rasa kehilangan. Kondisi ini sering dikenal dengan istilah post-concert depression (PCD).

Menurut psikiater dari Centre for Psychological Wellness, Lim Boon Leng, kondisi ini bukanlah penyakit klinis, tetapi nyata dirasakan banyak orang.

“PCD adalah perasaan sedih atau kosong setelah menghadiri konser atau acara besar yang sangat dinantikan. Meski tidak diakui sebagai kondisi psikiatri resmi, banyak orang melaporkan mengalaminya,” jelasnya.

Dilansir Medical Channel Asia, euforia konser sendiri berkaitan dengan pelepasan hormon endorfin dan dopamin di otak. Saat acara berakhir, penurunan zat kimia ini bisa membuat mood anjlok dratis.

“Konser memberikan pengalaman puncak emosional. Ketika itu berakhir, transisi ke rutinitas normal bisa memicu rasa hampa,” tambahnya.

Gejala PCD bisa bervariasi, mulai dari perasaan sedih, lelah secara emosional, hingga enggan bersosialisasi.

“Kalau rasa sedih ini menetap dalam jangka panjang dan sampai mengganggu fungsi sehari-hari, perlu dipertimbangkan ada masalah yang lebih serius,” kata Lim.

Gejala Post-Concert Depression

Post-concert depression biasanya muncul dalam bentuk suasana hati yang menurun drastis setelah konser selesai. Lim menjelaskan bahwa gejalanya antara lain merasa kosong, sedih, sulit fokus pada rutinitas, dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menyenangkan.

Beberapa orang juga merasakan energi emosionalnya terkuras sehingga sulit bersosialisasi.

“Gejalanya memang mirip depresi ringan, tapi berbeda dengan gangguan mental serius,” kata Lim.

Rasa ingin mengulang momen konser, menonton ulang video penampilan idola, atau bahkan merasa sulit move on adalah bagian dari tanda-tanda yang umum. Kondisi ini tidak berbahaya bila hanya berlangsung beberapa hari, tetapi tetap perlu diwaspadai.

Menurut Lim, yang penting adalah membedakan antara perasaan sedih sesaat dengan depresi klinis yang membutuhkan perhatian lebih.

Penyebab Utama

Ada dua faktor besar yang memicu PCD. Pertama, faktor biologis. Saat konser, otak melepaskan hormon bahagia seperti endorfin atau dopamin dalam jumlah besar. Perasaan itu membuat penonton berada pada titik puncak emosi. Ketika konser usai, terjadi penurunan drastis hormon tersebut yang membuat mood ikut merosot.

Kedua, faktor psikologis. Konser biasanya dinantikan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sehingga memberikan rasa emosional. Begitu selesai, muncul kekosongan karena sesuatu yang dinantikan sudah berakhir.

“Konser memberikan pengalaman puncak emosional,” jelas Lim.

Ketiga, faktor sosial juga ikut berperan seperti rasa kebersamaan dengan ribuan orang mendadak hilang, membuat individu merasa kembali sendirian. Kombinasi aspek biologis, psikologis, dan sosial inilah yang memperkuat fenomena PCD.

Cara Mengatasi Post-Concert Depression

Lim mengatakan cara terbaik menghadapi PCD adalah dengan mengakui perasaan tersebut.

“Penting untuk menyadari bahwa sedih setelah konser itu normal, bukan kelemahan,” katanya.

Beberapa langkah bisa membantu mengurangi efeknya. Pertama, mengulas kembali momen konser melalui foto, video, atau tulisan dapat membantu mengabadikan kenangan positif.

Kedua, tetap terhubung dengan komunitas penggemar, misalnya dengan berdiskusi di forum atau media sosial. Ketiga, dengarkan ulang musik sang artis atau buat playlist yang mirip suasana konser.

Selain itu, membuat rencana baru juga penting agar pikiran tidak hanya terjebak pada nostalgia. Misalnya, mengatur pertemuan dengan teman-teman yang ikut konser atau mulai proyek pribadi.

Aktivitas sehari-hari seperti olahraga, membaca, atau hobi kreatif juga membantu menjaga kestabilan mood. Intinya, menghadapi PCD perlu kombinasi refleksi positif dan langkah konkret agar cepat pulih.

Kapan Harus Cari Bantuan Profesional

Umumnya PCD hanya berlangsung sementara, ada kondisi tertentu yang perlu diwaspadai. Jika perasaan sedih berlarut-larut, semakin intens, dan mengganggu fungsi sehari-hari, itu bisa jadi tanda masalah yang lebih serius.

“Kalau rasa sedih semakin intens atau bertahan lama, sebaiknya mencari bantuan profesional. Psikolog atau psikiater dapat memberikan strategi penanganan yang tepat,” kata Lim.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |