Liputan6.com, Jakarta - Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi mengalami pergeseran. Mulanya, orang disebut mengidap darah tinggi ketika tensinya menunjuk angka 140/90.
Namun, kini angka tersebut diturunkan 10 poin yakni 130/80. Artinya, orang dengan tensi di atas 130/80 sudah tergolong mengalami hipertensi.
“Sekarang definisi tekanan darah (tinggi) diturunkan, terakhir dari American Heart Association bukan lagi di atas 140/90. Sekarang tekanan darah (tinggi) di atas 130/80 saja pun sudah namanya darah tinggi,” kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi RS Grha Kedoya, Salim Lim, dalam seminar terkait ginjal, darah tinggi, dan obat tradisional di RS Grha Kedoya, Jakarta Barat, Minggu (14/9/2025).
“Jadi diturunkan 10 poin, katanya memang kalau 140 pun risiko Anda untuk gagal ginjal, jantung, segala macam meningkat, tensi yang normal harusnya di bawah 130/80,” imbuhnya.
Salim menambahkan, kebanyakan orang tak merasakan adanya gejala hipertensi. Artinya, tidak pusing bukan berarti tidak hipertensi.
“Nah kebanyakan orang tidak bisa merasakan kalau tensinya tinggi, bukan artinya kalau saya enggak sakit kepala, tensi saya enggak tinggi, kalau sakit kepala baru tinggi, enggak, itu enggak ada gejalanya,” ujar Salim.
Hipertensi Tahap Pertama
Melihat tabel kategori tekanan darah yang diluncurkan American Heart Association, tensi lebih dari 130/80 termasuk dalam hipertensi tahap pertama. Sementara, tensi lebih dari 140/90 termasuk dalam hipertensi tahap kedua.
Tekanan darah tinggi alias hipertensi terjadi ketika tekanan darah yang mendorong dinding pembuluh darah intensitasnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah serius seperti serangan jantung dan stroke.
Ini dapat memengaruhi semua kelompok usia termasuk anak-anak, remaja, orang dewasa, dan lanjut usia (lansia).
Di Amerika Serikat, hampir setengah dari orang dewasa memiliki tekanan darah tinggi. Banyak yang bahkan tidak sadar bahwa mereka mengidapnya.
Satu-satunya cara untuk mengetahui kondisi tekanan darah tinggi adalah dengan memeriksakan tekanan darah rutin. Sementara, diagnosis tekanan darah tinggi harus dibuat oleh profesional kesehatan, seperti mengutip laman resmi American Heart Association.
Hipertensi Picu Masalah Ginjal
Salim menyampaikan, hipertensi juga menjadi salah satu penyebab masalah ginjal. Maka dari itu, terapi pengobatan ginjal salah satunya adalah mengontrol hipertensi.
“Apa faktor risiko penyakit ginjal? Tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol, kegemukan, konsumsi obat pereda nyeri, konsumsi obat tradisional (jamu, herbal, obat China), riwayat keluarga, kurang minum, dan proteinuria (kebocoran ginjal),” papar Salim.
Tekanan darah tinggi tak hanya menjadi faktor risiko penyakit ginjal, tapi juga salah satu penyebab gagal ginjal.
“Penyebab gagal ginjal, yang kita ingat cuman tiga ini yang paling utama. Diabetes nomor satu penyebab gagal ginjal di Indonesia dan seluruh dunia (40 persen). Nomor dua hipertensi sekitar 25 persen, terus (ketiga) glomerulonephritis yang kita sebut ginjal bocor (15 persen).
Sementara, penyebab gagal ginjal lainnya (20 persen) yakni batu ginjal, polikistik ginjal, obat-obatan, kanker, dan infeksi.
Gagal Ginjal Gegara Hipertensi Umumnya Terjadi di Usia 40 ke Atas
Penyebab-penyebab gagal ginjal ini memiliki kecenderungan berdasarkan usia. Umumnya, penyakit hipertensi dan diabetes memicu gagal ginjal pada usia setelah 40 tahun.
“Kalau diabetes dan hipertensi itu, gagal ginjal biasanya terjadi setelah umur 40 tahun ke atas karena itu lama (perkembangan penyakitnya) lima tahun, 10 tahun, 20 tahun baru ada gagal ginjal,” kata Salim.
Begitu pula dengan batu ginjal, polikistik ginjal, obat-obatan, kanker, dan infeksi yang dapat memicu gagal ginjal di usia 40 tahun ke atas.
Sedangkan, ginjal bocor alias glomerulonephritis tidak mengenal umur untuk memicu gagal ginjal, anak-anak pun bisa mengalaminya.
“Banyak pasien anak-anak juga gagal ginjal, anak-anak kecil juga udah cuci darah,” ujarnya.