Liputan6.com, Jakarta - Setiap orang yang mau donor darah harus melalui asesmen awal guna memastikan darah aman disumbangkan. Nah, bagi anak muda, terutama Gen Z, yang mau mendonorkan darahnya, coba perhatikan ini dulu.
Selain usia minimal harus 17 tahun, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta, H. Beky Mardani mengatakan bahwa kondisi kesehatan harus dalam keadaan baik.
Gen Z harus tahu bahwa faktor terbesar banyak yang gagal lolos darah karena kadar hemoglobin (Hb) rendah, atau tekanan darah tidak stabil.
"Setelah asesmen awal ini terpenuhi, baru dia lolos," kata Beky.
Kadar HB minimal untuk perempuan adalah 12,5 dan pria 13. "Cuma enggak boleh juga terlalu tinggi. 17 itu enggak aman," tambahnya.
Lebih lanjut, Beky, mengatakan, syarat medis sering kali menjadi hambatan bagi anak muda untuk donor. Anemia, atau kadar HB rendah, membuat banyak calon donor ditolak.
"Kalau misalnya punya penyakit dan lain-lain, itu otomatis akan tertolak. Jadi, asesmen awal itu sudah bisa menyaring apakah seseorang boleh berdonor atau tidak," ujar Beky.
Generasi Z Jadi Target Utama Donor Darah
Meski begitu, PMI terus memberikan edukasi terkait pola makan dan gaya hidup sehat bisa membantu anak muda memenuhi syarat sebagai pendonor.
Selain faktor medis, Beky menilai bahwa pengetahuan anak muda tentang manfaat donor darah juga masih minim. "Karena itu kita terus mendorong sosialisasi dan pemahaman tentang pentingnya berdonor darah," kata Beky.
Beky menjelaskan bahwa donor darah tidak hanya bermanfaat untuk penerima, tapi juga bagi pendonor sendiri. Donor darah membantu regenerasi sel darah merah yang membuat tubuh tetap sehat.
"Logikanya gini, setiap kali kita mendonorkan darah sel-sel darah akan selalu berganti. Kalau wanita kan masih ada menstruasi, bagi laki-laki kan nggak ada. Jadi, donor darah bermanfaat juga untuk dirinya sendiri," tambahnya.
Selain itu, donor darah dianggap sebagai amal ibadah karena dapat menyelamatkan nyawa orang lain.
PMI Dorong Gen Z Aktif Donor Darah
PMI berupaya menggerakkan anak muda agar aktif donor darah secara rutin. Program sosialisasi sudah dilakukan di sekolah-sekolah menengah atas dengan melibatkan Palang Merah Remaja (PMR).
"Kalau di Jakarta, kita sudah mulai dengan donor di sekolah-sekolah. Biasanya sekalian dengan pemeriksaan golongan darah, kemudian ada donor darah," kata Beky.
Harapannya, kebiasaan ini bisa menular dan menjadi budaya positif di kalangan generasi muda.