PPDS Penyakit Dalam di RS Kandou Dibuka Kembali, Komitmen Menuju Pendidikan Kedokteran yang Sehat dan Adil

5 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Setelah melalui berbagai evaluasi dan pembenahan menyeluruh, program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) untuk program studi Penyakit Dalam di Rumah Sakit Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado akhirnya resmi dibuka kembali. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) bersama Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) menetapkan pembukaan ini sebagai tonggak penting dalam upaya reformasi pendidikan kedokteran di Indonesia.

Program ini berada di bawah naungan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan menjadi satu dari sekian langkah strategis dalam menciptakan ekosistem belajar yang profesional, sehat, dan—yang terpenting—bebas dari perundungan.

“Pembukaan program PPDS di RS Kandou ini adalah bukti nyata komitmen kita bersama untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, terutama Universitas Sam Ratulangi dan Rumah Sakit Kandou,” ujar dr. Azhar Jaya, Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan, mewakili Kemenkes.

Evaluasi Mendalam 

Pembukaan kembali program residensi di RS Kandou disebut sebagai respons konkret terhadap berbagai peristiwa memilukan yang mengusik dunia kedokteran Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah kasus almarhumah dr. Risma, yang menjadi simbol urgensi perubahan dalam sistem pendidikan dan budaya kerja dokter muda di Indonesia.

“Kasus-kasus seperti almarhumah dr. Risma dan lainnya adalah pengingat bahwa kita harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem. Profesi kedokteran menuntut dedikasi tinggi, namun juga harus dilindungi dari tekanan yang tidak sehat,” tegas dr. Azhar, dikuitp dari laman resmi Sehat Negeriku milik Kemenkes RI. 

35 Langkah Pembenahan Sistem Residensi

Sebagai tindak lanjut, RS Kandou dan FK Unsrat telah mengimplementasikan 35 langkah pembenahan sistem residensi, yang secara langsung menyentuh aspek-aspek krusial dalam keseharian residen. Di antaranya:

  • Pengaturan jam kerja yang manusiawi, demi menjaga kesehatan fisik dan mental peserta didik.
  • Pemasangan CCTV di area strategis untuk memastikan pengawasan yang lebih transparan dan akuntabel.
  • Penggunaan logbook sebagai alat ukur kemajuan yang objektif dan adil.
  • Perjanjian kerja tertulis yang menjamin hak-hak residen sebagai pelajar, bukan sekadar pekerja.

“Kita coba hilangkan adanya like and dislike. Kita harus profesional. Kalau dia sudah memenuhi logbook-nya, ya harus lulus. Selama ini, banyak yang tergantung pada senior. Ini yang coba kita ubah,” ujar dr. Azhar, menekankan pentingnya objektivitas dan profesionalisme dalam proses pendidikan.

Sistem Pengawasan Berlapis

Untuk memastikan perubahan ini bukan sekadar retorika, Kemenkes menetapkan mekanisme pengawasan berlapis. Tiga pihak bertanggung jawab langsung dalam proses pengawasan ini: Dekan FK Unsrat, Direktur RS Kandou, dan Kemenkes sendiri melalui kanal pelaporan khusus.

“Rumah Sakit Kandou telah menjalankan sistem, bukan berarti menjamin tidak akan ada bullying, tapi ini adalah langkah awal menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik. Kalau laporan bullying masih tinggi, kami dari pusat akan melakukan audit lagi,” kata dr. Azhar.

Dengan sistem ini, Kemenkes berharap akan tercipta atmosfer pendidikan yang mendukung tumbuhnya dokter-dokter spesialis yang kompeten, kuat secara keilmuan, dan tangguh secara mental, tanpa harus mengorbankan kesejahteraan pribadi.

Kesempatan Baru untuk Para Residen

Dibukanya kembali program ini menjadi angin segar bagi para residen yang sempat terhambat pendidikannya. Banyak di antara mereka yang sebelumnya harus menunggu atau mencari tempat lain kini bisa kembali melanjutkan pendidikan spesialisnya di institusi yang sudah melakukan reformasi sistem secara serius.

“Everything sudah memenuhi standar dan bisa dimulai kembali,” tutup dr. Azhar, menandai dimulainya babak baru bagi PPDS di RS Kandou.

Pembukaan ini bukan sekadar simbol dimulainya kembali sebuah program akademik. Ini adalah representasi dari komitmen untuk menata ulang sistem pendidikan kedokteran—bukan hanya agar lebih baik, tapi juga lebih manusiawi.

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |