RSV, Virus yang Sering Disangka Batuk Pilek Biasa tapi Bisa Bahayakan Paru Anak

16 hours ago 10

Liputan6.com, Jakarta Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan salah satu penyebab utama infeksi saluran napas yang sangat mudah menular.  Virus ini dapat menyerang siapa saja, mulai dari bayi hingga orang dewasa dan lansia. 

Menurut dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med.Sc., SpA dari Tzu Chi Hospital, RSV atau Respiratory Syncytial Virus adalah virus yang menyebabkan penyakit pernapasan bernama bronkiolitis. 

“RSV itu virusnya, sedangkan penyakitnya disebut bronkiolitis,” kata Ian secara daring di Jakarta, Jumat, 31 Oktober 2025.

Pada anak yang mengalami infeksi RSV, saluran napas kecil di paru menjadi menyempit dan berkontraksi.  “Jadi udara masuk bisa, tapi keluarnya susah,” jelasnya. 

Kondisi ini menyebabkan udara terperangkap di dalam paru-paru sehingga tampak mengembang saat dilihat melalui rontgen.

Ian mengatakan infeksi RSV tidak selalu berat. Sebagian pasien hanya mengalami gejala ringan seperti batuk, pilek, atau demam biasa. Namun, pada kasus tertentu, infeksi bisa berkembang menjadi lebih parah hingga menyebabkan gangguan paru.

Siapa yang Paling Rentan Terinfeksi RSV?

RSV dapat menyerang semua kelompok usia tapi paling berbahaya bagi bayi dan lansia. 

“Selain bayi, orang dewasa dengan komorbid atau usia di atas 65 tahun juga rentan mengalami infeksi berat,” kata Ian.

Lebih lanjut, Ian mengatakan bayi dengan kondisi tertentu memiliki risiko lebih tinggi, misalnya:

  • Bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah di bawah 2.500 gram.
  • Bayi dengan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru kronis.
  • Anak dengan kelainan kromosom seperti Down Syndrome.
  • Anak dengan gizi buruk atau gangguan daya tahan tubuh.
  • Bayi dengan gangguan otot dan saraf.

Kelompok dengan faktor risiko ini perlu mendapatkan perhatian khusus, karena daya tahan tubuh mereka lebih lemah dalam melawan virus.

Bagaimana RSV Menyebar?

RSV dapat menyebar melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Virus ini juga bisa menular lewat kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. 

Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan etika batuk sangat penting untuk mencegah penularan.

“RSV bisa kena ke semua orang, bisa aja orang dewasa yang kena, orang dewasanya cuma kena batuk pilek biasa, tetapi kemudian orang dewasa itu menularkan ke bayi bayi yang berisiko tinggi tadi,” ujar Ian. 

Ian juga mengingatkan pentingnya etika batuk dengan menutup mulut menggunakan siku agar tidak menularkan virus ke orang lain.

Gejala Infeksi RSV pada Bayi dan Anak

Pada anak di bawah dua tahun, gejala RSV umumnya berupa batuk, demam, sesak napas, dan mengi.

 “Kalau bayi batuk, sesak, demam, dan mengi, hampir pasti penyebabnya RSV,” ujar Ian.

Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop, dokter bisa mendengar bunyi napas seperti “ngik-ngik”, mirip dengan gejala asma. Kadang, orang tua juga dapat mendengarnya tanpa alat bantu.

Selain itu, bayi dengan infeksi RSV dapat menunjukkan gejala seperti:

  • Napas cepat dan kesulitan bernapas.
  • Bunyi napas grok-grok (rhonchi).
  • Rewel, tidur gelisah, dan penurunan aktivitas.
  • Muntah atau diare.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain bronkiolitis, pneumonia, otitis media (infeksi telinga tengah), dan kadar oksigen rendah dalam darah (hipoksemia).

Gejala RSV pada Lansia

Pada lansia, infeksi RSV juga bisa menimbulkan gejala serius. Beberapa tanda yang sering muncul meliputi sakit tenggorokan, bunyi napas kasar, sakit kepala, kelelahan, hingga gangguan tidur.

Komplikasi yang dapat muncul antara lain:

  • Sinusitis dan bronkiolitis.
  • Pneumonia dan infiltrat paru.
  • Perburukan asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Perburukan gagal jantung kongestif.

RSV sering kali menyerang kelompok usia ekstrem seperti bayi dan lansia, karena keduanya memiliki sistem imun yang belum matang atau sudah menurun.

Pencegahan Infeksi RSV

Ian menyebutkan, langkah utama untuk mencegah RSV adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 

Perilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan secara rutin, serta menerapkan etika batuk menjadi cara efektif untuk mengurangi risiko penularan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |