Liputan6.com, Jakarta Simvastatin adalah obat golongan statin yang diresepkan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase di hati, yang berperan dalam produksi kolesterol. Penggunaan Simvastatin terbukti mengurangi kadar kolesterol LDL ("kolesterol jahat"), trigliserida, dan meningkatkan kadar HDL ("kolesterol baik"), sehingga mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.
Obat ini tersedia dalam berbagai merek dagang dan dosis, namun penggunaannya harus selalu di bawah pengawasan dokter.
Simvastatin diresepkan untuk mengatasi hiperkolesterolemia atau kadar kolesterol tinggi. Selain itu, obat ini juga membantu mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, terutama bila diimbangi dengan gaya hidup sehat.
Dosis Obat Simvastatin
Dosis Simvastatin bervariasi tergantung kondisi pasien, usia, dan respons pengobatan, dengan dosis awal biasanya 10-20 mg per hari.
Obat simvastatin diminum di malam hari karena produksi kolesterol tubuh mencapai puncaknya pada malam hari. Penting untuk selalu mengikuti anjuran dokter terkait dosis dan aturan pakai.
Awal Mula Obat Simvastatin
Simvastatin pertama kali ditemukan pada tahun 1979 dan mulai digunakan secara medis pada tahun 1992. Kini, obat ini menjadi salah satu obat penurun kolesterol yang paling banyak diresepkan di dunia karena terbukti efektif menurunkan kadar kolesterol LDL.
Efektivitasnya semakin optimal jika diimbangi dengan perubahan gaya hidup sehat, seperti diet rendah lemak, olahraga teratur, dan berhenti merokok.
Efek Samping dan Peringatan
Seperti obat lainnya, Simvastatin dapat menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum meliputi sakit kepala, gangguan pencernaan (mual, sembelit, sakit perut), nyeri otot, dan ruam kulit. Efek samping yang lebih serius, meskipun jarang, meliputi kerusakan otot (miopati atau rabdomiolisis).
Gejala miopati meliputi nyeri otot yang hebat, kelemahan otot, dan peningkatan kadar kreatin kinase (CK) dalam darah. Rabdomiolisis merupakan kondisi yang lebih serius yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Pasien dengan penyakit hati, penyakit ginjal, hipotiroidisme, atau riwayat masalah otot harus lebih berhati-hati dalam menggunakan Simvastatin. Wanita hamil atau menyusui juga harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini karena berpotensi membahayakan janin atau bayi. Penggunaan bersamaan dengan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan interaksi obat yang berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk memberitahu dokter tentang semua obat yang sedang dikonsumsi, termasuk obat bebas dan suplemen.
Risiko Konsumsi Obat Simvastatin Sembarangan
Medical Director Klinik Sirka, dokter Levina Avissa mengingatkan agar menggunakan simvastatin dengan resep dokter.
"Sangat penting untuk selalu menggunakan obat dengan prinsip yang tepat dan dengan rekomendasi dokter, agar penggunaannya sesuai dengan kebutuhan orang tersebut," kata Levina dalam pesan tertulis ke Health Liputan6.com.
Levina mengungkapkan lonsumsi simvastatin tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan beberapa bahaya, antara lain:
1. Efek samping yang tidak terkontrol
Efek samping simvastatin dapat menyebabkan nyeri otot kerusakan hati, dan gangguan pencernaan. Tanpa pengawasan medis, efek samping ini mungkin tidak dapat ditangani dengan tepat.
2. Interaksi obat
Simvastatin dapat berinteraksi dengan obat lain yang mungkin sedang dikonsumsi oleh pasien, yang dapat meningkatkan resiko efek samping atau sebaliknya mengurangi efektivitas dari simvastatin itu sendiri.
3. Overmedikasi atau dosis yang salah
Tanpa rekomendasi dokter, ada resiko penggunaan obat dengan dosis yang terlalu tinggi/ terlalu rendah yang tentu saja membahayakan pasien.