Liputan6.com, Jakarta - Di tengah meningkatkan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia, ada berbagai helatan akbar yang tak bisa ditunda.
Salah satunya pertandingan Timnas Indonesia vs China di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Gelaran yang dinanti-nanti pencinta sepak bola Indonesia segera dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta pada Kamis, 5 Juni 2025 pukul 20.45 WIB.
Seperti diketahui, pertandingan sepak bola kerap memicu kerumunan di stadion dan meningkatkan potensi penularan COVID-19.
Maka dari itu, epidemiolog Dicky Budiman membagikan cara mencegah penularannya.
"Ada gelaran bola, Timnas Indonesia lawan China. Sebetulnya tidak masalah acara itu, hanya kita tidak tahu orang-orang mengidap masalah pernapasan apa, bukan hanya COVID atau influenza tapi TB (tuberkulosis) juga," kata Dicky kepada Health Liputan6.com saat dihubungi melalui aplikasi pesan singkat pada Kamis pagi.
"Jadi, kalau padat seperti itu, ya pakailah masker," tambah Dicky.
Menuju ke stadion, tak sedikit masyarakat yang menggunakan transportasi umum. Masyarakat diingatkan kembali untuk waspada penularan penyakit di tempat-tempat ramai dengan ventilasi buruk.
"Apalagi di transportasi umum, walaupun sulit menghindari kerumunan, kalau bisa ya hindari saja dulu, tunggu sampai agak lebih longgar,” ucapnya.
Pertandingan antara Timnas Indonesia dan Timnas China selalu menjadi laga yang menarik untuk disaksikan, apalagi ketika kekuatan antarlini kedua tim saling unjuk gigi. Lalu seperti apa perbandingannya?
Biasakan Bawa Hand Sanitizer
Di samping itu, kebiasaan membawa hand sanitizer juga menjadi hal yang sangat penting.
"Kebiasaan membawa hand sanitizer, mencuci tangan, itu sangat penting. Karena kan banyak fasilitas umum yang kita pegang," ujarnya.
Sementara, jika tubuh sedang dalam keadaan tidak fit, maka Dicky menyarankan untuk istirahat dan tidak memaksakan untuk pergi ke stadion.
"Kalau demam, batuk, pilek, atau enggak enak badan ya jangan paksakan hadir ke stadion, nonton aja di rumah. Stadion itu ramai, banyak yang bersorak segala macam, jadi kalau memang berisiko tinggi dan sedang sakit ya udah istirahat aja di rumah," kata Dicky.
Peningkatan COVID-19 di Negara Tetangga Bisa Terjadi Pula di Indonesia
Imbauan ini disampaikan Dicky lantaran Indonesia memiliki potensi mengalami kenaikan kasus COVID-19 serupa dengan yang kini dialami negara-negara tetangga seperti Singapura dan Thailand.
“Negara-negara tetangga, seperti Thailand, Hong Kong, Singapura, saat ini memang sudah memperlihatkan data peningkatan kasus COVID-19. Terutama di subvarian terbaru Omicron,” kata Dicky.
“Nah, melihat pola ini, Indonesia tentu berpotensi mengalami peningkatan kasus serupa karena lalu lintas perjalanan internasional yang tinggi di ASEAN, kemudian keluar ASEAN dari Indonesia,” imbuhnya.
Dia menambahkan, usai pandemi mereda, Indonesia mulai ketergantungan pada pelaporan mandiri, sementara tes dan surveilans sudah melemah dibanding saat masa pandemi.
Di sisi lain, kepatuhan terhadap protokol kesehatan telah menurun drastis terutama di ruang publik yang padat.
“Artinya, kita tidak boleh menganggap remeh tapi juga tidak usah dan tidak perlu panik. Meskipun angka resmi saat ini rendah tapi ya sebetulnya kalau kasus infeksi bisa banyak. Tapi kan mayoritas tidak bergejala, kalaupun bergejala, sangat ringan,” jelasnya.
Ini adalah pola yang juga terjadi di negara-negara lain termasuk di kawasan ASEAN.