Stroke Tak Pandang Usia, Bayi 27 Hari pun Bisa Kena

Liputan6.com, Jakarta - Kasus stroke pada bayi berusia 27 hari menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Neurolog dari RS Brawijaya dan RS Mayapada Kuningan, dr. Zicky Yombana Babeheer, SpN, AIFO-K, DAI FIDN, CPS. Dari pengalaman itu, Zicky ingin menegaskan satu hal penting bahwa stroke bukan hanya penyakit orang tua.

"Siapa pun yang memiliki otak, termasuk bayi yang baru lahir, juga dapat mengalaminya," ujarnya.

Menurut Zicky, stroke merupakan kondisi yang muncul tiba-tiba tanpa peringatan. "Stroke itu serangan mendadak," ujarnya. 

Dia menjelaskan bahwa tanda-tandanya bisa dikenali dari perubahan mendadak pada kemampuan seseorang. "Tadinya bisa ngomong, enggak bisa ngomong. Tadinya ingat, tapi tiba-tiba enggak bisa ingat, itu stroke," katanya.

Zicky, menegaskan, stroke tidak muncul secara bertahap seperti pikun pada orang tua. "Kalau orang tua yang pikun itu bertahap, bukan mendadak," ujarnya.

Setiap perubahan mendadak pada fungsi bicara, daya ingat, atau gerak tubuh, menurutnya, perlu segera dicurigai sebagai tanda stroke.

Sebagai contoh, Zicky menggambarkan situasi sederhana."Kita lagi ngobrol sama orang, ngomong enak-enak, tiba-tiba blank atau ngomong ngaco," ujarnya.

Zicky, menjelaskan, mendeteksi stroke pada bayi tidak mudah. "Bayi itu untuk ketahui dia stroke agak repot loh,” katanya. Bayi belum bisa berjalan atau bicara, sehingga tanda-tandanya tidak sejelas pada orang dewasa.

Dia mencontohkan salah satu tanda yang bisa diamati. "Biasanya kelihatan dari nangisnya, nangisnya dia miring," tambah Zicky.

Selain itu, budaya membedong bayi juga membuat gejala semakin sulit terlihat. "Bayi Indonesia kan sering dibedong, nah, itu kan jadi agak-agak tricky memang," ujarnya.

Terkait pencegahan, Zicky menjelaskan bahwa dokter anak umumnya tidak berfokus pada upaya khusus untuk mencegah stroke pada bayi, melainkan memastikan kondisi tubuh bayi tetap optimal.

"Kita enggak bicara bayi ini tidak cegah stroke gimana. Enggak ada dokter anak yang kepikiran bayi ini tidak stroke gimana," katanya.

Menurutnya, menjaga fungsi organ vital menjadi hal utama. "Cuma gimana secara ini, jantungnya cakep, darahnya enggak kental, udaranya enggak mampet, itu aja," ujarnya.

Bila salah satu dari tiga hal itu bermasalah, risiko stroke bisa meningkat. "Kalau ini ada masalah tiga, pasti stroke. Tidak tunggu kapan," ujarnya.

Zicky juga kerap menemui kesalahpahaman tentang stroke di masyarakat. Salah satu yang paling umum adalah anggapan stroke hanya dialami oleh orang tua.

Mitos lain yang sering beredar adalah obat darah tinggi bisa merusak ginjal. Zicky membantah hal itu. "Justru kalau orang tidak minum obat darah tinggi dan darah tingginya tidak terkontrol maka ginjalnya rusak," katanya.

Menurut Zicky, gagal ginjal justru disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan.

Lebih lanjut, Zicky menyoroti mitos tentang tekanan darah tinggi yang disebut-sebut menyebabkan sakit kepala. "Hipertensi ini silent killer, gak ada hubungan dengan sakit kepala," tambahnya.

Menurut Zicky, kondisi tubuh yang tidak nyaman memang bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, tapi bukan berarti tekanan darah tinggi adalah penyebab rasa sakit itu.

“Setiap rasa tidak nyaman di tubuh kita pasti tensinya naik. Mau sariawan pun tensinya bisa naik. Tapi bukan karena tensi naik jadi sakit kepala," ujarnya.

Zicky juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah percaya pada solusi instan atau obat herbal tanpa dasar medis yang jelas.

Foto Pilihan