Survei: 22 Persen Remaja Berupaya Berhenti Merokok tapi Sebagian Besar Gagal

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 22 persen remaja pernah mencoba berhenti merokok dan bertahan setidaknya satu bulan. Namun, sebagian besar (45 persen) gagal dan kembali merokok dalam waktu kurang dari sebulan.

Data ini merupakan hasil survei Jalin Foundation pada 2024 terhadap 2.771 remaja laki-laki di Jakarta.

Survei juga menunjukkan, usia rata-rata remaja mulai merokok adalah 13 tahun. Sebanyak 12 persen remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24 persen menggunakan rokok elektronik.

“Faktor terbesar yang membuat mereka kembali merokok adalah pengaruh pertemanan (32 persen),” kata Direktur Eksekutif Jalin Foundation, Dian Rosdiana, di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Sementara, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang.

Dari jumlah tersebut, 7,4 persen merupakan anak dan remaja berusia 10 hingga 18 tahun. Ini adalah tanda peringatan pentingnya pengendalian tembakau sejak usia dini.

Menyikapi situasi ini, Jalin Foundation meluncurkan kampanye Resilient, Awesome, Wise (RAW), sebuah gerakan pemasaran sosial yang dirancang untuk mendorong perubahan perilaku di kalangan remaja laki-laki.

Kampanye ini berfokus pada upaya pencegahan inisiasi merokok serta mendukung mereka yang ingin berhenti merokok melalui pendekatan yang kreatif, partisipatif, dan berbasis aspirasi remaja.

Pemerintah diminta mempertimbangkan secara matang terkait wacana kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu ‎per bungkus. Sebab, kenaikan harga ini bukan hanya mengancam industri rokok, tetapi juga para pekerjanya serta petani tembakau.

Bantu Remaja yang Ingin Berhenti agar Tak Kembali Merokok

Dian menekankan pentingnya melibatkan remaja secara aktif dalam merancang strategi kampanye RAW.

“Strategi pengendalian tembakau yang efektif harus melibatkan suara mereka (remaja). RAW hadir bukan hanya untuk menyampaikan pesan, tetapi juga untuk memberikan ruang bagi remaja laki-laki berekspresi dan merasa didengar,” ujarnya dalam sesi talkshow peluncuran kampanye RAW.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyatakan bahwa fokus kampanye pengendalian tembakau memang seharusnya diarahkan pada kelompok remaja laki-laki.

“Kelompok ini sangat penting dalam konteks bonus demografi. Kita harus menciptakan lingkungan dan sistem yang membuat mereka tidak tertarik untuk mencoba rokok sejak awal, dan membantu mereka yang sudah merokok untuk tidak berlanjut menjadi perokok dewasa,” tegasnya.

Upaya Pemerintah Turunkan Prevalensi Perokok

Nadia menambahkan, beberapa upaya pemerintah dalam menurunkan angka prevalensi merokok pada remaja laki-laki adalah: 

  • menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok di sekolah dan fasilitas publik;
  • pembatasan usia dalam pembelian rokok; dan
  • pelarangan iklan rokok di media sosial.

RAW hadir sebagai wadah aman dan positif untuk remaja laki-laki membangun kepercayaan diri melalui berbagai kegiatan kreatif, seperti interaksi di media sosial, nongkrong sehat, dan aktivitas fisik bersama.

Dukungan dari orangtua dan guru juga dilibatkan agar tercipta ekosistem yang mendorong gaya hidup sehat dan bebas rokok.

Dian berharap kampanye ini bisa mengurangi tekanan sosial, memperkuat ketahanan psikologis remaja, serta meningkatkan akses terhadap layanan dukungan berhenti merokok.

“RAW bukan sekadar kampanye. Ini adalah gerakan bersama untuk melindungi generasi muda kita,” tutupnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |