Tulang Rapuh Bukan Ujug-Ujug Terjadi, Kenali Gejala Osteoporosis Sejak Dini

11 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Osteoporosis sering disebut sebagai silent disease atau penyakit senyap. Penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang nyata hingga akhirnya terjadi patah tulang. Menurut dr. Aldico Sapardan, Sp.OT., CF, kondisi ini bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba.

“Jadi kan osteoporosis itu silent disease ya. Jadi bukan ujug-ujug, tiba-tiba langsung osteoporosis gitu. Tapi ini sebetulnya sesuatu yang bisa kita persiapkan dari muda,” ujarnya.

Osteoporosis jarang menimbulkan keluhan di awal. Penderitanya sering kali tidak merasakan sakit atau ketidaknyamanan. Namun, ketika mengalami jatuh ringan, tulang bisa langsung patah.

 “Kenapa disebut silent disease, karena hampir gak ada keluhan jadi orang tuh gak ada keluhan, gak ada rasa gak enak, tiba-tiba begitu dia jatuh tulangnya patah, itu yang selalu terjadi,” jelas Aldico.

Osteoporosis disebut sebagai “penyakit senyap” karena sering kali baru diketahui setelah penderita mengalami fraktur atau patah tulang. Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, pada Jumat, 24 Oktober 2025, fraktur sendiri merupakan kondisi di mana struktur tulang mengalami pemutusan secara sebagian atau keseluruhan.

Promosi 1

Risiko yang Mengintai

Tidak hanya satu atau dua faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami osteoporosis. Aldico menjelaskan, ada banyak kelompok yang berisiko terkena penyakit ini.

“Siapa-siapa aja yang berisiko terkenal osteoporosis? Ini banyak banget,” ujarnya.

Beberapa faktor risiko yang disebutkan antara lain gangguan hormon, berat badan rendah, wanita menopause, kekurangan asupan kalsium, rendahnya aktivitas fisik, usia lanjut, faktor genetik, serta penyakit seperti gangguan hati dan ginjal kronis. Selain itu, gaya hidup seperti merokok, mengonsumsi kopi, dan alkohol juga dapat memperburuk risiko terjadinya pengeroposan tulang.

Faktor-faktor ini bisa muncul bersamaan dan mempercepat proses penurunan kepadatan tulang. Oleh karena itu, menjaga kesehatan tulang sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan ketika masih di usia muda.

Menjaga Tulang Sejak Muda

Bagi Aldico, pentingnya menjaga kesehatan tulang tidak bisa ditunda. Ia menekankan, rutinitas sehat harus dimulai sejak muda, bukan saat usia sudah beranjak lanjut.

 “Jadi jangan dulu waktu usia 20, 30, 40 mungkin malu olahraga. Kok temen-temen gue pada main padel, temen-temen gue pada lari, gue mulai olahraga ah sekarang. Ya mungkin gak ada kata terlambat, tapi menurut saya itu udah cukup terlambat. Jadi ada baiknya, ini sesuatu yang harusnya bisa kita tabu. Rutin berolahraga dari muda,” katanya

Kegiatan fisik yang teratur membantu memperkuat tulang dan menjaga kepadatan mineral di dalamnya. Selain olahraga, asupan kalsium yang cukup juga berperan besar. Meski banyak orang mengandalkan susu, sumber kalsium bisa ditemukan pada makanan lain seperti ikan berlemak atau sayuran hijau.

Dengan demikian, gaya hidup aktif dan pola makan bergizi seimbang menjadi kunci utama untuk mencegah pengeroposan tulang di masa mendatang.

Dampak Osteoporosis

Osteoporosis tidak hanya berdampak pada kesehatan tulang, tetapi juga memengaruhi aspek kehidupan lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan, dampak penyakit ini dapat dilihat dari berbagai sisi seperti fisik, psikis, ekonomi, hingga sosial.

Dari segi fisik, bentuk atau postur tubuh penderita bisa berubah, misalnya menjadi lebih pendek atau bungkuk. Nyeri tulang, patah tulang, hingga cacat fisik juga menjadi akibat yang sering muncul.

Secara psikis, keterbatasan gerak dapat menimbulkan stres dan perasaan frustrasi karena keinginan untuk beraktivitas menjadi terhambat. Dari sisi ekonomi, penderita harus mengonsumsi obat-obatan secara rutin, sementara harga obat cenderung mahal.

Sedangkan dari sisi sosial, keterbatasan mobilitas sering membuat penderita bergantung pada bantuan orang lain. Kondisi ini dapat membatasi kesempatan untuk bersosialisasi dengan tetangga atau teman, sehingga mengurangi interaksi.

Dampak ini menunjukkan, osteoporosis bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah kualitas hidup secara keseluruhan. Bahkan, sebanyak 40% penyintas patah tulang akibat osteoporosis tidak lagi mampu berjalan sendiri, dan 60% masih membutuhkan bantuan setahun setelah mengalami patah tulang panggul.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |