Waspadai RSV, Virus yang Bisa Sebabkan Sesak Napas pada Anak di Bawah 2 Tahun

19 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang mengira bahwa batuk pilek biasa atau adalah hal yang sama, padahal bisa jadi penyebabnya adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). 

Common cold itu salah satu penyebabnya justru RSV. Batuk pilek biasa itu salah satu penyebabnya RSV. Kita dewasa juga bisa aja, kalau kita di-swab tiba-tiba RSV-nya positif, bisa aja,” ujar dokter spesialis anak lan Suryadi Suteja dari Tzu Chi Hospital Jakarta secara daring pada Jumat, 31 Oktober 2025. 

Pada orang dewasa atau remaja, RSV biasanya tidak menimbulkan masalah yang serius.

“Kalau pada orang tua atau remaja itu RSV nggak perlu ditakutin lah,” ungkap Ian. 

Namun, Ian menegaskan, kelompok yang perlu lebih waspada adalah bayi di bawah usia dua tahun.

“Yang menjadi khawatir itu tadi kelompok-kelompok yang berisiko besar, yang terutama bayi-bayi di bawah 2 tahun,” katanya.

Bayi di bawah usia dua tahun yang terinfeksi RSV dapat menyebabkan bronkiolitis atau infeksi pada saluran napas bawah yang dapat membuat anak sesak napas.

“Kalau dia kena RSV-nya di bawah 2 tahun, dia bisa kena bronkiolitis tadi, jadi batuk pilek biasa sama RSV nggak bisa dibedain dengan mata telanjang, nggak bisa dibedain dengan gejala biasa. Tapi kalau dia kena di bawah 2 tahun bisa mengalami sesak napas, bisa mengalami yang bronkiolitis, paru-parunya bunyi, mengi, bunyi ‘ngik-ngik’,” jelas Ian.

Tanda Bahaya pada Anak Kecil

Menurut Ian, dokter anak biasanya akan mencurigai infeksi RSV bila anak di bawah dua tahun datang dengan keluhan batuk, demam, dan sesak napas.

“Kalau kita di dokter anak itu pokoknya semua anak di bawah usia dua tahun yang datang dengan keluhannya itu batuk, demam, sesak napas, lalu kalau didengarkan pakai stetoskop bunyinya mengi, ‘ngik-ngik’ gitu ya, itu hampir pasti penyebabnya RSV,” ujarnya.

Ian menambahkan, bila kondisi sudah parah, orangtua bahkan dapat mendengar sendiri bunyi napas anak yang “ngik-ngik” seperti penderita asma. 

“Semua bayi di bawah dua tahun batuk, sesak, demam, sama mengi, itu hampir penyebabnya RSV, hampir pasti penyebabnya infeksi bronkiolitis tadi,” tambahnya.

Tidak Semua Infeksi RSV Jadi Berat

Meski begitu, Ian juga menekankan, tidak semua infeksi RSV selalu berat. 

“Kalau misalnya nggak punya batuk, sesak, demam, mengi, apakah pasti bukan RSV? Jawabannya enggak juga, ya. Karena RSV tadi bisa aja gejalanya ringan-ringan doang, jadi anaknya tuh atau bayinya tuh batuk pilek biasa doang atau demamnya ringan-ringan doang,” katanya.

RSV Berbeda dengan Influenza

RSV sering disalahartikan sebagai influenza atau flu karena memiliki gejala serupa. Namun, menurut Ian, ada perbedaan dalam cara mendeteksi kedua penyakit ini. 

“Kalau influenza itu lebih mudah terdeteksi, karena pemeriksaannya antigennya murah, cuma 200 ribu atau 300 ribu udah ketahuan, 15 menit juga udah ketahuan,” jelasnya.

Sedangkan untuk RSV, pemeriksaan umumnya menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang biayanya jauh lebih mahal, bisa mencapai 1–3 juta rupiah. Oleh karena itu, banyak kasus RSV yang tidak terdeteksi karena gejalanya dianggap flu biasa.

Menurut World Health Organization (WHO), gejala pertama RSV biasanya muncul antara hari ke-4 hingga ke-7 setelah terpapar virus. Gejalanya dapat berupa hidung berair, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, dan demam. Sekilas, gejala tersebut memang mirip dengan flu, sehingga sering kali sulit dibedakan tanpa pemeriksaan medis.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |