17 Gejala Anemia Defisiensi Besi, Termasuk Pucat dan Kuku Lentik

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Ada beragam gejala yang bisa merujuk pada anemia defisiensi besi (ADB). Jenis anemia akibat tubuh kekurangan zat besi ini dapat ditandai dengan: 

  1. Anak dengan anemia defisiensi besi cenderung iritabel atau rewel tanpa sebab.
  2. Lesu, lemas, cepat lelah.
  3. Berdebar-debar.
  4. Sakit kepala.
  5. Tidak lincah bermain.
  6. Glossitis atau peradangan lidah.
  7. Spoon nail atau kuku jadi lentik.
  8. Organomegali atau pembesaran organ.
  9. Bising sistolik (suara jantung tak normal).
  10. Kehilangan selera makan.
  11. Sesak napas.
  12. Gangguan perilaku.
  13. Infeksi berulang.
  14. Pertumbuhan terhambat.
  15. Sulit untuk fokus.
  16. Penurunan sistem kekebalan tubuh.
  17. Pucat.

“Gejala pucat adalah salah satu gejala yang membuat orangtua membawa anaknya ke dokter. Menurut mereka ini sesuatu yang sangat urgent. Pucatnya bisa muncul perlahan, bisa juga muncul secara akut,” kata dokter spesialis anak subspesialis hematologi onkologi, Profesor Harapan Parlindungan Ringoringo dalam webinar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (17/6/2025).

Gejala pucat akibat anemia defisiensi besi biasanya sangat terlihat di kelopak mata bawah bagian dalam yang menjadi putih. Titik lain yang dapat terlihat jelas ketika pucat adalah telapak tangan, telapak kaki, dan bibir.

“Gejala khas lainnya bisa dilihat di lidah, lidah biasanya bergerindil, tidak mulus, kalau dia mulus (glossitis) artinya ada suatu kondisi anemia defisiensi besi. Demikian juga kuku, kukunya lentik. Bulu mata boleh lentik, tapi kuku tidak boleh lentik (spoon nail),” jelas dokter yang akrab disapa Parlin.

Penggemar Diego Maradona berkumpul di luar rumah sakit tempat sang mantan bintang sepak bolah dirawat karena akan menjalani operasi di otaknya. Maradona menderita anemia, ada penumpukan darah di antara selaput dan otaknya.

Apa Dampak Anemia Defisiensi Besi?

Parlin menambahkan, jika anemia defisiensi besi pada anak tidak ditangani dengan baik, maka ada berbagai dampak yang dapat terjadi, seperti:

  • Gangguan perkembangan motorik.
  • Penurunan kemampuan kognitif.
  • Gangguan perilaku.
  • Gangguan pendengaran.
  • Gangguan penglihatan.
  • Gangguan mielinisasi atau lapisan pelindung (selubung) di sistem saraf pusat.

“Dan gangguan ini sifatnya irreversibel (tidak dapat dikembalikan seperti semula),” ucap Parlin.

Akibatnya, kemampuan atau prestasi belajar anak akan menurun sehingga produktivitasnya pun turun. Akhirnya, sambung Parlin, ini dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM).

Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Parlin memaparkan, ada beberapa penyebab anemia defisiensi besi baik pada anak maupun pada orang dewasa, yakni:

  • Persediaan besi yang kurang akibat berat badan lahir rendah (BBLR).
  • Bayi lahir kembar.
  • Ibu alami anemia saat hamil.
  • Masukan besi yang kurang dari makanan tambahan.
  • Jenis makanan kurang mengandung zat besi (Fe-Heme).
  • Adanya kebutuhan besi yang meningkat akibat pertumbuhan yang cepat.
  • Infeksi akut berulang atau infeksi kronik.
  • Sindrom malabsorbsi atau kelainan dalam penyerapan zat besi.
  • Malnutrisi.
  • Kehilangan zat besi berlebih misalnya karena perdarahan gastrointestinal kronis.
  • Menstruasi berlebihan.
  • Kombinasi dari penyebab-penyebab di atas.

Mencegah Anemia Defisiensi Besi

Pengcehajan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti suplementasi zat besi berupa besi elemental dengan dosis 1 mg per kilogram berat badan (kgbb) per hari. Diberikan kepada semua bayi yang lahir normal (aterm) sejak lahir.

“Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun,” papar Parlin.

Langkah lain yang dapat diikuti adalah:

  • Bayi sejak lahir diberikan air susu ibu (ASI) selama mungkin.
  • Berikan pendamping ASI yang telah diperkaya dengan Fe (zat besi).
  • Fortifikasi Fe dalam makanan padat.
  • Hindari peningkatan berat badan berlebihan.
  • Berikan makanan yang meningkatkan absorpsi (penyerapan) Fe seperti buah-buahan, ikan, dan hati.
  • Gencarkan penyuluhan soal makanan yang banyak kandungan Fe.
  • Tunda penjepitan tali pusat 1-3 menit.
  • Peningkatan layanan antenatal.
  • Suplementasi Fe 60 mg Fe elemental /minggu hingga 16 minggu, trimester ke-3.
  • Pengentasan kemiskinan.
  • Suplementasi besi 1 mg/kgbb/hari 0 – 24 bulan.
  • Pencegahan sekunder melibatkan skrining, diagnosis, dan pengobatan ADB.
  • Skrining laboratorium universal untuk ADB pada usia sekitar 1 tahun untuk anak yang sehat.
Read Entire Article
Helath | Pilkada |