8 Kandungan Kosmetik yang Bahaya Buat Kulit, Awas Jangan Sembarang Pakai

1 month ago 75

Liputan6.com, Jakarta Industri kosmetik terus berkembang pesat, menawarkan berbagai produk yang menjanjikan kecantikan dan perawatan kulit. Namun, di balik janji-janji tersebut, tersimpan potensi bahaya dari beberapa kandungan kimia yang seringkali luput dari perhatian konsumen. 

Banyak produk kecantikan yang beredar di pasaran mengandung zat-zat tertentu yang, jika digunakan secara terus-menerus atau dalam konsentrasi tinggi, dapat menimbulkan efek negatif pada kulit dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Penting bagi setiap individu untuk menjadi konsumen yang cerdas dan teliti dalam memilih produk kosmetik. Memahami daftar bahan yang terkandung dalam produk adalah langkah awal yang krusial untuk melindungi diri dari risiko yang tidak diinginkan. 

Beberapa bahan kimia tertentu telah diidentifikasi oleh para ahli dermatologi dan badan kesehatan sebagai pemicu masalah kulit serius, alergi, iritasi, hingga gangguan hormonal.

Artikel ini akan mengulas 8 kandungan kosmetik yang patut diwaspadai karena potensi bahayanya bagi kulit dan kesehatan. Dengan informasi ini, diharapkan Anda dapat membuat pilihan yang lebih bijak dan aman dalam rutinitas perawatan kecantikan Anda, memastikan kulit tetap sehat dan terhindar dari efek samping yang merugikan.

Paraben: Pengawet Kontroversial dalam Kosmetik

Paraben adalah kelompok bahan kimia yang umum digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk kosmetik, obat-obatan, dan makanan. Fungsinya adalah mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, sehingga memperpanjang masa simpan produk. Jenis paraben yang sering ditemukan antara lain methylparaben, propylparaben, butylparaben, dan ethylparaben.

Mengutip dari Verywell Health, Kamis (31/7) meskipun efektif sebagai pengawet, paraben telah menjadi subjek kekhawatiran karena kemampuannya meniru hormon estrogen dalam tubuh. Paparan jangka panjang terhadap paraben dikaitkan dengan potensi gangguan hormonal, yang dapat memengaruhi sistem endokrin. 

Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya jejak paraben dalam jaringan tumor payudara, meskipun belum ada bukti definitif yang menghubungkan paraben secara langsung sebagai penyebab kanker.

Badan regulasi seperti FDA dan Uni Eropa telah menetapkan batas aman penggunaan paraben, namun banyak konsumen memilih produk bebas paraben untuk mengurangi potensi risiko. Reaksi alergi seperti dermatitis kontak juga dapat terjadi pada individu yang sensitif terhadap bahan ini, ditandai dengan kemerahan, gatal, atau iritasi pada kulit.

Phthalate: Bahan Kimia Tersembunyi dalam Pewangi

Phthalate adalah kelompok bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik lebih fleksibel dan sebagai pelarut dalam berbagai produk, termasuk kosmetik. Dalam produk kecantikan, phthalate sering ditemukan dalam parfum, cat kuku, hairspray, dan lotion, berfungsi sebagai fiksatif untuk menjaga aroma tetap bertahan lebih lama atau sebagai pelarut.

Kekhawatiran utama mengenai phthalate adalah kemampuannya sebagai pengganggu endokrin, yang dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh. Dalam sebuah tulisan yang diunggah laman Science Direct, paparan phthalate akan berdampak buruk pada sistem reproduksi, seperti penurunan jumlah sperma pada pria dan masalah perkembangan pada anak-anak. Beberapa studi juga mengindikasikan potensi hubungan dengan asma dan alergi.

Meskipun beberapa jenis phthalate telah dilarang dalam mainan anak-anak, penggunaannya dalam kosmetik masih diizinkan di banyak negara. Para ahli kesehatan menyarankan untuk membatasi paparan, terutama pada ibu hamil dan anak-anak. 

Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan memilih produk yang secara eksplisit menyatakan 'phthalate-free' atau 'fragrance-free', karena phthalate seringkali tersembunyi di balik label 'fragrance' atau 'parfum'.

Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Sodium Laureth Sulfate (SLES): Agen Pembusa yang Agresif

SLS dan SLES adalah deterjen kuat yang umum ditemukan dalam sampo, sabun mandi, pasta gigi, dan pembersih wajah. Keduanya berfungsi sebagai agen pembusa yang menciptakan busa melimpah, memberikan sensasi bersih yang disukai banyak orang. SLS dikenal lebih kuat dan berpotensi lebih iritatif dibandingkan SLES, yang telah melalui proses etoksilasi untuk mengurangi sifat iritasinya.

Sebuah publikasi dari Fakultas Kedokteran University of Queensland pada tahun 2019 pernah mengungkap bahaya dari LS dan SLES. Meskipun efektif dalam membersihkan, SLS dan SLES dapat menghilangkan minyak alami kulit secara berlebihan, menyebabkan kulit menjadi kering, iritasi, dan rentan terhadap kerusakan. 

Bagi individu dengan kulit sensitif atau kondisi seperti eksim dan rosacea, penggunaan produk mengandung SLS/SLES dapat memperparah gejala dan memicu peradangan. Efek samping yang sering dilaporkan meliputi kemerahan, gatal, dan rasa perih.

Beberapa penelitian juga mengindikasikan bahwa SLES, melalui proses etoksilasi, dapat terkontaminasi dengan 1,4-dioxane, zat karsinogenik yang dikenal. Meskipun jumlah kontaminasi biasanya sangat kecil, kekhawatiran tetap ada. Untuk meminimalkan risiko, disarankan memilih produk dengan label 'sulfate-free' atau yang menggunakan agen pembersih yang lebih lembut, terutama bagi mereka yang memiliki kulit kering atau sensitif.

Formaldehyde Releasers: Sumber Formalin Tersembunyi

Formaldehyde releasers adalah bahan pengawet yang secara perlahan melepaskan formaldehida, zat kimia yang dikenal sebagai karsinogen. Bahan-bahan ini digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk sampo, kondisioner, losion, dan cat kuku, untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan produk. Contoh umum formaldehyde releasers meliputi DMDM hydantoin, imidazolidinyl urea, diazolidinyl urea, dan quaternium-15.

Organisasi Peduli Kecantikan Internasional Safe Cosmetics pernah mengulas bahaya utama dari formaldehyde releasers yakni potensi iritasi kulit dan reaksi alergi. Formaldehida sendiri adalah alergen kuat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak, ditandai dengan kemerahan, gatal, dan bengkak pada area yang terpapar. 

Bagi individu yang sensitif, reaksi ini bisa sangat parah dan persisten. Selain itu, formaldehida juga diklasifikasikan sebagai karsinogen oleh beberapa badan kesehatan internasional, meskipun paparan dari kosmetik umumnya dalam dosis rendah.

Meskipun demikian, paparan kumulatif dari berbagai sumber dapat meningkatkan risiko. Para ahli menyarankan untuk membatasi paparan terhadap bahan ini, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat alergi kulit. Membaca daftar bahan dengan teliti dan mencari produk yang berlabel 'formaldehyde-free' atau 'no formaldehyde releasers' adalah langkah penting untuk menghindari potensi bahaya.

Fragrance (Parfum): Campuran Kimia Pemicu Alergi

Istilah 'fragrance' atau 'parfum' pada label produk kosmetik seringkali merujuk pada campuran kompleks dari puluhan hingga ratusan bahan kimia yang berbeda. Produsen tidak diwajibkan untuk mengungkapkan semua komponen dalam campuran ini karena dianggap sebagai rahasia dagang. Campuran ini digunakan untuk memberikan aroma pada produk, mulai dari sabun, sampo, losion, hingga riasan wajah.

Dikutip dari Komite Ilmiah Kesehatan dan Konsumen milik European Commision, masalah utama dengan 'fragrance' adalah sifatnya yang sangat alergenik. Banyak individu mengalami reaksi alergi terhadap komponen-komponen tertentu dalam campuran pewangi, yang dapat bermanifestasi sebagai dermatitis kontak, ruam, gatal-gatal, atau bahkan masalah pernapasan seperti asma. Gejala ini bisa muncul segera setelah paparan atau setelah penggunaan berulang.

Selain reaksi alergi, beberapa bahan kimia dalam 'fragrance' juga dikaitkan dengan potensi gangguan hormonal atau efek toksik lainnya. Karena sifatnya yang tidak transparan, sulit bagi konsumen untuk mengetahui bahan spesifik apa yang memicu reaksi. 

Oleh karena itu, bagi individu dengan kulit sensitif atau riwayat alergi, disarankan untuk memilih produk yang berlabel 'fragrance-free' atau 'unscented' untuk mengurangi risiko paparan alergen potensial.

Hydroquinone: Pencerah Kulit dengan Risiko Tinggi

Hydroquinone adalah agen pencerah kulit yang sangat efektif, sering digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi seperti flek hitam, melasma, dan bekas jerawat. Bahan ini bekerja dengan menghambat produksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit. Di beberapa negara, penggunaan hydroquinone dalam kosmetik tanpa resep dokter telah dibatasi atau dilarang karena potensi efek sampingnya.

Dikutip dari Jurnal PubMed, penggunaan hydroquinone yang tidak tepat atau dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek samping serius. Salah satu efek yang paling mengkhawatirkan adalah ochronosis, kondisi di mana kulit mengalami perubahan warna menjadi kebiruan atau kehitaman secara permanen, terutama pada penggunaan jangka panjang. Selain itu, hydroquinone juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang parah, kemerahan, rasa terbakar, dan pengelupasan.

Beberapa studi pada hewan juga mengindikasikan potensi karsinogenik pada dosis tinggi, meskipun belum ada bukti kuat pada manusia. Oleh karena itu, para ahli dermatologi menyarankan penggunaan hydroquinone hanya di bawah pengawasan medis dan dalam jangka waktu terbatas. Alternatif yang lebih aman untuk pencerahan kulit meliputi vitamin C, niacinamide, atau alpha arbutin.

Merkuri (Mercury): Logam Berat Beracun dalam Kosmetik

Merkuri adalah logam berat yang sangat beracun dan tidak seharusnya ada dalam produk kosmetik. Namun, sayangnya, merkuri masih ditemukan dalam beberapa produk pencerah kulit ilegal, terutama yang tidak terdaftar di badan pengawas obat dan makanan. Merkuri ditambahkan karena kemampuannya yang cepat dalam menghambat produksi melanin, memberikan efek pencerahan instan.

Paparan merkuri, bahkan dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan kerusakan serius pada kulit dan organ tubuh. Pada kulit, merkuri dapat menyebabkan iritasi, ruam, perubahan warna kulit menjadi keabu-abuan, dan bahkan kerusakan saraf pada area yang terpapar. 

Efek sistemik merkuri jauh lebih berbahaya, meliputi kerusakan ginjal, gangguan saraf (tremor, hilang ingatan, iritabilitas), dan masalah perkembangan pada janin jika digunakan oleh ibu hamil.

Badan kesehatan di seluruh dunia telah melarang penggunaan merkuri dalam kosmetik. Penting bagi konsumen untuk sangat berhati-hati terhadap produk pencerah kulit yang menawarkan hasil instan dan tidak memiliki izin edar resmi. Selalu periksa label produk dan pastikan tidak ada kandungan merkuri atau turunannya seperti 'calomel' atau 'mercurous chloride'.

Timbal (Lead): Kontaminan Berbahaya dalam Lipstik dan Pewarna

Timbal adalah logam berat beracun yang dapat ditemukan sebagai kontaminan dalam beberapa produk kosmetik, terutama lipstik dan pewarna rambut. Timbal tidak ditambahkan secara sengaja, melainkan sebagai pengotor yang tidak dapat dihindari dari pigmen warna atau bahan baku lainnya. Meskipun jumlahnya sangat kecil, paparan timbal kumulatif dari berbagai sumber dapat menimbulkan risiko kesehatan.

Bahaya utama timbal adalah sifat neurotoksiknya, yang dapat memengaruhi sistem saraf, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Paparan timbal dikaitkan dengan masalah perkembangan kognitif, gangguan perilaku, dan masalah ginjal. Pada lipstik, timbal dapat tertelan secara tidak sengaja saat makan atau minum, sehingga meningkatkan potensi paparan internal.

Meskipun FDA telah menetapkan batas aman untuk timbal dalam kosmetik, banyak organisasi kesehatan menyarankan untuk meminimalkan paparan timbal sebisa mungkin. Konsumen disarankan untuk memilih produk dari merek terkemuka yang telah teruji keamanannya dan memiliki reputasi baik. Memeriksa daftar bahan dan mencari sertifikasi keamanan dapat membantu mengurangi risiko paparan timbal yang tidak diinginkan.

People Also Ask

1. Mengapa penting untuk memeriksa kandungan kosmetik sebelum membeli?

Jawaban: Penting untuk memeriksa kandungan kosmetik guna menghindari bahan-bahan berbahaya yang dapat menyebabkan iritasi, alergi, gangguan hormonal, atau bahkan masalah kesehatan serius lainnya pada kulit dan tubuh.

2. Bagaimana cara mengetahui produk kosmetik bebas dari kandungan berbahaya?

Jawaban:Anda dapat mencari label 'free-from' seperti 'paraben-free', 'phthalate-free', atau 'sulfate-free' pada kemasan produk. Selain itu, periksa daftar bahan secara teliti dan pilih merek terkemuka yang transparan mengenai formulasi produknya.

3. Apa saja efek samping umum dari penggunaan kosmetik dengan bahan berbahaya?

Jawaban: Efek samping umum meliputi iritasi kulit, kemerahan, gatal, kekeringan, reaksi alergi seperti dermatitis kontak, serta potensi gangguan hormonal dan masalah kesehatan organ jika digunakan dalam jangka panjang.

4. Apakah semua 'fragrance' atau 'parfum' dalam kosmetik berbahaya?

Jawaban: Tidak semua, namun 'fragrance' atau 'parfum' seringkali merupakan campuran bahan kimia yang tidak diungkapkan secara spesifik, dan beberapa komponennya dapat menjadi pemicu alergi atau iritasi bagi individu sensitif. Disarankan memilih produk 'fragrance-free' jika Anda memiliki kulit sensitif.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |