Liputan6.com, Jakarta Dehidrasi bisa terjadi saat tubuh anak kehilangan lebih banyak cairan dibandingkan yang masuk. Oleh karena itu, penting bagi orang tua mengenali tanda dehidrasi pada anak agar bisa segera melakukan tindakan pencegahan.
Beberapa tanda dehidrasi pada anak yang umum meliputi mulut kering, mata cekung, kurang buang air kecil, serta anak terlihat lemas atau mudah rewel. Gejala ini bisa muncul saat anak demam, diare, atau kurang minum.
Dengan memahami tanda dehidrasi pada anak, orang tua bisa lebih sigap memberikan asupan cairan seperti air putih, oralit, atau makanan yang kaya air untuk menjaga kondisi tubuh si kecil tetap stabil.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang penjelasan lengkap tanda dehidrasi pada anak, Jumat (1/8/2025).
Tanda-tanda Dehidrasi Ringan pada Anak
Menurut James, Nelson, & Ashwill (2018) sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan di Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 1, Nomor 2 Desember Tahun 2023, dehidrasi adalah kehilangan cairan dalam tubuh yang dapat mengakibatkan kekurangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan pada anak dapat disebabkan oleh diare, muntah dan demam serta perdarahan.
Mengutip buku berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2000) oleh Behrman Klirgman Arvin, dehidrasi ringan mungkin hanya tampak sebagai haus dan kadang-kadang perubahan perilaku. Pada dehidrasi sedang atau berat, fontanella anterior cekung, menunjukkan penurunan volume cairan serebrospinal, membran mukosa kering akibat kehilangan cairan transeluler, kulit tampak berkerut akibat penurunan cairan interstitial dan mata cowong akibat penurunan volume humor vitreous.
Berikut ini tanda dehidrasi ringan pada anak:
1. Mulut dan Bibir Terlihat Kering
Salah satu gejala awal yang paling umum adalah mulut kering dan bibir pecah-pecah. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya produksi air liur karena tubuh kekurangan cairan. Saat tubuh mulai kehilangan lebih banyak air daripada yang masuk, salah satu area pertama yang terpengaruh adalah rongga mulut.
Anak yang mengalami dehidrasi ringan biasanya tampak tidak nyaman, sering menjilat bibir, atau mengeluh mulut terasa lengket. Jika dibiarkan, kekeringan ini bisa menyebabkan luka di sudut bibir dan membuat anak rewel saat makan atau berbicara.
2. Warna dan Frekuensi Urine Berubah
Urine adalah indikator penting untuk menilai status hidrasi anak. Pada kondisi normal, urine berwarna kuning muda hingga jernih. Namun, saat anak mengalami dehidrasi ringan, warna urine akan menjadi lebih pekat, seperti kuning tua atau bahkan mendekati cokelat. Ini menandakan tubuh berusaha menahan cairan sebanyak mungkin.
Selain warna, frekuensi buang air kecil juga menurun. Anak yang sebelumnya sering buang air kecil bisa tiba-tiba jarang melakukannya. Pada bayi, popok yang tetap kering selama lebih dari 6–8 jam merupakan tanda bahaya dan perlu diperhatikan dengan serius.
3. Perilaku Anak Berubah
Dehidrasi juga dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku anak secara keseluruhan. Anak mungkin menunjukkan rasa haus yang berlebihan, terus-menerus meminta minum, atau sebaliknya, justru enggan minum meskipun ditawari. Anak yang biasanya aktif dan ceria bisa mendadak menjadi lebih tenang, lemas, atau tampak tidak tertarik dengan aktivitas favoritnya.
Beberapa anak juga mengeluh pusing ringan atau sakit kepala karena volume darah yang sedikit menurun akibat kurangnya cairan. Kondisi ini dapat membuat mereka merasa tidak nyaman, cepat lelah, dan kurang responsif terhadap lingkungan sekitarnya.
Tanda-tanda Dehidrasi Sedang hingga Berat pada Anak
Menurut Koyfman A (2018) sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan di Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 22(5), 2023, dehidrasi dapat dicegah dengan pemberian cairan yang cukup. Pada anak di bawah dua tahun dapat diberikan air susu ibu (ASI) dengan intensitas yang sering.
Selain memastikan anak minum air dengan cukup, juga dapat memberikan asupan makanan seperti buah dan sayur untuk menambah asupan cairan yang dibutuhkan.
Berikut ini tanda dehidrasi sedang hingga berat pada anak:
1. Mata Cekung dan Minimnya Air Mata
Salah satu gejala yang mudah dikenali saat dehidrasi memburuk adalah mata anak yang tampak cekung ke dalam. Ini merupakan pertanda bahwa tubuh telah kehilangan banyak cairan, termasuk cairan di jaringan sekitar mata. Saat anak menangis namun tidak mengeluarkan air mata atau hanya sedikit, ini menandakan bahwa cadangan air dalam tubuh sudah sangat menipis. Kondisi ini perlu segera diwaspadai karena bisa berkembang menjadi dehidrasi berat jika tidak ditangani.
2. Kulit Kering, Dingin, dan Kurang Elastis
Dehidrasi parah juga memengaruhi kondisi kulit anak. Kulit akan terasa kering dan kasar saat disentuh. Dalam kondisi ekstrem, kulit bahkan bisa tampak keriput dan kehilangan elastisitasnya. Salah satu tes sederhana adalah dengan mencubit perlahan kulit di punggung tangan atau perut—pada anak yang cukup cairan, kulit akan segera kembali seperti semula. Namun, jika kulit tetap terangkat atau kembali lambat, itu merupakan tanda dehidrasi berat. Tangan dan kaki yang terasa dingin juga menunjukkan adanya gangguan sirkulasi akibat volume darah yang menurun drastis.
3. Pernapasan Cepat dan Detak Jantung
Meningkat Kekurangan cairan memengaruhi sistem pernapasan dan sirkulasi darah. Anak yang mengalami dehidrasi sedang hingga berat biasanya bernapas lebih cepat dan dalam sebagai upaya tubuh untuk tetap mendapatkan cukup oksigen. Jantung pun bekerja lebih keras, sehingga detak jantung meningkat secara signifikan. Ini adalah bentuk kompensasi tubuh untuk menjaga suplai oksigen dan nutrisi ke organ-organ vital meski cairan tubuh berkurang drastis.
4. Perubahan Perilaku dan Tingkat Kesadaran
Pada tahap dehidrasi berat, perubahan perilaku anak menjadi sangat nyata dan mengkhawatirkan. Anak bisa menjadi sangat rewel, mudah marah, atau justru tampak sangat mengantuk dan tidak responsif. Dalam beberapa kasus, anak dapat mengalami kebingungan, kesulitan berkomunikasi, atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Ini menunjukkan bahwa fungsi otak mulai terganggu akibat suplai darah dan oksigen yang tidak mencukupi. Pada bayi, bagian ubun-ubun (fontanel) mungkin terlihat cekung, menandakan tekanan dalam kepala yang menurun.
5. Nadi Lemah dan Sulit Diraba
Nadi yang melemah atau bahkan sulit ditemukan merupakan tanda bahwa sirkulasi darah anak sedang mengalami gangguan serius. Ini terjadi karena jantung tidak dapat memompa darah secara optimal akibat volume cairan yang sangat rendah dalam tubuh. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis dan harus segera mendapat penanganan profesional. Bila dibiarkan, anak bisa mengalami syok dan kegagalan organ.
Penyebab Dehidrasi pada Anak
1. Diare dan Muntah Berulang
Infeksi saluran cerna, seperti gastroenteritis, sering menyebabkan diare dan muntah berulang pada anak. Kehilangan cairan dalam jumlah besar melalui feses dan muntah membuat tubuh tidak mampu menggantinya dengan cukup cepat, sehingga anak mudah mengalami dehidrasi, terutama bila ia juga menolak minum.
2. Demam Tinggi
Ketika anak demam, suhu tubuh meningkat dan menyebabkan penguapan cairan melalui kulit menjadi lebih cepat. Semakin tinggi demamnya, semakin besar risiko kehilangan cairan tubuh, apalagi jika anak juga berkeringat banyak dan tidak mau minum.
3. Kurang Asupan
Cairan Anak-anak sering kali tidak menyadari rasa haus atau terlalu sibuk bermain hingga lupa minum. Bila asupan cairan tidak mencukupi, terutama saat cuaca panas atau saat tubuh sedang tidak fit, risiko dehidrasi meningkat. Hal ini juga umum terjadi pada anak yang sedang sakit dan enggan makan atau minum.
4. Aktivitas Fisik Berlebihan
Bermain atau berolahraga terlalu lama di bawah terik matahari tanpa asupan cairan yang cukup bisa menyebabkan dehidrasi. Anak-anak lebih cepat kehilangan cairan dibandingkan orang dewasa karena proporsi air dalam tubuh mereka lebih tinggi dan sistem pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna.
5. Paparan Cuaca Panas
Saat cuaca sangat panas, tubuh anak mengeluarkan lebih banyak cairan lewat keringat untuk mendinginkan diri. Jika cairan yang keluar tidak segera digantikan, tubuh akan kekurangan cairan, dan dehidrasi pun dapat terjadi dalam waktu singkat.
6. Penyakit Kronis atau Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi seperti diabetes, gangguan ginjal, atau infeksi saluran kemih bisa menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak cairan. Dalam beberapa kasus, anak yang menjalani pengobatan tertentu juga dapat mengalami efek samping seperti muntah atau peningkatan buang air kecil, yang mempercepat kehilangan cairan.
Penanganan Anak Dehidrasi
1. Berikan Oralit (Larutan Rehidrasi Oral)
Untuk dehidrasi ringan hingga sedang, berikan larutan oralit yang mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan ini membantu menggantikan cairan dan garam yang hilang melalui diare, muntah, atau keringat. Dosis disesuaikan dengan berat badan dan anjuran dokter atau petunjuk kemasan. Oralit sebaiknya diberikan sedikit-sedikit namun sering, agar tidak memicu muntah.
2. Perbanyak Asupan Cairan
Jika anak masih bisa minum sendiri, berikan air putih, sup bening, atau jus buah encer. Hindari minuman manis, bersoda, atau tinggi kafein karena bisa memperburuk dehidrasi. Untuk bayi yang masih menyusu, teruskan pemberian ASI atau susu formula seperti biasa.
3. Pantau Tanda Vital dan Kondisi Umum Anak
Perhatikan apakah anak masih bisa buang air kecil, apakah warna urinenya normal, dan apakah kondisinya membaik setelah diberi cairan. Jika anak tetap lesu, tidak buang air kecil selama 6–8 jam, atau muncul tanda dehidrasi berat (seperti mata cekung, ubun-ubun cekung, kulit kering, dan denyut nadi lemah), segera bawa ke fasilitas kesehatan.
4. Hindari Makanan Padat Sementara Waktu (Jika Muntah Masih Berlanjut)
Untuk anak yang muntah terus-menerus, hindari dulu makanan padat sampai kondisinya membaik. Fokuskan pada pemberian cairan dalam jumlah kecil namun sering, dan pastikan anak tidak kehilangan lebih banyak cairan dari yang masuk.
5. Konsultasi ke Tenaga Medis
Jika anak menunjukkan tanda dehidrasi sedang hingga berat atau tidak membaik dengan penanganan awal, segera cari bantuan medis. Di fasilitas kesehatan, anak mungkin akan mendapatkan cairan infus dan pemantauan ketat. Penanganan profesional sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Sumber:
- Kajian berjudul Edukasi Tanda-Tanda Dehidrasi pada Anak dengan Diare dipublikasikan di Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 1, Nomor 2 Desember Tahun 2023
- Buku berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2000) oleh Behrman Klirgman Arvin
- Kajian berjudul Gambaran Pengetahuan Orang Tua tentang Dehidrasi dan Penanganannya pada Anak di Bawah Lima Tahun dipublikasikan di Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 22(5), 2023
Q & A Seputar Topik
Apa saja tanda awal dehidrasi ringan pada anak?
Tanda awal dehidrasi ringan meliputi mulut kering, bibir pecah-pecah, rasa haus berlebihan, dan urine yang berwarna lebih pekat dari biasanya. Frekuensi buang air kecil juga menurun, dan anak bisa terlihat kurang aktif.
Bagaimana mengetahui anak mengalami dehidrasi sedang hingga berat?
Tanda dehidrasi sedang hingga berat termasuk mata cekung, kulit kering dan tidak elastis saat dicubit, tidak keluar air mata saat menangis, napas cepat, detak jantung meningkat, serta perubahan perilaku seperti mudah mengantuk atau kebingungan.
Apakah warna urine bisa menjadi indikator dehidrasi pada anak?
Ya. Urine anak yang sehat biasanya berwarna kuning muda. Jika warnanya berubah menjadi kuning tua atau cokelat, dan jumlahnya berkurang, itu bisa menjadi tanda dehidrasi.
Apakah bayi yang ubun-ubunnya cekung menandakan dehidrasi?
Benar. Ubun-ubun yang tampak cekung adalah salah satu tanda dehidrasi berat pada bayi. Ini menandakan kehilangan cairan yang signifikan dan perlu segera mendapat penanganan medis.
Kapan harus membawa anak ke dokter jika mengalami tanda-tanda dehidrasi?
Jika anak tidak mau minum, tampak sangat lemas, tidak buang air kecil dalam waktu lama, memiliki kulit dan bibir sangat kering, atau mengalami ubun-ubun cekung dan kehilangan kesadaran, segera bawa ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.