Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang tua menganggap anak gemuk itu sehat. Namun, tidak semua anak gemuk bisa dikategorikan sehat.
Ada ciri yang membedakan anak gemuk yang sehat dengan anak gemuk yang harus diwaspadai obesitasnya.
Dokter Spesialis Anak sekaligus Konselor Pemberi Makan Bayi & Anak (PMBA), dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A menjelaskan, kalau anak terlihat gemuk tapi tinggi badannya proporsional dan perkembangannya baik, itu masih tergolong status gizi yang sehat.
"Sebaliknya, jika anak terlihat gemuk tapi posturnya pendek, itu menandakan kemungkinan overweight atau obesitas," kata dr. Ian kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan baru-baru ini.
Ciri Anak Gemuk yang Sehat
Menurut dr. Ian, penilaian status gizi anak tidak hanya berdasarkan berat badan semata.
Ada standar pengukuran yang digunakan dokter anak secara global, seperti kurva pertumbuhan WHO untuk anak di bawah lima tahun dan kurva CDC untuk anak di atas lima tahun.
4 Ciri Anak Gemuk Dikatakan Sehat
Pengukuran ini membantu menentukan apakah berat badan anak sesuai dengan tinggi badan dan usianya. Ciri anak gemuk yang sehat antara lain:
- Berat badan gemuk seimbang dengan tinggi badan yang proporsional
- Perkembangan fisik dan motorik sesuai usia
- Tidak mengalami masalah kesehatan terkait berat badan seperti sesak napas, nyeri sendi, atau kelelahan berlebihan
- Nilai BMI (Body Mass Index) masih dalam rentang normal berdasarkan kurva standar
"Selama status nutrisinya bagus dan perkembangannya normal, anak boleh saja terlihat gemuk," tambah dr. Ian.
Ciri Anak Gemuk yang Perlu Diwaspadai Obesitas
Sebaliknya, anak yang berat badannya berlebih tapi postur tubuhnya pendek perlu mendapatkan perhatian ekstra.
Ini adalah ciri anak dengan status overweight atau obesitas. Beberapa tanda yang harus diwaspadai antara lain:
- Tinggi badan tidak proporsional dengan berat badan
- Nilai BMI menunjukkan angka di atas batas normal (overweight atau obesitas)
- Perkembangan motorik mungkin lambat atau kurang aktif
- Kemungkinan muncul masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, atau risiko diabetes
Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis di masa depan jika tidak segera ditangani.
Peran Susu dan Camilan dalam Pola Makan Anak
Selain mengenali ciri anak gemuk sehat dan obesitas, penting juga memahami peran susu dan camilan dalam pola makan anak. "Susu itu termasuk camilan," kata dr. Ian menegaskan.
Jadi, selain makan utama, anak hanya membutuhkan dua jenis asupan, yakni makanan utama dan camilan (termasuk susu). Makanan utama harus lengkap mengandung:
- Protein
- Karbohidrat
- Lemak
- Sayuran
Jika salah satu unsur ini hilang, misalnya hanya roti tawar tanpa protein dan sayur, maka itu dikategorikan camilan.
Susu meski mengandung protein, karbohidrat, dan lemak, tidak mengandung sayuran sehingga juga termasuk camilan.
"Kalau mau susu, ya susu saja. Kalau mau tambah camilan juga boleh. Namun, susu tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan makanan utama," jelas dr. Ian.
Kenapa Susu Tidak Boleh Bersamaan dengan Makanan Utama?
Konsep lama “empat sehat lima sempurna” yang menganjurkan makan lengkap plus susu sekaligus kini tidak dianjurkan lagi.
Susu dapat membuat anak cepat kenyang sehingga nafsu makan makanan utama berkurang.
Dr. Ian menambahkan,"Kalau makan, ya makan utama saja. Kalau minum susu, ya susu saja, jangan dibarengi."