Fakta Lengkap Varian JN.1 yang Picu Kasus COVID-19 Naik Lagi di 2025

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Tren peningkatan kasus COVID-19 kembali terlihat di sejumlah negara Asia pada Mei 2025. Pemicu utamanya adalah varian baru JN.1 dan turunannya yang kini mendominasi secara global. 

Varian JN.1 merupakan turunan dari Omicron BA.2.86 yang pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2023. Mutasi genetik yang dimiliki membuatnya lebih mudah menular, meski sejauh ini belum terbukti menyebabkan gejala lebih berat. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan JN.1 sebagai variant of interest sejak Desember 2023, menyusul penyebarannya yang cepat di berbagai wilayah.

Lonjakan kasus paling menonjol terjadi di Singapura, Hong Kong, China, dan Thailand. Kementerian Kesehatan Singapura mencatat, jumlah infeksi meningkat dari 11.100 kasus di akhir April menjadi lebih dari 14.000 dalam pekan pertama Mei 2025. 

"Varian yang dominan saat ini adalah LF.7 dan NB.1.8, keduanya merupakan sublineage dari JN.1. Dua varian ini menyumbang lebih dari dua pertiga hasil sekuensing yang dilakukan," ungkap Kementerian Kesehatan Singapura dalam keterangan resminya. 

Meski pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami kenaikan, tingkat keterisian ICU justru menurun. 

Hal ini menunjukkan bahwa varian COVID yang beredar saat ini cenderung tidak menimbulkan gejala berat. 

Para pakar menyebut penyebab lonjakan ini kemungkinan besar karena menurunnya kekebalan populasi serta siklus alami pandemi.

Situasi Kasus COVID di India dan Indonesia

India mencatat jumlah kasus aktif yang masih rendah. Hingga 19 Mei 2025, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga melaporkan hanya 93 kasus aktif. 

Di Mumbai, dokter memang mengamati adanya sedikit peningkatan, terutama di kalangan anak muda, namun belum ada indikasi akan terjadi gelombang besar. 

Indonesia juga dalam kondisi aman. Kementerian Kesehatan memastikan belum terjadi peningkatan signifikan. 

"Di tengah dinamika global, kami sampaikan bahwa situasi di Indonesia tetap terkendali. Pengawasan terhadap penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat melalui sistem sentinel dan pemantauan di pintu masuk negara," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI,  Aji Muhawarman pada Senin, 19 Mei 2025.

JN.1 Dominasi Global

Data minggu epidemiologi ke-12 dari WHO menunjukkan JN.1 menjadi varian yang paling banyak ditemukan secara global. Presentasenya antara lain: 

  • 93,9 persen di kawasan Pasifik Barat
  • 85,7 persen di Asia Tenggara
  • 94,7 persen di Eropa
  • 93,2 persen di Amerika

Sementara itu, Universitas Johns Hopkins mencatat bahwa JN.1 mengalami beberapa mutasi tambahan yang meningkatkan kemampuannya menghindari respons imun tubuh. 

Meski begitu, belum ditemukan bukti bahwa mutasi ini membuat gejalanya lebih parah.

Tetap Waspada

Meski situasi nasional masih aman, masyarakat tetap diimbau untuk tidak lengah. Kemenkes menyarankan agar tetap menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker saat sakit, dan menghindari keramaian jika merasa tidak enak badan. 

"COVID-19 masih ada dan terus bermutasi. Penting bagi kita semua untuk menjaga kesehatan diri, memperkuat sistem imun, serta mengikuti arahan dari pemerintah," tambah Aji. 

Pemerintah juga mengingatkan agar masyarakat terus memantau informasi dari sumber resmi dan tidak mudah terpengaruh oleh kabar yang belum terverifikasi. 

Foto Pilihan

Tim Gates Foundation yang diwakili Senior CMC Advisor Vaccine Development Rayasam Prasad mendapat penjelasan dari seorang staf saat meninjau Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Helath | Pilkada |