Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi di sejumlah negara Asia, memicu kewaspadaan global akan kemungkinan gelombang baru infeksi. Negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, dan Thailand melaporkan peningkatan signifikan kasus baru, yang sebagian besar dipicu oleh penyebaran subvarian Omicron terbaru, termasuk JN.1 dan turunannya.
Peningkatan Signifikan di Singapura
Di Singapura, jumlah kasus COVID-19 melonjak tajam pada awal Mei 2025. Dari 11.100 kasus yang tercatat pada akhir April, angka itu melonjak menjadi lebih dari 14.000 kasus dalam sepekan. Okupansi rumah sakit pun mengalami peningkatan, meski jumlah pasien di unit perawatan intensif (ICU) justru sedikit menurun.
Otoritas kesehatan Singapura menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ditemukan bukti bahwa varian-varian baru ini lebih menular atau menyebabkan gejala lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, para pakar menduga lonjakan ini berkaitan dengan menurunnya imunitas populasi serta siklus gelombang infeksi yang memang terjadi secara berkala.
“Varian yang saat ini dominan adalah LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari varian JN.1. Keduanya mencakup lebih dari dua pertiga kasus yang telah diurutkan,” tulis laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Singapura.
Kondisi Terkini di Negara Asia Lain
Sementara itu di India, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga mencatat hanya 93 kasus aktif per 19 Mei 2025. Di Mumbai, para dokter melaporkan peningkatan ringan kasus COVID-19, terutama di kalangan anak muda. Meski demikian, belum ada indikasi gelombang baru. Pihak berwenang tetap mengimbau kewaspadaan, mengingat lonjakan terjadi di negara-negara tetangga, dilansir News18.
Indonesia Tetap Aman, Kemenkes Perkuat Surveilans
Bagaimana dengan Indonesia? Kementerian Kesehatan RI memastikan bahwa kondisi penyebaran COVID-19 di tanah air masih dalam batas aman. Penguatan sistem pemantauan penyakit menular terus dilakukan secara konsisten.
“Di tengah dinamika global, kami ingin menyampaikan bahwa kondisi di Indonesia tetap aman. Surveilans penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat, baik melalui sistem sentinel maupun pemantauan di pintu masuk negara,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, Senin (19/5).
Mengenal Varian JN.1 yang Jadi Perhatian Dunia
Varian JN.1, yang saat ini mendominasi banyak wilayah dunia, merupakan turunan dari varian Omicron BA.2.86 yang pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2023. Pada Desember 2023, JN.1 ditetapkan sebagai variant of interest oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karena memiliki sekitar 30 mutasi yang dapat meningkatkan kemampuan virus dalam menghindari sistem imun.
Menurut Universitas Johns Hopkins, salah satu lembaga global terpercaya dalam pemantauan COVID-19, JN.1 telah mengalami mutasi tambahan yang membuatnya lebih mudah menular dibandingkan pendahulunya.
Varian ini kini menjadi varian SARS-CoV-2 yang paling umum di dunia, termasuk di kawasan Pasifik Barat (93,9%), Asia Tenggara (85,7%), Eropa (94,7%), dan Amerika (93,2%) menurut data minggu epidemiologi ke-12 dari WHO.
Tetap Waspada
Meski situasi di Indonesia saat ini terkendali, kewaspadaan tetap menjadi kunci. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kebersihan, menghindari kerumunan jika sakit, serta memantau informasi resmi dari pemerintah terkait perkembangan situasi COVID-19.
Peningkatan kasus di sejumlah negara menjadi pengingat bahwa virus ini masih bermutasi dan menyebar. Upaya kolektif untuk menjaga kesehatan publik, termasuk memperkuat sistem kesehatan dan surveilans, tetap menjadi fondasi penting dalam menghadapi pandemi yang belum sepenuhnya usai.