Liputan6.com, Jakarta Penurunan fungsi penciuman adalah salah satu gejala Parkinson. Hal ini disampaikan dokter spesialis neurologi (saraf) RS EMC Alam Sutera dan Sentul, Gloria Tanjung.
“Gejala yang dapat muncul di awal penyakit (Parkinson) seperti penurunan fungsi penciuman (hiposmia),” tulisnya di laman EMC, dikutip Selasa (27/5/2025).
Selain penurunan fungsi penciuman ada pula gejala lain seperti:
- Gangguan tidur seperti mengigau, memukul dan menendang seperti sedang memerankan mimpi kejadian di dalam mimpi.
- Gangguan pencernaan seperti konstipasi.
- Depresi maupun kecemasan.
“Gejala non-motorik lainnya dapat muncul di tahap yang lebih lanjut dan sangat mengganggu serta memengaruhi kualitas hidup, seperti nyeri, gangguan berpikir/kognitif, lemas, halusinasi, masalah berkemih, masalah seksual, dan masalah otonom seperti penurunan tekanan darah saat perpindahan posisi,” jelas Gloria.
Parkinson dikenal pula sebagai penyakit yang ditandai dengan gejala motorik klasik, yakni:
- tremor (gemetar saat istirahat);
- kekakuan otot;
- gerakan melambat (bradikinesia); dan
- gangguan keseimbangan.
Wajah pasien dengan Parkinson juga tampak kurang ekspresif (hipomimia) dengan volume suara dan intonasi yang berkurang. Karena kekakuan otot terutama pada batang tubuh, postur tubuh dapat berubah menjadi bungkuk. Saat berjalan tampak gerakan ayunan tangan berkurang disertai langkah yang pendek-pendek.
Salah satu gejala parkinson adalah munculnya tremor saat istirahat.
Mengenal Parkinson
Gloria memaparkan, penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif kronis yang terutama memengaruhi sistem saraf yang bertanggung jawab mengatur gerakan tubuh. Penyakit ini terjadi karena kerusakan sel-sel saraf penghasil dopamin di otak, zat kimia yang berperan dalam mengirim sinyal untuk koordinasi gerakan.
Meski lebih sering muncul di usia lanjut (biasanya di atas 60 tahun), Parkinson juga bisa menyerang orang yang lebih muda, terutama jika ada faktor genetik atau paparan lingkungan tertentu.
Penyebab pasti Parkinson masih belum sepenuhnya dipahami. Kombinasi faktor genetik, paparan racun (seperti pestisida), dan penuaan sel saraf diduga menjadi pemicu utama. Meski tidak menular atau langsung mengancam nyawa, penyakit ini bersifat progresif—gejala akan memburuk seiring waktu jika tidak dikelola dengan tepat.
Bagaimana Penanganan Parkinson?
Gloria menyarankan untuk segera periksa ke dokter jika mengalami gejala Parkinson. Setelah terdiagnosis, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
Segera Rencanakan Penanganan Medis
Konsultasikan dengan neurolog untuk merancang rencana pengobatan yang sesuai stadium penyakit. Obat seperti levodopa atau dopamin agonis dapat diberikan untuk menggantikan dopamin yang kurang.
Jenis obat yang diberikan dan frekuensi pemberian sangat tergantung pada usia pasien dan tingkat keparahan penyakit. Pada tingkat penyakit yang lebih berat, dapat diberikan terapi yang lebih lanjut seperti injeksi obat melalui kulit seperti layaknya pemberian insulin pada pasien diabetes melitus, dopamine agonist yang ditempel di kulit (patch), bahkan pemberian obat-obatan melalui pompa, baik obat yang dipompakan ke kulit maupun obat yang dipompakan ke usus.
Pada beberapa kasus, DBS (Deep Brain Stimulation) dengan prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk menanam implan di area otak tertentu dapat dipertimbangkan.
Terapi Pendukung untuk Pasien Parkinson
Beberapa terapi pun bisa dilakukan untuk mempertahankan fungsi tubuh pasien parkinson, beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah:
- Fisioterapi: Latihan peregangan sangat membantu mencegah kekakuan otot dan menjaga postur tetap baik.
- Terapi wicara: Latihan vokal dan stimulasi area mulut dan tenggorokan untuk memperbaiki fungsi suara dan menelan.
- Terapi okupasi: belajar menggunakan alat bantu atau memodifikasi rumah agar aktivitas harian lebih aman.
Adaptasi Pola Hidup
Adaptasi pola hidup atau mengubah gaya hidup jadi lebih sehat juga dapat membantu pasien Parkinson, ini termasuk:
Nutrisi seimbang: konsumsi makanan tinggi serat (untuk mencegah sembelit) dan antioksidan (seperti buah beri atau sayuran hijau). Hindari makan protein berlebihan bersamaan dengan levodopa karena dapat mengganggu efektivitas obat.
Aktivitas fisik rutin: Olahraga ringan seperti berjalan kaki atau berenang 30 menit sehari disertai latihan otot leher, dada, dan paha untuk menjaga kelenturan dan mempertahankan postur yang baik.
Istirahat cukup: Gangguan tidur umum terjadi pada pasien Parkinson—konsultasikan ke dokter jika mengalami insomnia atau mimpi buruk berulang.
Dukungan Mental dan Sosial
Stres dan depresi sering menyertai diagnosis Parkinson. Bergabunglah dengan komunitas support group untuk bertukar pengalaman dengan sesama pasien.
Teknik relaksasi seperti meditasi atau terapi musik juga bisa membantu menjaga kesehatan mental. “Jangan ragu meminta bantuan keluarga atau profesional untuk mengatasi beban emosional,” saran Gloria.
Terakhir, Gloria menyarankan untuk memantau perkembangan dan komplikasi Parkinson dengan pemeriksaan berkala ke dokter untuk menyesuaikan dosis obat dan deteksi dini masalah kesehatan lain.