Gejala Awal Gagal Jantung, Salah Satunya Paroxysmal Nocturnal Dyspnea

14 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Gejala awal yang paling umum dari gagal jantung adalah mudah merasa lelah.

Aktivitas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah, menjadi terasa berat atau tidak lagi mampu dilakukan. Pasien juga dapat mengalami sesak napas yang semakin memburuk saat berbaring, terutama di malam hari. Dan biasanya membaik saat pasien duduk atau dalam posisi setengah duduk.

Selain itu, ada juga gejala paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), yaitu sesak napas yang tiba-tiba muncul saat tidur dan membuat pasien terbangun di malam hari.

Gagal jantung atau heart failure adalah sindrom klinis yang ditandai oleh gejala utama seperti sesak napas, pembengkakan di pergelangan kaki, dan mudah lelah saat beraktivitas. Gejala ini sering disertai tanda-tanda fisik seperti peningkatan tekanan vena jugularis, suara ronkhi di paru-paru, dan edema perifer,”  kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Kebon Jeruk dan Lippo Village, Novi Yanti Sari, dalam keterangan pers, Kamis (26/6/2025).

Kondisi ini terjadi akibat kelainan struktural dan/atau fungsional pada jantung yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ruang jantung dan/atau penurunan kemampuan jantung memompa darah. Baik saat istirahat maupun saat aktivitas fisik. Gagal jantung paling sering disebabkan oleh disfungsi otot jantung (miokardium), baik sistolik, diastolik, atau kombinasi keduanya.

Gejala lainnya adalah peningkatan berat badan yang cepat akibat penumpukan cairan, bengkak pada tungkai atau pergelangan kaki, serta pada kondisi yang lebih berat, pembengkakan meluas hingga ke perut (asites).

“Apabila mengalami gejala-gejala tersebut, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar dapat dilakukan evaluasi dan penanganan secara dini. Deteksi dan terapi yang tepat sejak awal sangat menentukan keberhasilan pengelolaan gagal jantung,” terang Novi.

Dunia medis kembali dikejutkan dengan keberhasilan tim dokter di Amerika Serikat yang telah lakukan transplantasi jantung babi ke pasien yang sekarat karena gagal jantung.

Mengenal Gagal Jantung

Lebih lanjut, Novi menjelaskan, gagal jantung merupakan salah satu tantangan utama dalam dunia kesehatan jantung saat ini. Gagal jantung merupakan dampak lanjutan dari berbagai penyakit kardiovaskular yang tidak tertangani secara optimal.

Penyakit seperti penyumbatan arteri koroner, kelainan katup jantung, hingga gangguan irama jantung (aritmia), dapat memicu perubahan struktural atau fungsional pada jantung. Kondisi ini bersifat kronis dan progresif, dengan gejala yang berlangsung dalam jangka panjang serta risiko yang terus meningkat seiring waktu.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Oleh karena itu, deteksi dini menjadi sangat penting agar pasien dapat segera memperoleh penanganan yang tepat melalui konsultasi medis dan pengobatan yang sesuai.

Klasifikasi Gagal Jantung

Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan fraksi ejeksi (EF), yaitu seberapa besar kemampuan bilik kiri jantung memompa darah sebagai berikut:

  • Gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah atau Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HFrEF), jika fraksi ejeksi ≤40 persen.
  • Gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang sedikit menurun atau Heart Failure with mildly reduced Ejection Fraction (HFmrEF), jika fraksi ejeksi berada di angka 41-49 persen.
  • Gagal jantung dengan fraksi ejeksi terjaga atau Heart Failure with preserved Ejection Fraction (HFpEF), jika fraksi ejeksi ≥50 persen. Pada kasus ini, walau kekuatan pompa jantung tampak normal, pasien tetap mengalami gejala gagal jantung akibat gangguan pada struktur dan/atau fungsi jantung, serta kadar biomarker jantung yang dapat meningkat.

Pembagian klasifikasi ini bertujuan untuk pendekatan terapi dan tatalaksana lanjutan. Lalu, terdapat pula perbedaan antara gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. Gagal jantung sisi kiri umumnya menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru yang ditandai dengan gejala sesak napas, sedangkan gagal jantung sisi kanan lebih sering menimbulkan pembengkakan di tungkai dan perut akibat penumpukan cairan di sistem sirkulasi tubuh (sistemik).

Apa Penyebab Gagal Jantung?

Penyebab gagal jantung yang paling sering adalah:

  • Penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan gangguan katup jantung.
  • Penyakit metabolik kronis contohnya diabetes yang menyebabkan diabetic cardiomyopathy.
  • Penyakit autoimun seperti lupus yang menimbulkan myocarditis atau peradangan pada otot jantung.
  • Infeksi virus contohnya viral myocarditis.  
  • Gangguan irama jantung (aritmia) seperti fibrilasi atrium atau takikardia ventrikel yang mengganggu efisiensi pompa jantung.

Orang yang Berisiko Terkena Gagal Jantung

Orang yang memiliki kondisi seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, atau obesitas, penting untuk meningkatkan kewaspadaan.

Penyakit-penyakit tersebut merupakan faktor pemicu utama gagal jantung, sehingga pengidap kondisi ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gagal jantung.

Risiko tersebut menjadi semakin besar pada kelompok lanjut usia, yang secara medis tergolong sangat rentan. Skrining rutin disarankan bagi mereka yang memiliki faktor risiko tersebut, bahkan sebelum muncul gejala.

Apa Gagal Jantung Sama dengan Serangan Jantung?

Gagal jantung terjadi akibat gangguan fungsi otot jantung (miokard), sehingga menyebabkan jantung tidak mampu memompa darah dengan efektif. Kondisi ini berkembang secara bertahap dan bersifat kronis.

Sementara itu, serangan jantung (infark miokard) terjadi secara mendadak akibat penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang menyuplai otot jantung. Jika tidak ditangani dengan segera dan tepat, serangan jantung dapat merusak jaringan otot jantung dan berujung pada gagal jantung di kemudian hari.

Bagaimana Penanganan Gagal Jantung?

Pengobatan gagal jantung harus segera dimulai sesuai dengan pedoman terapi berbasis bukti atau Guideline-Directed Medical Therapy (GDMT).

Terapi ini mencakup kombinasi obat-obatan yang bertujuan memperbaiki gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka rawat inap, dan menurunkan risiko kematian.

Pada beberapa pasien gagal jantung yang mengalami gangguan listrik jantung seperti left bundle branch block (LBBB) dengan morfologi QRS yang lebar dari EKG, terapi dengan alat Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) sangat bermanfaat. CRT bekerja dengan menyinkronkan kontraksi kedua sisi bilik jantung sehingga pompa jantung menjadi lebih efisien. 

“Bila dengan obat-obatan kondisi gagal jantung tidak menunjukkan perbaikan, maka dapat dipertimbangkan terapi lanjutan. Salah satunya adalah pemasangan alat untuk menggantikan kerja pompa jantung mekanik yaitu LVAD (Left Ventricular Assist Device).”

“Saat ini, RS Siloam Kebon Jeruk sudah memiliki fasilitas LVAD. Tentu ada kriteria, pasien dengan kondisi seperti apa yang dapat menjalani LVAD,” jelas dr. Novi.  

Pada kasus gagal jantung akut yang tak bisa ditangani dengan obat-obatan, ada alat Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO), yaitu alat bantu sirkulasi dan oksigenasi. Bila semua upaya perbaikan tidak membuahkan hasil, maka langkah terakhir adalah transplantasi jantung.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |