Liputan6.com, Jakarta - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melatih para anggotanya untuk melakukan resusitasi jantung paru (CPR) dengan benar.
Pelatihan cara melakukan CPR bertujuan agar para anggota DWP dapat menjadi penolong pertama saat menghadapi situasi darurat medis, seperti ketika seseorang tiba-tiba pingsan, mengalami serangan jantung, atau terlibat dalam kecelakaan.
Dalam kondisi darurat, tindakan cepat dan tepat sangat menentukan. Sayangnya, masih banyak orang yang hanya bisa panik, bahkan hanya berteriak 'Astagfirullah!' tanpa tahu harus melakukan apa.
Melalui Workshop Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang digelar pada Selasa, 24 Juni 2025, DWP Kemenkes bersama DWP Sekretariat Jenderal dan Pusat Krisis Kesehatan membekali para anggotanya dengan keterampilan dasar untuk menyelamatkan nyawa.
Pelatihan bagaimana cara melakukan CPR dengan benar ini diikuti oleh pengurus dan anggota DWP dari berbagai unit kerja di lingkungan Kemenkes, serta perwakilan dari Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI).
Mereka mendapatkan pelatihan langsung dari tenaga medis profesional agar dapat lebih siap dan sigap dalam menghadapi situasi medis yang kritis.
Peserta Dilatih Langsung Cara Melakukan CPR yang Baik dan Benar
Dalam sambutannya, Ketua DWP Pusat, Ida Rachmawati Budi G. Sadikin menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat, terutama perempuan, dalam menghadapi kondisi gawat darurat.
"Saya membayangkan jika ibu-ibu di rumah atau di tempat umum melihat orang pingsan, kadang hanya bisa panik atau teriak ‘Astagfirullah’. Padahal, seandainya tahu cara menangani kondisi tersebut, mungkin bisa menyelamatkan nyawa," ujarnya dikutip dari Sehat Negeriku pada Kamis, 26 Juni 2025.
Lebih dari sekadar teori, para peserta dilatih langsung oleh tenaga medis profesional dalam praktik resusitasi jantung paru (CPR), penanganan henti napas, patah tulang, dan perdarahan. Simulasi dilakukan agar peserta benar-benar paham dan siap jika menghadapi situasi nyata.
"Kita tidak berharap terjadi kondisi darurat, namun saat masa itu datang yang tidak kita kehendaki kita harus siap sedia memberikan pertolongan pertama. Kegiatan hari ini adalah bagian dari wujud nyata transformasi ketahanan kesehatan," tambah Ida.
Ilmu Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang Diperoleh Jangan Disimpan Sendiri
Ida mengajak para peserta untuk tidak menyimpan ilmu yang mereka dapatkan sendiri. Dia mendorong agar pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) disebarluaskan ke lingkungan terdekat.
"Ilmu yang bermanfaat tidak hanya berhenti di kita. Ayo kita tularkan ke anak, suami, teman arisan, bahkan tetangga. Minimal mereka tahu harus ngapain kalau darurat," ujarnya.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaluddin, menambahkan bahwa pelatihan ini merupakan kontribusi nyata DWP dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat.
Apalagi, UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 mendorong masyarakat ikut aktif dalam edukasi dan kesiapsiagaan medis.
"BHD adalah upaya strategis untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang praktis serta esensial," kata Agus.
Ke depan, pelatihan serupa akan diperluas melalui 11 regional Pusat Krisis Kesehatan di seluruh Indonesia.
"Karena menyelamatkan satu nyawa adalah amal yang tidak ternilai," pungkasnya.
Workshop ini membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan di situasi darurat. Bahkan, tindakan kecil seperti CPR bisa jadi penentu hidup atau mati.