Liputan6.com, Jakarta Keputihan merupakan kondisi umum pada perempuan, namun jumlah yang berlebihan bisa menimbulkan pertanyaan, keputihan banyak tanda apa sebenarnya? Hal ini bisa menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan.
Warna, bau, dan tekstur keputihan yang berubah perlu diwaspadai. Jika muncul rasa gatal atau nyeri, penting untuk memahami keputihan banyak tanda apa agar bisa ditangani dengan tepat.
Untuk mengetahui penyebab pastinya, sebaiknya periksa ke dokter. Pemeriksaan medis akan membantu menjawab pertanyaan keputihan banyak tanda apa dan menentukan langkah pengobatan yang sesuai.
Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang penjelasan lengkap keputihan banyak tanda apa, Kamis (31/7/2025).
Memahami Keputihan Normal: Kapan Jumlahnya Meningkat?
Menurut Oriza & Yulianty (2018) sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, Volume 12, Nomor 2, November 2023, fluor albus biasa disebut keputihan adalah keadaan di mana kelebihan cairan bocor dari vagina. Ada dua jenis keputihan: normal (fisiologis) dan abnormal (patologis). Keputihan fisiologis dapat terjadi pada wanita mana pun dan tidak menyebabkan ketidaknyamanan.
Cairan ini diproduksi oleh kelenjar di leher rahim dan vagina untuk menjaga kebersihan area kewanitaan, melembapkan jaringan, serta melindungi dari infeksi. Keputihan normal biasanya memiliki warna bening hingga putih keruh, tidak berbau menyengat, serta memiliki tekstur encer, kental, atau sedikit lengket.
Menurut Salamah (2020) dan Trisnawati (2018) sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 11, No 1, 2023, keputihan merupakan masalah yang dialami lebih dari 75% wanita di dunia, sekitar 60% keputihan dikeluhkan wanita dengan usia kurang dari 22 tahun dan 40% pada wanita usia kurang dari 45 tahun.
Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Keputihan Normal
Jumlah keputihan normal dapat berubah-ubah tergantung pada waktu dalam siklus menstruasi dan kondisi tubuh. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi peningkatan jumlah keputihan:
1. Ovulasi
Pada masa subur, terutama saat ovulasi, kadar hormon estrogen meningkat, yang menyebabkan produksi cairan vagina lebih banyak. Keputihan pada fase ini biasanya lebih encer dan licin.
2. Gairah Seksual
Rangsangan seksual juga merangsang peningkatan cairan pelumas alami dari vagina, yang dapat terlihat seperti keputihan lebih banyak.
3. Kehamilan
Peningkatan kadar hormon dan aliran darah ke area panggul selama kehamilan dapat membuat keputihan tampak lebih banyak dari biasanya, namun tetap dalam kategori normal jika tidak berbau dan tidak disertai rasa gatal.
4. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Pil KB atau suntik hormon dapat memengaruhi keseimbangan hormonal tubuh dan menambah volume keputihan.
5. Menjelang atau Sesudah Menstruasi
Pada fase-fase ini, perubahan hormon bisa menyebabkan peningkatan sementara dalam produksi cairan vagina.
6. Masa Menyusui
Hormon menyusui (prolaktin) juga dapat berdampak pada produksi keputihan, meskipun kadang sifatnya berbeda dari saat siklus menstruasi aktif.
Kapan Harus Waspada?
Meski peningkatan keputihan bisa merupakan hal wajar, penting untuk mengenali tanda-tanda keputihan tidak normal. Keputihan tetap dikategorikan normal selama tidak disertai:
1. Gatal atau rasa perih
2. Iritasi pada area vagina
3. Bau menyengat atau amis
4.Perubahan warna mencolok (kuning kehijauan, abu-abu, disertai darah tanpa sebab jelas)
Jika mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengetahui apakah kondisi tersebut memerlukan penanganan khusus.
Waspadai Keputihan Tidak Normal
Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagina yang berfungsi membersihkan dan melindungi saluran reproduksi wanita. Keputihan ini normal selama tidak disertai gejala mengganggu. Namun, bila terjadi perubahan drastis dalam jumlah, warna, bau, atau tekstur, maka keputihan tersebut tergolong tidak normal dan bisa menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan, terutama infeksi atau kondisi patologis lainnya.
Menurut Daili, Fahmi S, Indriatmi B (2009) sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan di Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016, keputihan juga merupakan indikasi dari adanya infeksi di dalam rongga panggul seperti infeksi pada saluran telur yang disertai sakit perut yang hebat.
Kasdu D. (2008) masih dari sumber yang sama, keputihan abnormal yang tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam waktu yang lama akan berdampak pada terjadinya infeksi saluran reproduksi. Infeksi saluran reproduksi ini mengakibatkan infertilitas.
Ciri-ciri Keputihan Tidak Normal
Keputihan tidak normal dapat dikenali melalui beberapa perubahan fisik dan gejala penyerta, antara lain:
1. Perubahan Warna
- Keputihan normal umumnya bening hingga putih. Namun, bila berwarna:
- Kuning atau kehijauan → bisa menandakan infeksi menular seksual seperti trikomoniasis atau gonore.
- Abu-abu → biasanya terkait dengan vaginosis bakterialis (BV).
- Cokelat atau merah muda → bisa disebabkan oleh sisa darah menstruasi, atau dalam kasus serius, berkaitan dengan kanker serviks atau endometrium.
- Bercampur darah di luar siklus haid → perlu diwaspadai karena bisa merupakan gejala kelainan rahim atau leher rahim.
2. Perubahan Tekstur
- Menggumpal seperti keju cottage → sering kali menandakan infeksi jamur.
- Berbusa dan berbau tajam → umumnya terkait dengan trikomoniasis.
- Sangat kental, berlendir, atau lengket → bisa menjadi gejala infeksi atau iritasi berat.
3. Perubahan Bau
- Bau amis atau busuk → tanda umum dari vaginosis bakterialis.
- Bau ragi atau fermentasi → bisa disebabkan oleh infeksi jamur.
- Bau menyengat yang muncul setelah berhubungan intim → perlu dicurigai adanya ketidakseimbangan flora vagina atau infeksi.
4. Gejala Penyerta
- Gatal atau perih di area vagina dan sekitarnya
- Rasa terbakar saat buang air kecil
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Nyeri panggul atau rasa tidak nyaman yang berulang
- Pembengkakan atau kemerahan pada vulva
Penyebab Keputihan Tidak Normal
1. Infeksi jamur (kandidiasis vagina)
Biasanya disebabkan oleh pertumbuhan berlebih jamur Candida albicans. Jamur ini sebenarnya hidup normal di vagina, tetapi bisa menjadi masalah ketika keseimbangannya terganggu, misalnya karena antibiotik, diabetes, atau kelembapan berlebih. Gejalanya termasuk keputihan yang kental seperti susu basi, gatal hebat, dan rasa terbakar di sekitar area intim.
2. Vaginosis bakterialis
Terjadi akibat ketidakseimbangan antara bakteri baik dan jahat di vagina. Kondisi ini sering menyebabkan keputihan tipis berwarna abu-abu dengan bau amis yang menyengat, terutama setelah berhubungan seksual. Faktor pencetusnya antara lain penggunaan pembersih kewanitaan, douching, atau kebiasaan berganti-ganti pasangan seksual.
3. Infeksi menular seksual (IMS)
Termasuk trikomoniasis, klamidia, dan gonore, yang dapat menyebabkan keputihan tidak normal. Keputihan bisa berbusa, berwarna kehijauan atau kekuningan, disertai bau tidak sedap, gatal, nyeri panggul, atau perdarahan di luar jadwal haid. Penularan utamanya melalui hubungan seksual tanpa pengaman.
4. Vaginitis atrofi
Umumnya terjadi pada wanita menopause akibat penurunan kadar estrogen. Kondisi ini menyebabkan dinding vagina menjadi tipis dan kering, sehingga muncul keputihan encer, sensasi terbakar, dan rasa nyeri saat berhubungan seksual.
5. Reaksi alergi atau iritasi
Dapat disebabkan oleh penggunaan produk berpewangi seperti sabun, tisu basah, pembalut, atau pelumas tertentu. Reaksinya berupa keputihan tidak normal, disertai gatal, perih, dan kemerahan di area kewanitaan.
6. Benda asing di dalam vagina
Seperti tampon atau kondom yang tertinggal, dapat menyebabkan infeksi yang memicu keputihan berbau busuk, bercampur darah, dan nyeri. Jika dibiarkan, dapat menimbulkan komplikasi serius dan harus segera ditangani oleh tenaga medis.
7. Diabetes yang tidak terkontrol
Kadar gula darah tinggi menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur di area kewanitaan. Hal ini membuat penderita diabetes rentan mengalami keputihan yang berulang dan sulit diatasi meski telah diberikan pengobatan.
8. Kanker serviks atau endometrium
Pada beberapa kasus, kanker dapat menyebabkan keputihan yang terus-menerus, berbau busuk, dan terkadang bercampur darah. Biasanya disertai perdarahan tidak normal dan perlu pemeriksaan lanjutan untuk deteksi dini.
9. Stres dan penurunan daya tahan tubuh
Kondisi stres kronis atau imunitas yang melemah membuat tubuh kurang mampu melawan infeksi. Akibatnya, keputihan bisa muncul berulang tanpa penyebab yang jelas dan sulit sembuh.
10. Penggunaan antibiotik jangka panjang
Antibiotik dapat membunuh bakteri baik di vagina, sehingga mengganggu keseimbangan flora normal dan memungkinkan jamur tumbuh berlebihan. Ini memicu keputihan tidak normal yang sering menyerupai infeksi jamur.
Cara Mencegah Keputihan
Menurut Salika (2010:78) sebagaimana dikutip dalam buku berjudul Edukasi Tentang Keputihan (Flour Albus) (2023) oleh Dini Afriani, untuk mencegah keputihan, wanita harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan daerah kewanitaannya, antara lain adalah:
1. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya diseka dengan tisu. Membersihkannya pun mesti dilakukan dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang, agar kotoran dari anus tidak masuk ke vagina. Hindari pemakaian sabun vagina berlebihan karena justru dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina.
2. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat memicu tumbuhnya bakteri dan jamur.
3. Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh saja menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi sebaiknya tidak digunakan setiap hari. Panty liner justru dapat memicu kelembapan karena bagian dasarnya terbuat dari plastik.
4. Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan saudara kita sendiri, karena berganti-ganti celana bisa menularkan penyakit.
5. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya dengan hati-hati.
Sumber:
- Kajian berjudul Determinan Keluhan Keputihan pada Remaja Putri dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, Volume 12, Nomor 2, November 2023
- Kajian berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Keputihan pada Remaja Putri di Kota Bengkulu dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 11, No 1, 2023
- Kajian berjudul Keputihan pada Wanita dipublikasikan di Jurnal Skala Husada Volume 13 Nomor 1 April 2016
- Buku berjudul Edukasi Tentang Keputihan (Flour Albus) (2023) oleh Dini Afriani
Q & A Seputar Topik
Keputihan banyak, tanda apa yang paling umum terjadi?
Keputihan yang banyak bisa menjadi tanda perubahan hormonal alami, seperti saat ovulasi, kehamilan, atau menjelang menstruasi. Selama tidak disertai bau menyengat, gatal, atau nyeri, kondisi ini umumnya masih tergolong normal.
Apakah keputihan yang sangat banyak bisa menjadi pertanda infeksi?
Ya, keputihan yang berlebihan dan disertai perubahan warna, bau amis atau busuk, serta rasa gatal atau perih, bisa menjadi tanda adanya infeksi, seperti kandidiasis, vaginosis bakterialis, atau infeksi menular seksual.
Bagaimana membedakan keputihan normal dan tidak normal?
Keputihan normal biasanya berwarna bening atau putih, tidak berbau menyengat, dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Sebaliknya, keputihan tidak normal sering disertai warna yang tidak biasa (kuning, hijau, cokelat), bau tidak sedap, serta gejala tambahan seperti gatal, nyeri, atau perih.
Apakah stres bisa menyebabkan keputihan menjadi lebih banyak?
Ya, stres bisa memengaruhi keseimbangan hormon tubuh, termasuk hormon reproduksi, sehingga dapat memicu peningkatan produksi cairan keputihan. Namun, jika disertai keluhan lain, sebaiknya tetap konsultasi ke dokter.
Kapan harus ke dokter jika mengalami keputihan banyak?
Segera periksakan diri ke tenaga medis jika keputihan berlebihan disertai bau menyengat, perubahan warna, gatal, nyeri saat buang air kecil, atau nyeri saat berhubungan intim. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih serius.