Keracunan MBG Jadi Tragedi Berulang, JPPI Minta Setop Program Sementara

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Kasus keracunan hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi berulang membuat Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyerukan penghentian program untuk sementara.

“Presiden dan Badan Gizi Nasional (BGN) jangan sekali-kali bermain-main dengan nyawa anak-anak bangsa. Kalau program ini benar-benar berpihak pada anak, hentikan sekarang juga sebelum lebih banyak korban berjatuhan,” tegas Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, Jumat (19/9/2025).

Pihak Ubaid menilai, tragedi MBG sebagai darurat kemanusiaan nasional. Alih-alih menghadirkan gizi untuk mencerdaskan dan menyehatkan siswa, MBG justru menjerumuskan mereka dalam sakit, penderitaan, dan ancaman kehilangan nyawa.

“Kami tidak tega melihat anak-anak yang harus dilarikan ke rumah sakit, berjuang dengan selang infus di tangan mungil mereka, bahkan ada yang nyawanya hampir melayang.”

“Presiden harus bertanggung jawab. Jangan jadikan anak-anak sekolah sebagai kelinci percobaan dari kebijakan yang dipaksakan tanpa kesiapan. Kalau Presiden serius dengan janji melindungi generasi emas, maka hentikan MBG sekarang juga dan lakukan evaluasi total,” katanya.

“Kalau tidak, berarti negara sedang abai terhadap keselamatan warganya sendiri,” tambah Ubaid.

Lebih lanjut, JPPI menyerukan agar Presiden RI:

  1. Segera menghentikan sementara program MBG.
  2. Melakukan evaluasi total sistem tata kelola MBG yang dikendalikan BGN.
  3. Mengutamakan keselamatan anak di atas ambisi politik dan target program. 

Tak Bisa Disebut Kesalahan Teknis

Menurut Ubaid, jika keracunan hanya terjadi sekali, mungkin bisa disebut kesalahan teknis.

“Tetapi bila ribuan anak menjadi korban di banyak tempat, ini jelas kesalahan sistemik dan bukti kegagalan tata kelola yang dikoordinasikan BGN.”

Sejak MBG diluncurkan, korban keracunan terus bertambah. Hasil pantauan JPPI hingga September 2025 mencatat, tak kurang dari 5.360 anak mengalami keracunan akibat program ini, dengan ancaman kematian yang nyata.

Jumlah ini bisa dipastikan lebih besar, sebab banyak sekolah dan pemerintah daerah justru memilih menutupi kasus. Fakta ini, menurut JPPI, menunjukkan bahwa program MBG sudah gagal melindungi anak, bahkan berubah menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi bangsa.

“Dalam pekan ini, korban keracunan setelah menyantap hidangan MBG mengalami peningkatan, baik dari sisi jumlah maupun sebaran,” katanya.

Tak Sejalan dengan Jargon Zero Incident

JPPI pun meminta Presiden dan BGN untuk tidak menutup mata atas rentetan keracunan yang terjadi usai siswa santap MBG.

“Karena itu, (JPPI) dengan tegas menyatakan bahwa Presiden dan Badan Gizi Nasional (BGN) tidak boleh lagi menutup mata terhadap tragedi berulang program MBG.”

JPPI melihat ribuan anak menjadi korban keracunan, sementara pemerintah tetap memaksakan program ini berjalan tanpa evaluasi menyeluruh. JPPI menilai, program ini terkesan sangat tidak serius.

JPPI menegaskan, Presiden dan BGN tidak bisa lagi hanya mengandalkan jargon zero incident, sementara insiden keracunan terjadi di berbagai daerah.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |