Marah-Marah Terus Bikin Darah Tinggi, Benarkah? Ini Kata Ahli

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mendengar ‘marah-marah terus bisa bikin darah tinggi’?. Mungkin ungkapan tersebut ada benarnya. Marah yang berlebihan atau berlangsung lama bisa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.

Menurut American Psychological Association (APA), marah adalah bentuk antagonisme terhadap seseorang atau sesuatu yang dianggap merugikan kita. 

Seorang psikolog klinis sekaligus profesor di Central Connecticut State University, Raymond Chip Tafrate, mengungkapkan bahwa marah berhubungan erat dengan respons fight, flight, or freeze. 

“Ketika marah, kelenjar adrenal akan membanjiri tubuh dengan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Detak jantung naik, tekanan darah meningkat, dan tubuh dipersiapkan untuk bertarung atau lari,” jelasnya. 

Dilansir dari Everyday Health, kebanyakan pemicu marah bukanlah situasi yang benar-benar mengancam nyawa, melainkan hal-hal sepele seperti macet, email ketus dari rekan kerja, atau anak yang rewel. 

Akibatnya, pelepasan hormon stres berulang kali justru menimbulkan masalah kesehatan serius. Berikut lima dampak marah terhadap tubuh yang perlu diwaspadai:

1. Marah Bisa Membebani Jantung

Emosi marah menimbulkan lonjakan hormon stres yang dapat melemahkan fungsi jantung. Penelitian menemukan bahwa kemarahan singkat bisa memengaruhi kemampuan otot jantung memompa darah. Kondisi ini berisiko menyebabkan hipertensi (darah tinggi), penyakit jantung, hingga stroke.

Orang dengan tingkat marah yang tinggi sulit mengendalikan pikiran negatif. “Mereka punya risiko lebih besar terkena penyakit jantung coroner,” kata Tafrate. 

“Kami menemukan pasien dengan aritmia, baik fibrilasi atrium maupun ventrikel, lebih mungkin kambuh saat sedang marah atau stres,” kata Direktur Sports Cardiology Program di Yale Medicine, Rachel Lampert, MD.

Menurutnya, adrenalin yang meningkat saat marah dapat memicu perubahan listrik jantung yang berbahaya. Dengan kata lain, marah bukan hanya memperburuk kondisi jantung, tetapi juga bisa memicu serangan mendadak.

2. Marah Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Studi skala besar menemukan adanya hubungan antara ledakan emosi marah dengan meningkatnya serangan jantung. Dalam tinjauan sistematis terhadap hampir 4.000 peserta dari 50 pusat medis di Amerika Serikat, para peneliti mencatat risiko serangan jantung meningkat lebih dari dua kali lipat setelah ledakan marah.

3. Marah Ganggu Sistem Pencernaan

Hubungan antara otak dan usus sangat erat, sehingga emosi bisa langsung berdampak pada sistem pencernaan. Saat tubuh masuk ke mode fight-or-flight, sistem saraf otonom yang mengatur proses pencernaan ikut terganggu. 

“Anda bisa berharap terjadi perubahan pada fungsi usus saat marah atau stres,” kata ketua bidang kedokteran di Mayo Clinic Scottsdale, Pankaj Jay Pasricha, MD.

Penelitian membuktikan stres dapat memicu gejala tidak nyaman di saluran pencernaan, seperti nyeri perut, diare, hingga mual.

4. Marah Menggerus Kesehatan Mental

Selain tubuh, mental pun terkena dampak serius. Berbagai studi menunjukkan bahwa marah yang berlebihan berkaitan erat dengan gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan. 

American Psychological Association mencatat, marah yang berkepanjangan bisa merusak konsentrasi, menimbulkan pola pikir sinis, serta menghambat hubungan sosial. 

“Reaksi marah bisa merusak hubungan terpenting dalam hidup kita,” ujar Tafrate. 

Kenyataannya, marah juga memicu pertengkaran verbal, bahkan kekerasan fisik. Hal ini jelas membahayakan kesehatan mental, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

5. Marah Bikin Sulit Tidur

Studi terhadap pria dan wanita paruh baya di Korea menemukan, mereka yang memiliki tingkat marah sedang hingga tinggi mengalami peningkatan risiko gangguan tidur sebesar 40-70 persen.

Peneliti menjelaskan, marah meningkatkan arousal psikologis yang membuat pikiran terus gelisah sehingga sulit terlelap. Akibatnya, waktu tidur terganggu dan tubuh tidak mendapat pemulihan optimal.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |