Liputan6.com, Jakarta Penyanyi lawas Dewi Yull mengatakan bahwa dirinya adalah penyandang disabilitas karena salah satu matanya tak dapat melihat.
Dalam unggahan video di Instagram centang biru @dewiyullofficial, ia menggunakan lift khusus disabilitas. Dengan mengenakan busana merah tua, ia masih terlihat ceria dan sehat serta masih bisa menggunakan lift itu sendiri.
Meski begitu, dalam keterangan video, pelantun lagu Widuri menulis bahwa dirinya merupakan penyandang disabilitas. Artinya, ia berhak menggunakan fasilitas tersebut.
“Aku termasuk disabilitas lho,” tulisnya, dikutip pada Jumat (4/7/2025).
Seolah pernah terjatuh dari tangga, ibu aktivis tuli Surya Sahetapy itu menyampaikan bahwa dirinya trauma jika harus turun menggunakan tangga.
“Mataku buta satu, jadi aku trauma turun tangga,” ujarnya.
Dalam unggahan ulang di Instagram stories, Dewi menyampaikan bahwa mata kanannya tak dapat melihat akibat ablasi retina.
“Mataku (yang awas) tinggal satu yang kiri, yang kanan buta, ablasi retina, retinanya lepas karena minusku 25,” ujarnya.
Dalam menjalani kehidupan, Dewi Yull banyak belajar dari anak-anaknya, terutama yang berkebutuhan khusus.
Mengenal Ablasi Retina
Ablasi retina adalah kondisi lepasnya retina dari jaringan penyokong yang berada di bawahnya. Lepasnya retina ini akan mengakibatkan gangguan fungsi retina.
"Jika ablasi retina tidak diobati, semakin besar risiko kamu untuk mengalami kehilangan penglihatan permanen pada mata yang terkena," mengutip Klikdokter.
Ablasi retina tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, tanda dan gejalanya hampir selalu muncul sebelum penyakitnya terjadi atau memasuki tingkat lanjut.
Tanda-tanda ablasi retina, di antaranya:
- Muncul bintik-bintik hitam yang mengapung di lapangan penglihatan.
- Muncul kilatan cahaya pada satu atau kedua mata.
- Penglihatan kabur.
- Ada semacam tirai yang menutupi sebagian pandangan mata.
"Kondisi terparah yang dapat dialami oleh pasien ablasi retina adalah hilangnya kemampuan penglihatan atau kebutaan."
Apa Penyebab Ablasi Retina?
Penyebab utama dari ablasi retina adalah:
- Vitreus yang mengerut. Vitreus adalah cairan kental bening yang mengisi bagian dalam mata
- Diabetes
- Luka atau peradangan.
Apa Faktor Risiko Ablasi Retina?
Risiko seseorang terkena ablasi retina semakin tinggi jika:
- Berusia lebih dari 50 tahun.
- Pernah mengidap ablasi retina sebelumnya.
- Memiliki anggota keluarga pengidap ablasi retina
- Mengidap rabun jauh (miopia).
- Pernah mengalami cedera mata.
- Pernah mengidap penyakit mata lainnya atau peradangan.
Bagaimana Penanganan Ablasi Retina?
Ada berbagai penanganan yang dapat dilakukan pada pasien ablasi retina. Ini tergantung pada keparahan kondisi.
Jika retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina dapat dicegah dengan tindakan sinar laser.
Penggunaan laser dapat menciptakan efek terbakar pada robekan retina, sehingga terbentuk bekas luka dan retina yang robek dapat melekat dengan jaringan yang ada di bawahnya.
Pada kasus yang jarang, ketika laser tidak dapat digunakan, bisa dilakukan kriopeksi sebagai gantinya. Kriopeksi adalah tindakan pemberian suhu dingin dengan jarum es untuk melekatkan retina pada jaringan di bawahnya.
Sementara itu, jika retina sudah terlepas maka pasien membutuhkan tindakan pembedahan. Beberapa jenis pembedahan untuk masalah ini adalah:
Scleral buckling
Penjahitan karet silikon di bagian luar putih mata (sklera). Karet silikon ini akan membuat retina menempel lagi di dinding mata.
Vitrektomil
Operasi untuk menghilangkan vitreous atau cairan di rongga belakang bola mata.
Pneumatic retinopeksi
Penyuntikan gas ke dalam mata, sehingga terbentuk gelembung yang kemudian akan menutup saluran air mata. Gelembung akan diserap dan memungkinkan retina yang robek untuk menempel kembali.
Kesembuhan sangat bergantung pada tingkat keparahan dan jenis ablasi retina yang diderita. Pada tahap awal, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk melihat jenis dan tingkat keparahannya.
Jika penyakitnya masih dalam tahap awal, maka kemungkinan sembuh sangat besar. Bila robekan pada retina masih dalam batas sederhana, dapat dilakukan pengobatan dengan cara krioterapi atau laser.