Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial Sejak Dini, Ini Manfaat Nyatanya untuk Anak

18 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) kini mulai dikenalkan pada anak sejak usia dini. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti mengatakan bahwa pembelajaran ini dirancang untuk membentuk kemampuan berpikir logis, analitis, sekaligus menumbuhkan kesadaran etis.

Langkah ini sejalan dengan Asta Cita ke-4, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia, sains, teknologi, dan pendidikan.

Salah satu daerah yang serius menerapkan pembelajaran KKA sejak dini adalah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sejak 2023, pelatihan dan pendampingan berpikir komputasional telah diberikan ke ratusan guru dan menjangkau ribuan siswa dari jenjang PAUD hingga SD/MI.

Komitmen ini terlihat dalam Festival dan Lomba Berpikir Komputasional yang digelar di Pendopo Kabupaten Kudus, Minggu, 27 Juli 2025. Acara ini diikuti lebih dari 250 siswa SD/MI yang menampilkan karya dan solusi kreatif.

Program berpikir komputasional di Kudus dimulai pada 2023 melalui pelatihan bagi kepala sekolah dan guru dari 36 satuan PAUD. Lebih dari 10.300 siswa mendapatkan manfaat dari pendampingan ini.

Perkembangan teknologi yang kian melesat menjadi akar dari fenomena bergesernya tren pekerjaan impian bagi anak muda di Indonesia khususnya para Gen Z. Didukung dengan jurusan jenjang pendidikan perguruan tinggi yang beraneka ragam, Gen Z dapat menge...

Dimulai dari PAUD, Kini Merambah ke SD/MI

Tahun 2024, inisiatif ini diperluas lewat kerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Kudus. Sebanyak 160 guru dari TK, kelompok bermain, SPS, dan TPA dilatih agar mampu mengajarkan konsep berpikir komputasional secara menyenangkan dan aplikatif.

Direktorat Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal juga terlibat dalam menyusun materi pelatihan bagi guru PAUD di berbagai daerah Indonesia.

Sejak akhir 2024, program ini merambah ke 11 SD/MI dan menjangkau lebih dari 4.900 siswa. Hasilnya, dalam waktu dua bulan, skor rata-rata siswa kelas 4 hingga 6 dalam tes BEBRAS --- yang mengukur kemampuan Computational Thinking secara internasional --- meningkat hingga 62 persen dari skor awal.

Belajar Menyenangkan dan Interaktif

Antusiasme siswa terhadap pembelajaran ini sangat tinggi. Di SD 2 Barongan, siswa kelas 5 tampak semangat saat belajar block coding menggunakan platform Scratch. Mereka aktif bertanya dan senang dengan pengalaman baru yang mereka dapatkan.

Sementara itu, di MI Muhammadiyah Al Tanbih, siswa kelas 2 belajar matematika dengan lebih seru. Mereka menggunakan permainan yang melatih kemampuan abstraksi dan dekomposisi untuk memahami ruas garis dari objek di sekitar.

Dalam Festival dan Lomba Berpikir Komputasional, para siswa menunjukkan kreativitas mereka lewat berbagai aktivitas, seperti merakit robot bertema Sustainable Development Goals (SDGs), membuat animasi dengan Scratch, hingga menyelesaikan tantangan unplugged seperti menyusun algoritma, mengikuti instruksi dengan loop, menyortir koin, dan menyelesaikan pola.

Dukungan Pemerintah dan Swasta

Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, mengapresiasi upaya kolaboratif yang telah dilakukan berbagai pihak.

"Saya mengapresiasi langkah inovatif dalam memajukan pendidikan di Kudus. Semoga inisiatif ini menjadi titik awal gerakan yang menjadikan Kudus pionir pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial sejak usia dini," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 30 Juli 2025.

Hal senada disampaikan Direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Primadi H. Serad. Dia menjelaskan bahwa program berpikir komputasional diharapkan mampu meningkatkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) di Kudus.

"Dari berbagai riset yang kami pelajari, berpikir komputasional terbukti melatih kemampuan berpikir kritis, numerasi, literasi, dan sains—semua kompetensi yang diukur dalam tes PISA," kata Primadi.

"Visi kami adalah menjadikan Kudus setara dengan negara-negara maju di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sambil tetap mengedepankan pendidikan karakter dan keterampilan sosial-emosional yang kuat," pungkasnya.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |