Sering Makan Kubis? Waspadai Efeknya Jika Sedang Hamil atau Minum Obat

2 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang populer di Indonesia. Sayuran dari famili Brassica oleracea ini sering dijadikan bahan masakan sehari-hari, baik dalam bentuk lalapan, tumisan, maupun campuran sup.

Selain mudah diolah, kubis juga kaya akan kandungan gizi. Salah satunya adalah vitamin K1 dalam kadar tinggi, yang berperan penting dalam proses pembekuan darah dan pembentukan tulang. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa zat aktif dalam kubis memiliki potensi mencegah kanker serta membantu proses penyembuhan luka.

Menariknya, manfaat kubis tak hanya untuk kesehatan umum, tetapi juga dirasakan oleh ibu menyusui. Mengoleskan daun kubis pada payudara diketahui dapat membantu meredakan nyeri dan pembengkakan akibat proses menyusui. Cara ini dinilai sama efektifnya dengan kompres air dingin dalam mengurangi rasa tidak nyaman.

Selain itu, kubis juga dipercaya dapat membantu mengatasi osteoarthritis, yaitu kondisi ketika tulang rawan yang melapisi sendi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan gesekan antartulang dan menimbulkan nyeri.

Namun, meskipun kaya manfaat, kubis tidak selalu aman dikonsumsi dalam kondisi tertentu. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:

Promosi 1

Kondisi yang Sebaiknya Menghindari Kubis

1. Saat Hamil

Hingga kini belum ada penelitian yang memastikan keamanan kubis untuk ibu hamil. Karena itu, sebaiknya batasi konsumsi kubis, terutama dalam jumlah besar, selama masa kehamilan.

2. Saat Menyusui

Penggunaan kubis untuk ibu menyusui hanya disarankan secara topikal (dioleskan pada kulit), bukan dikonsumsi. Kubis yang digunakan sebagai obat luar aman, tapi konsumsi dalam bentuk makanan atau suplemen berbahan kubis sebaiknya dihindari.

3. Alergi

Bagi yang memiliki alergi terhadap sayuran dari famili Brassica oleracea (seperti brokoli atau kembang kol), sebaiknya hindari konsumsi kubis agar tidak memicu reaksi alergi.

4. Pengidap Hipotiroidisme

Kubis mengandung zat yang dapat menghambat produksi hormon tiroid. Karena itu, penderita hipotiroidisme sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya.

5. Pascaoperasi

Kubis dapat memengaruhi kadar gula darah selama dan setelah operasi. Disarankan untuk menghentikan konsumsi kubis setidaknya dua minggu sebelum menjalani operasi.

Interaksi Kubis dengan Obat-Obatan

Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan zat aktif dalam kubis, di antaranya:

1. Obat Glucuronidated dan Sitokrom P450

Kubis dapat memengaruhi cara hati memecah obat, sehingga efek obat bisa menjadi lebih kuat atau justru berkurang.

2. Obat Oxazepam

Kubis dapat mempercepat pembuangan obat oxazepam dari tubuh, sehingga menurunkan efektivitasnya.Obat Warfarin (Coumadin) Karena kaya vitamin K, kubis bisa mengurangi efek obat pengencer darah seperti warfarin.

Akibatnya, darah menjadi lebih cepat membeku. Jika rutin mengonsumsi kubis, konsultasikan dengan dokter agar dosis warfarin dapat disesuaikan.

3. Obat Antidiabetes

Kubis dapat menurunkan kadar gula darah. Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat diabetes, kadar gula bisa turun terlalu rendah. Pemantauan rutin kadar gula darah sangat disarankan.

4. Obat Asetaminofen (Parasetamol)

Kubis dapat mempercepat pemecahan asetaminofen, sehingga menurunkan efektivitas obat tersebut.

Cara Aman Menggunakan Kubis

1. Dikonsumsi

Kubis aman dikonsumsi dalam jumlah wajar sebagai bagian dari makanan sehari-hari. Jika digunakan untuk tujuan pengobatan, sebaiknya hanya untuk jangka pendek.

2. Dioleskan pada Kulit

Penggunaan daun kubis secara topikal umumnya aman, tapi jika dibiarkan terlalu lama (lebih dari 2–4 jam), bisa menimbulkan rasa gatal atau sensasi terbakar.

3. Ditempelkan pada Payudara

Untuk ibu menyusui yang mengalami nyeri atau pembengkakan, menempelkan daun kubis utuh pada payudara bisa membantu meredakan rasa sakit. Metode ini terbukti hampir seefektif kompres gel dingin dalam mengurangi pembengkakan.

Read Entire Article
Helath | Pilkada |